CH-23

5K 480 13
                                    

.

Happy Reading Guys!

.
.
.

Zio menatap menyelidik ke Daddy dan Mommy nya, sekarang ia sedang berada diruang kerja sang Daddy. Duduk disingle sofa yang berhadapan langsung dengan kedua orang-tuanya. "Kenapa Elios jadi seperti itu, Daddy?" Tanyanya. Zio merasa menjadi seorang detektif yang sedang menginterogasi tersangka.

Damien menyenggol lengan Isabella beberapa kali, memberi kode agar menjawab pertanyaan sang Putra. Namun sayangnya Isabella hanya mengalihkan pandangan, berpura-pura tidak tau.

"Daddy!" Zio memicing, mencoba membuat sang Daddy terimindasi walaupun percuma. Ia bangkit dari duduknya, lalu berjalan secara perlahan mendekati kedua orang tuanya. "Kenapa?" Zio berjalan perlahan memutari sofa yang di duduki kedua orang tua nya. "Kenapa Elios menjadi seperti itu?" Berdiri di belakang kedua orang tuanya.

Isabella menghela nafas panjang, melirik tajam suaminya yang hanya bisa duduk kaku seperti patung. Sama sekali tidak membantu. "Duduklah dan akan Mommy ceritakan semuanya," menarik tangan kecil itu agar duduk di antara ia dan Damien. "Elios seperti itu karena pengaruh obat bius yang diberikan oleh kakaknya, didalam obat bius itu mengandung sesuatu yang bisa membuat penglihatannya hilang sementara."

"Memangnya ada obat bius semacam itu?" Zio bertanya dengan nada tidak terima, setaunya tidak ada obat bius jenis itu.

"Tentu saja ada, tuh buktinya Elios-" Damien melipat bibirnya saat mendapati tatapan tajam dari kedua kesayangannya.

Isabella menggelengkan kepalanya pelan, tadi siapa yang hanya diam saat ditanya? Sekarang malah ikut campur, membuat emosi saja. "Obat bius itu memang dibuat khusus untuk Elios-"

"Kenapa?" Potong Zio tidak sabaran.

"Karena Elios membutuhkannya," Damien terkekeh saat kembali mendapat tatapan tajam dari kedua kesayangannya. Ia membawa Zio agar duduk dipangkuannya. "Mengapa Pangeran ini sangat penasaran dengan hal semacam itu? Anak kecil itu tidak boleh terlalu banyak tau," mengecup pipi Zio dengan gemas.

Zio menjauhkan wajah Daddy nya yang masih saja menciumi pipinya dengan brutal. "Ish! Apa salahnya ingin tau? Mommy~ Daddy nakal!" Adu nya dengan tatapan memelas.

Isabella hanya tertawa, tidak ada niatan untuk membantu putranya. "Benar, anak kecil tidak boleh terlalu banyak tau."

.

🌼🌼🌼
.

Zio tengah melamun di ruang tamu, duduk disofa dengan Panpan yang berada dalam pelukan juga tv yang tengah menampilkan tayangan kartun. Mencoba berfikir keras tentang rahasia-rahasia yang belum ia ketahui.

"BABY ZIO~"

Tersentak kaget saat mendengar teriakan keras yang memanggil namanya, Zio menoleh dan mendapati Leon tengah berlari menuju kearahnya dengan membawa kotak berwarna coklat. 

"Lihat, abang membawa sesuatu untukmu!" Leon duduk disebelah Zio dan memberikan kotak yang ia bawa.

Memiringkan kepalanya, Zio mengangkat kotak yang ternyata cukup besar bila berada ditangannya yang kecil. "Ini apa?" Kedua tangan yang memutar-mutar kotak tanpa ada niatan untuk membukanya.

Leon yang gemas pun mengangkat Zio kepangkuannya, lalu menciumi pipi tembam itu. "Dibuka sayang~" Ujarnya dengan lembut.

Zio berdengung, benar juga apa kata abangnya ini. Mungkin kepalanya terlalu penuh untuk memikirkan hal lain seperti ini. Dengan perlahan Zio mulai membuka kotak tersebut, kedua mata bulatnya semakin membulat saat tau apa yang berada didalam kotak. "Ini apa?" Tanya nya. 

Leon menyeringai. "Pacifier."

Memiringkan kepalanya bingung. "Untuk apa?" Tangannya memegang bagian silikon dari pacifier "Ng? Lembut," gumamnya.

Leon terkekeh, mengambil pacifier dari tangan Zio lalu memasukkannya ke mulut mungil yang sedikit terbuka itu. Saat Zio ingin mengeluarkan Pacifier dari mulutnya, Leon menatapnya dengan tajam sehingga Zio mengurungkan niatannya. "Hisap," titahnya.

Zio mulai menghisap dengan pelan, tidak ada rasa tapi semakin lama mulai terasa nikmat. Berakhir Zio menghisabnya dengan kuat sehingga terdengar bunyi decakkan dari bibirnya.

Leon sendiri hampir mati gemas, liahtlah pipi chubby yang bergerak-gerak itu, juga mata bulat yang menatapnya dengan polosnya.

Isabella datang dengan membawah buah-buahan. "Astaga! Makhluk menggemaskan dari mana ini?" Duduk dengan cepat disamping Putra ketiganya, Isabella menangkup pipi chubby yang tengah bergerak-gerak lucu akibat menghisab pacifiernya. Ia menciumi gemas seluruh wajah Zio, dengan jahil mencoba mengambil pacifier dari mulut mungil itu. 

Zio sendiri yang sedang menikmati hadiah dari abangnya pun terganggu saat Mommy nya mencoba menarik benda yang sedang ia hisap, kedua alisnya menekuk kesal  dengan tangan yang berusaha menjauhkan tangan Mommy nya dari Pacifier nya.

"Jangan diganggu Mom, nanti bayi ini akan menangis~" Leon terkekeh pelan seraya menarik Zio menjauh dari Mommynya, dan Zio yang langsung menyembunyikan wajahnya di dada bidang abangnya.

Isabella tertawa pelan, ia mengusak rambut Leon gemas. "Anak nakal ini mendapatkan benda itu darimana, hm?"

Leon tersenyum. "Dari Ayah Xavier, beliau bilang harus memberikan itu pada Zio. Katanya Zio pasti menyukainya," jelasnya.

Isabella mengangguk pelan, kakak iparnya itu memang random sekali. Tetapi selalu berhasil membuat keluarganya terkagum-kagum dengan pemikiran itu.

"Kami pulang~" Damien dan Vano memasuki mansion dengan pakaian yang sudah berantakkan, ciri khas sehabis bekerja seharian penuh. 

Damien mendekati Istri dan kedua putranya, ia memberikan paper bag yang dibawanya pada istrinya. 

"Apa ini?" Isabella menerima paper bag tersebut dan membukanya, kedua matanya membulat terkejut dengan isi nya. "Botol susu?" Tangannya mengeluarkan botol susu itu dan menatap bingung suaminya.

Damien tersenyum mengelus rambut Isabella dengan lembut. "Untuk Baby Zio, sayang."

Isabella membuka mulutnya saat mengerti apa yang dimaksud suaminya.

Vano menyerahkan paper bag yang ia bawa pada Mommy nya. "Ini susunya Mom," ujarnya. Kedua mata tajam turunan Damien itu menatap Zio yang tengah tertidur didekapan Leon dengan iri. Coba saja jika ia pulang lebih awal tadi, pasti Zio akan tidur dipelukannya.

"Kenapa kalian kompak sekali sih?" Isabella tertawa geli.

Ayah dan kedua putranya itu menatap bertanya pada satu-satunya wanita yang mereka sayangi.

"Lihat, Leon membawa Pacifier, lalu kau dan Vano membawa botol susu dan juga susu nya. Astaga~ Ayo kita lihat Asta membawa apa saat sampai."


.
.
.

Halow!
Maaf yaa ceritanya di anggurin hehe~

.
.
6 Agustus 2024

CryBabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang