17. One last time

574 38 9
                                    

Hubungan Marvel dan Celine makin membaik semenjak Marvel meninggalkan Aurora tanpa sebab waktu itu, walaupun perasaan bersalah juga muncul di dalam hatinya. Aurora sangat baik tapi mengapa harus bertemu dengan dirinya yang brengsek ini, tapi dia juga sempat merasakan perasaan yang sama seperti Aurora walaupun sedikit.

Aurora itu baik tapi bodoh, dia cantik, banget. Semua lelaki pasti menyukainya. Dan hubungan Marvel dan Celine pun sudah menginjak lima bulan jika di hitung yang sekarang saja, setelah mereka putus saat keduanya kelas sepuluh.

Kini, mereka saling bersitatap di atas gedung yang memperlihatkan city lights dari atas ini. Mereka baru saja selesai menghabiskan dinner. Celine sangat senang, berbeda dengan Marvel yang sedang gelisah sedari tadi.

"Kamu kenapa sih, Vel? kayaknya daritadi gelisah banget. Ada yang mau kamu omongin, sama aku?"

Marvel masih diam menatap Celine dalam, tangannya menarik tangan Celine dan mengelusnya dengan lembut. Senyum tipis terangkat dari bibirnya. "Cel, i dont know, harus mulai darimana. I'm so confused, aku baru aja ngerasain happy lagi sama kamu, begitupun sebaliknya."

"Vel, jangan bertele-tele. Kamu kenapa, what do you mean?"

"Aku mau pindah ke, Bali. Mommy sama Papi aku ada proyek baru disana, dan kemungkinan kita bakal stay disana. Makanya, aku mau bilang ini sama kamu."

"Vel, kamu baru kasih tau aku sekarang. Hal sebesar ini baru kamu bilangin ke aku hari ini, kamu sengaja? dan kapan kamu pergi?"

"Besok." ucapnya dengan pelan mampu membuat Celine berteriak kesal. "Cel, I'm really sorry. Aku gak maksud, tapi mommy baru bilang ke aku minggu lalu–"

"Minggu lalu itu waktu yang panjang, Vel. Dan kamu malah kasih tau aku h-satu hari kamu mau move ke, Bali. Kamu, jahat banget tau gak."

"Cel, aku gak tau harus bilang gimana sama kamu. Aku bingung, Cel, aku gak bisa, aku gak mau liat kamu sedih. Jadi aku keep sendiri dulu, tapi aku malah kacauin semuanya, aku gak bermaksud buat kamu nangis kayak gini, Cel."

"Terus mau kamu apa sekarang. Kamu gak bakal balik lagi ke Jakarta, dan aku harus apa disini? nunggu kamu yang bakal dapetin cewek baru disana, hah?"

"Kenapa ngomong gitu sih, Cel. Kamu tau kan, kalo aku sayang banget sama kamu, I love you more than anything, Cel. Aku juga gak mau pindah kalo bisa milih, tapi aku harus. Aku gak mungkin disini sendirian."

Celine masih menangis tak sanggup untuk membalas kata-kata Marvel yang membuatnya sangat sakit hati sekarang, dia sangat sedih, dia tidak sanggup untuk kehilangan Marvel lagi untuk kedua kalinya. Dia tidak ingin berpisah dengan Marvel. Tapi kenapa takdir seolah ingin memisahkan keduanya terus-menerus, entah ada saja rintangan mereka berdua dala hubungan ini.

Marvel berdiri dari duduknya dan menghampiri Celine yang masih menangis di tempatnya. Ia mengajak Celine untuk berdiri dan menarik tubuh itu kedalam dekapannya. Memeluk tubuh itu dengan erat.

"I'm really sorry, sayang." ucap Marvel dengan parau. "I know it's really hurt, but you know, aku gak bisa ldr, begitupun sebaliknya. Kita sama-sama gak bisa ldr, Cel."

"Vel, aku emang gak bisa. Tapi apa gak bisa, kita perjuangin ini sama-sama? i still want us to be together. I love you so much, Vel."

"I love you too, Cel. Tapi, aku gak mau buat kamu overthinking, dan kita juga bakalan jarang ketemu, kita bakalan susah ketemu, Cel. Kita bahkan beda pulau."

"Kamu gak cinta sama aku. Kalo emang kamu cinta sama aku, sesusah apapun itu, kamu bakalan bisa buat merjuangin kita, Vel. Tapi apa! enggak, kamu enggak mau merjuangin hubungan kita, sejauh apapun kalo ada niatnya, bakalan bisa tau gak. Tapi kamu! kamu bener-bener gak ada niatan sedikitpun buat hubungan kita. You are really broke my heart, Vel." tangisannya tersedu-sedu, Ia berteriak dengan marah seraya memukuli dada bidang Marvel.

