Aurora masuk ke dalam kelasnya pada pukul tujuh pagi, disana di bangku paling belakang, Jessie dan Grace sudah ada di tempatnya masing-masing.
"Morning, bitch." sapa Aurora dengan gurauan.
"Morning my bitch." balas keduanya serempak membuat Aurora terkekeh.
"Oh ya! i almost forgot. Jadi, kita bertiga di invite ke party nya temen gue, dia buat party, house party gitu. Lumayan kan bisa refresh otak, acaranya minggu depan, saturday night." jelas Jessie membuat mereka menganggukkan kepala mengerti.
"ACCEPT!" teriak mereka berdua lalu mereka bertos ria.
"Ada dress code nya gak?" tanya Aurora.
"Nothing, pake apapun semenarik mungkin, kali aja dapet cowo ganteng." ujar Jessie di akhiri kekehan.
"Alright honey, disana kita bisa cari cowo. Bakal gue pake dress yang baru gue beli minggu lalu, dan lo Aura, pokoknya kita harus cari cowo buat lo disana nanti." kata Grace dengan semangat.
Aurora hanya memutar bola matanya malas. Pusing menghadapi kedua temannya yang selalu saja ingin mencarikannya pacar dan menjodoh-jodohkan dirinya ke lelaki manapun. "Whatever."
...
Aurora menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang lalu dengan cepat mengambil ponselnya yang berada di atas nakas dan membuka aplikasi Line dan memencet room chat nya dengan Marvel yang berada di atas sekali, berisi 2 pesan belum di baca.
"Aura, where are you?" pesan pertama itu dibaca oleh Aurora dengan senyum mengembangnya. "Udah pulang atau belum?" pesan terakhir itu dan langsung di balas oleh Aurora dengan semangat.
"Here, aku baru pulang. Kamu dimana sekarang?"
"Lagi di warkop, kumpul sama temen."
"Oh gitu, yaudah nanti aja chatting nya kalo gitu?"
"Kenapa? gapapa kok, bisa ini sambil chat."
"Beneran? gak ganggu kamu emangnya?"
"Engga kok, anyway kamu udah makan siang belum?"
"Belum nih, belum laper."
"Makan sana, aku gak disana buat nemenin kamu makan."
"AKHHH! apaan sih, jago bener buat orang salting nih orang." ujar nya seraya menatap layar ponselnya itu.
"Kalo gini caranya, how can i stop loving you."
"Berhenti pas capek emang bikin sakit hati, tapi kalo berhenti sekarang, gue gak bisa."
"Kok gak di bales?"
"Eh iyaa, ini mau makan, lagi turun buat ke meja makan. Kamu makan juga yaa, V."
"Oke, Aura."
...
Marvel menghisap batang nikotin itu dalam-dalam lalu menghembuskan nya ke udara dengan diam sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah nya.
Tepukan di pundaknya membuat ia menolehkan kepalanya sebentar lalu menghisap rokoknya kembali. "Kenapa?" tanyanya.
"Gimana sama, Alea?" tanya Kiting sambil mengeluarkan rokoknya dan meminjam pematik dari Marvel. "Udah sejauh mana?" tanyanya kembali.
"Baru juga deket kemarin saaat." umpatnya kepada Kiting membuat lelaki itu terkekeh.
"Ya kali aja gitu, we never know?"
"Anyway tumben nanya cewe yang lagi deket sama gua? kesambet apaan."
"Ah elah lu mah anjing, orang nanya doang. Penasaran aja gua, lu kan lagi deketin Alea nih, lu juga lagi deketin si virtualan lu itu, siapa dah namanya, lupa gua."
"Aura."
"Nah iya, ya emang gapapa sih deketin dua orang gitu tapi kan ya, pilih aja lah, Vel. Yang pasti-pasti aja, Alea contohnya. I mean like, buat apa sih deket sama cewek virtual gitu? bosen tolol."
"Tau anjing gak usah nge gas juga!" ujar Marvel seraya menoyor kening Kiting dengan kuat.
"Sakit anjing."
"Bodo amat."
"Jadi gimana?" tanya Kiting penasaran.
"Gak usah di pikirin amat, gue juga gak bisa, Ting. Gak bisa gue terus-terusan cuma chattingan doang kayak gini, lu tau sendiri."
"Terus kalo sama Alea lo ada serius gitu gak?"
"Baru sehari, Ting. BARU SEHARI."
"HAHAHA, gue seneng banget anjing, gue emang sengaja nanya, mau buat lo ngegas gini." tawanya menggelegar membuat Marvel kesal setengah mati.
"Bangsat."
"By the way, aku di invite ke party temen nya temen aku gitu loh."
"Bucin-bucin." Kiting memperagakan ingin muntah ke depan wajah Marvel membuat lelaki itu tertawa keras. "Gue tau dah love language tu cewe apaan, Vel." ujar nya dengan wajah serius.
Marvel mengangkat sebelah alisnya bingung lalu bertanya. "Apaan?"
"Physical touchscreen."
"HAHAHA ANJING GUE UDAH SERIUS NANGGEPIN NYA." tawa mereka sama-sama meledak.
Kiting emang lawak, tapi lawakan nya kadang minta di hajar.
Marvel menghentikan tawanya lalu membuang rokoknya ke bawah dan tak lupa untuk menginjaknya, dan membuka layar ponselnya untuk membalas pesan dari Aurora tadi.
"Party apaan?"
"Like, house party gitu sih."
"Oh house party, be safe ya hahaha."
"Hahaha, udah pasti itu mah, tenang aja."
"Disini house party nya serem, kalo disana gimana?"
"Sama aja sih, they're so fucking liars."
"No drunk, Aura."
"Gak tau kalo kelepasan."
"Aku samperin, Bali."
"Drunk ah, biar di samperin."
"Gak gitu juga ya, kamu mah."
"Engga kok engga, gak bakalan sampe drunk."
"Good girl."
...
hadeh satu kata dong buat marvel
satu kata juga buat auroranext chapter udah mulai seru ni smpe selanjut"nya, terus baca cerita ini dan jangan lupa buat share ke temen-temen kalian juga ya
15 votes lagi atau lebih for next chapter dan komen sebanyak-banyak nya ya, babes 💌
love you all‼️
KAMU SEDANG MEMBACA
The in Between
Teen FictionRomance series #2 warning(s) : harsh words, kissing scenes, skinship, violence sexuality, and mature theme. judul awal : Uncontrollable Feelings "May I kissed you?" "I just miss you, a lot." "I don't know what to do, I don't know how to describe wh...