06. Changed

903 62 17
                                    

Saat ini mereka sedang berkumpul di halaman belakang rumah Aurora, mereka bertiga duduk di kursi taman seraya bercanda ria. Tapi memang sejak dua hari belakangan Aurora tak seceria biasanya, seperti ada yang berubah dsri gadis itu, tapi teman-temannya masih bersikap biasa saja melihatnya karena tidak ingin melihat Aurora tambah terlihat sedih.

"Eh gue ke toilet bentar ya, kebelet nih." ujar Grace membuat mereka mengangguk, lalu Grace berdiri dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam rumah Aurora untuk membuang air kecil.

"Lo kenapa, Aura?" tanya Jessie pada akhirnya membuat Aurora menoleh.

"Kenapa, apa?" tanyanya kembali membuat Jessie berdecak.

"Malah nanya balik, ye. Lo, kenapa? beda aja gitu, lo kayak murung gitu beberapa hari ini. What's wrong? cerita sama gue, sama kita."

Aurora menghembuskan nafasnya berat lalu mengangguk. "Dua hari belakangan ini, Marvel kayak berubah gitu, Je. Gue gak tau gue salah apa sebenernya, gue juga gak tau kenapa dia tiba-tiba gini." jelas Aurora membuat Jessie mengangguk paham, dia sudah mengerti pembicaraan ini akan mengarah kemana.

"Berubah kayak gimana, contohnya?"

"Dia jadi lebih cuek, bales chat gue juga kayak kalo inget aja. Biasanya dia nge pap kalo lagi dimana,
sama siapa, dia juga selalu ngabarin gue dan chat gue terus tapi dia tiba-tiba gini gue bingung banget."

"Kayak gini emang pasti bakal kejadian kan? kita udah berapa kali ngomongin ke lo tentang ini, Ra. Bukan mau buat lo overthinking, tapi kalo dia tiba-tiba berubah gini, for not reason at all, apalagi coba?"

"Cowok tuh cuma ada dua alasan kalo tiba-tiba berubah, Ra. Kalo gak bosen ya dia udah punya yang baru, pengganti lo."

Aurora hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah seraya mengangguk dengan pelan.

"Aura, siapa sih yang tahan sama virtual gini? yang setiap harinya cuma chatting doang, tanpa ketemu, tanpa ngobrol secara langsung? yang ada bosen, dan Marvel ada di dua kemungkinan itu, dia bosen dan dia udah punya yang baru, yang lebih real. Lo real, i know right, tapi Aura, remember this, lo ada tapi gak ada di dunia nyata, lo nyata tapi hanya di dunia maya." ucap Jessie dengan kutipan yang ia ambil dari podcast rintik sedu di spotify.

Seketika pertahan Aurora runtuh, dia menangis di pelukan Jessie, perempuan itu mengelus punggung sahabatnya dengan lembut, mencoba menenangkan nya.

"Gue bakalan selalu siap buat jadi tempat cerita lo, Ra. Jangan sedih ya, coba deh buat keluar dari zona nyaman lo yang sekarang."

"Thank you so much, Je. I love you."

"I love you too, honey."

"Eh kenapa nangis-nangisan gini anjing?" Grace yang baru datang di buat kaget oleh kedua temannya ini. "Marvel, iya?" tebaknya dengan suara meninggi.

Aurora berusaha menghapus air matanya sedangkan Jessie menatap Grace lalu menatap Aurora pula bergantian dan menganggukkan kepalanya ragu.

"Kan, apa gue bilang? kenapa lo nangis gini, di goshting sama tu cowo?" tanya Grace sekenanya.

"He's changed." kata Aura parau membuat Grace menghembuskan nafasnya perlahan-lahan untuk meredakan emosinya yang sudah di ujung kepala.

"Gue udah bilang ini berkali-kali, Aura. And now? you crying because of him, he hurt your heart, Ra."

"I know, my bad. Sorry."

"No need sorry, you're not wrong. Tapi emang seharusnya lo dari awal ga nerima dia buat dateng ke kehidupan lo, nerima dia buat deketin lo gitu aja. Dia gak tau aja, Ra, kalo disini banyak banget yang mau sama lo, yang deketin bahkan ngejar-ngejar lo, tapi semuanya lo tolak. Karena apa? karena dia, cuma karena dia, he's come, virtual, and you accept him, masuk ke dalam hidup lo bahkan hati lo."

The in Between Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang