Semilir angin menerpa wajah keduanya yang tengah duduk bersantai di atas pasir pantai. Tempat kali pertama mereka datangi berdua dan mungkin akan menjadi yang terakhir kalinya. Mungkin.
"Sorry if I hurt you, Jay." ucap Aurora seraya menarik napasnya dengan dalam. "I know you deserve better than me."
Benar memang adanya, kadang-kadang jika kita sudah menemukan seseorang yang tepat, tidak red flag, maka kita sendiri lah yang memiliki sifat red flag tersebut.
Jayden terkekeh kecil mendengarnya, entah tapi itu terdengar sangat menyakitkan di telinga Aurora. Lelaki itu mengangguk. "It's okay, dari awal kan gue udang bilang, Ra. Kalo emang lo ga bisa, bilang, biar gue yang pergi. Karena, sesuatu yang di paksain juga ga baik kan? and I think, this is the final chapter of us. Thank you for a few months. Gue ngerasa lucky banget bisa sempet deket sama lo." kata Jayden dan diakhiri dengan senyum menenangkannya.
Aurora menampilkan raut bersalahnya saja sejak tadi, karena sungguh Ia sangat merasa tidak enak dengan Jayden sekarang. "You're such a good boy, really. Cuma gue aja yang ga bisa, sorry ya. But we can be friends, Jay. Always. I'll always be there as a friend for you."
"Gue yang ga bisa, Ra." Aurora hanya diam. "Yang ada gue suka lagi sama lo, lo nya sendiri yang repot nanggepin guenya gimana nanti." kekehnya dengan ringan membuat Aurora ikut terkekeh pula mencairkan suasana.
"Mungkin gue cowok ke sekian yang bilang ini ke lo, tapi I love you so much, Ra. Lo baik banget, gue sampe gak tau kekurangan lo tuh dimana ya."
"Lo emang paling bisa ya ngomong gitu." balas Aurora.
"May I ask you something?" tanya Jayden.
"What?"
"Gimana lo sama Marvel itu? ada kemajuan? atau sekarang udah pacaran?"
"Pacaran sih enggak, kalo kemajuan? dia sekarang berubah sih, i don't know kalo ini love bombing doang tapi, I can feel it sih kalo dia rada serius sekarang."
"Sekarang kita jadi deket lagi. Sorry kalo harus ngomong ini di depan lo, Jay. Tapi, Marvel itu bener-bener yang selalu bisa buat gue jatuh cinta sampe kayak orang bego, di bego-begoin aja gue pernah, sampe kayanya trust issues gue tuh udah parah banget deh kalo soal dia, tapi sekarang dia lagi usaha buat bisa balikin kepercayaan gue lagi."
"Do you love him?"
Aurora menatap Jayden lalu menghembuskan napasnya dengan berat. "Mungkin tanpa gue jawab pun lo tau jawabannya. And, yes I do."
"I hope he doesn't hurt you anymore. Karena, kalo itu sampe kejadian lagi, gue maju paling depan buat nonjok mukanya, Ra."
"Thank you for caring about me, Jayden."
"Always, Ra."
Mereka berpelukan sesaat dengan hangat, sebelum setelah ini mereka akan menjadi stranger.
The in Between
Libur hari ini sangat berbeda dari biasanya. Itu di rasakan oleh Aurora saat ini. Hari ini rumahnya tidak ada orang, kedua orang tuanya ada perjalanan bisnis ke Prancis, dan dirinya dirumah hanya bersama dengan asisten rumahnya saja.
Hari sabtu ini Ia baru selesai mandi memakai crop top berwarna merah muda dan short pants, dengan rambut yang di cepol asal. Ia menuruni anak tangga dengan cepat karena katanya Marvel telah sampai, entah untuk apa lelaki itu datang hari ini.
"Hai." sapa Marvel membuat Aurora mengangguk lalu mereka melakukan shake hand. "Masuk." katanya.
Mereka duduk di sofa ruang tamu. "Bibi mana?" tanya Marvel basa basi. "Weekend, balik dulu kerumahnya." mendengar itu Marvel mengangguk mengerti.
"Cuek banget, yang abis pergi sama mantan gebetan." sindir Marvel secara halus di akhiri kekehan renyahnya membuat mata Aurora membulat sempurna lalu mentap Marvel dengan cepat.
"Tau dari mana?"
"Tau dong, apa yang engga aku tau?"
"Yaudah sih, emangnya kenapa?" ucap Aurora cuek, entah mengapa mood nya hari ini kurang baik.
"Kenapa sih, balikan sama dia? ketus banget sama aku?"
"Siapa coba yang balikan, pacaran aja engga pernah, gausah gak jelas gitu ngomongnya."
"Terus kenapa marah-marah?"
"Aku gak kayak kamu ya, jadiin orang selingkuhan, jadiin orang pelampiasan waktu belum selesai sama masa lalunya."
"Kok jadi ngungkit terus sih, Ra? iya aku tau aku salah, tapi kan I'm trying to fix it." Marvel menghembuskan napas lelahnya.
"Lagian kamu duluan ngomongin aku balikan, apalah."
"Ya kan aku cuma nanya, Aura sayang. Terus ngapain kemarin, gak bilang lagi sama aku."
"Ya pertanyaan kamu kayak nuduh gitu, sok tau banget lagian." ucapnya dengan kesal di akhiri dengan memutar bola mata dengan kesal dan menghentakkan kakinya beberapa kali dengan geram.
"Kamu lagi dapet ya? marah-marah aja."
"Sok tau."
Sebuah benda kenyal yang tiba-tiba menempel satu sama lain membuat mata Aurora kini membulat sempurna. "Kissing after arguments. Bales." kata Marvel mendominasi membuat tubuh Aurora merinding seketika.
Benda kenyal itu saling menempel kembali bersamaan dengan tubuh Aurora yang kini naik ke pangkuan Marvel. Berciuman dengan tergesa-gesa, saling meluapkan emosi, dengan semakin dalamnya, lidah bermain-main di rongga mulut dan tubuh yang tak ada jaraknya lagi saling bergerak gelisah.
Ciuman terlepas kala napas sama-sama tak lagi teratur. Marvel mengecup sekali lagi bibir terbuka Aura yang tampak sangat seksi di matanya, Aurora hanya memejamkan matanya menikmati kecupan tanpa lumatan itu.
Setelah terlepas Ia beralih mengulum telinga Aurora dengan sensual membuat sang empu menggeliat seraya menahan lonjakan di dalam dirinya, tubuhnya memanas dengan tubuh yang semakin merapat dengan tubuh Marvel. Ia menggeliat kecil dengan kedua tangan yang meremas rambut lelaki itu.
Bibir Marvel turun mengecup leher Aurora, ia sesap membuat tanda disana yang mampu membuat desahan keluar begitu saja dari mulut indah Aurora. "Aah.. not hickey, V."
"Cause you're mine, babe."
Saling tatap seperkian detik hingga bibirnya mengangkat sebuah senyuman dan saling mendekap satu sama lain.
The in Between
DOR 😀👋🏻
apa kabar semuanya? sehat atau tidak? masih ada kah orang yg baca cerita ini? coba absen...
hehe sorry baru update lagi, sedang hectic irl 💋👊🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
The in Between
Novela JuvenilRomance series #2 warning(s) : harsh words, kissing scenes, skinship, violence sexuality, and mature theme. judul awal : Uncontrollable Feelings "May I kissed you?" "I just miss you, a lot." "I don't know what to do, I don't know how to describe wh...