"Bukannya gak mau, Cel. Kamu gak ngerti, kita gak akan bisa, kamu sama aku beda sekolah aja kamu bisa-bisanya selingkuh, apalagi beda kota, beda pulau gini? sama berapa cowok kamu selingkuhin aku, Cel." Marvel yang ikut terpancing emosipun meluapkannya membuat Celine menatap matanya dengan air mata yang tak berhenti menetes. "Trust issues? yes I do. You're really broke my heart at that time, Cel. Kamu gak tau sakitnya hati aku waktu itu."

"Kenapa jadi ngungkit yang lama-lama, sih. Kenapa? emang kamu takut jadi kamu yang selingkuhin aku waktu kamu di Bali, iya?"

"Jawab aku, Vel!"

"Buang ya pikiran kotor kamu, itu. Aku gak pernah ada pikiran kesana. Kamu memang yang selalu punya pikiran buat selingkuh dari aku. Fuck up banget, tau gak sih kamu." balas Marvel dengan menggebu-gebu.

"Cukup, Marvel. Cukup! kamu bener-bener ngebuat aku jadi kayak orang jahat banget disini, kamu nyudutin aku, Vel. Kamu salahin aku terus daritadi."

"Karena kamu yang mulai, dan semua yang aku omongin itu bener semua adanya, Cel!"

"Stop it! jangan tambah ngebesar-besarin masalah, ya. Let's broke up. We're done. We're over. This is the end of our relationship, Vel. Puas kamu." teriak Celine dengan tangan gemetar menunjuk wajah Marvel dengan wajahnya juga ikut memerah menahan segala tangisan dan amarahnya yang menjadi satu.

"Oke, we're done." balas Marvel memelan.

"Kalo emang ini keputusan terbaik buat kita, buat kamu, aku ikhlas, Vel. Kita juga beda keyakinan kan. Emang dari awal kita udah gak cocok tapi tetep maksain keadaan ya, ternyata. Dan ternyata ini deh akhirnya. Thanks buat semuanya, I hope you find someone new, better than me, dan yang pastinya seiman sama kamu. Biar gak ada alasan putus karena beda keyakinan, kelak. And then, I hope you always happy in this fuckin world." Celine menganggukkan kepalanya lalu mengelap sisa air matanya setelah mengatakan banyak kata kepada Marvel membuat lelaki itu mengangguk kecil.

"Thank you so much, I learn a lot from you, from us. Thank you udah buat aku pernah ngerasain yang namanya jatuh sejatuh-jatuhnya sama kamu, if this is the end of us, aku juga berharap yang sama buat kamu. I hope you always happy, find someone better than me, yang seiman juga ya." kekehnya di akhir mencairkan suasana membuat Celine ikut tertawa kecil mendengarnya.

"Putus baik-baik jadinya gak baik juga ya, ternyata." kata Celine dengan berat membuat Marvel menghembuskan napasnya dengan pelan. "Tapi, I know ini yang terbaik buat kita berdua."

"Yes, and once again I'm so sorry kalo udah buat kamu sakit hati, dan sedih hari ini. Aku cuma gak mau kita maksain semuanya lebih jauh, lagi."

"It's okay, no problem. Aku bakal terima itu kok. Aku juga minta maaf ya sama kamu, aku pernah selingkuhin kamu dulu, aku pernah nyakitin hati kamu, aku pernah jahat banget deh sama kamu, aku minta maaf ya."

"Semuanya udah lewat, kita sama-sama perbaikin diri aja, ya."

"Give me a hug, for last time." pinta Celine membuat Marvel tersenyum lalu mengangguk.

Mereka saling mendekap, untuk yang terakhir kalinya. Saling mendekap dengan erat, membiarkan malam ini menjadi malam yang panjang untuk mereka, karena setelah dari ini mereka mungkin tidak akan bertemu kembali.

Angin kencang dengan gemuruh petir seakan menjadi penutup malam mereka. Langit seakan tau sedang ada dua insan yang tengah bersedih, saling melepas genggaman hubungan yang selama ini mereka buat dan pertahankan, tapi malam ini, di atas gedung bertingkat ini, di hadapan lampu-lampu kota, mereka mengakhiri semuanya.

Selamat tinggal, kisah Marvel dan Celine.

The in Between

wowowow surprise ???
howsss??? shock or nah?
menurut kalian mereka bakalan ketemu atau engga atau bakalan lanjut ga ya? hohoho see ya! selamat menebak-nebak

and kasih tanggapan kalian tentang Celine dong, sedih banget loh jadi diaaa??? im sorry for her
kalian tim Celine apa Aurora? lemme know, komen ya!

r u ready for the next chapter ???🙈🙈
anw vote nya nurun" trs nih, bantuin buat naikin vote nya lagi ya! jangan lupa share cerita ini ke platform manapun, kalo kalian suka sama ceritanya, thank you💓🫵🏻

oh yaaa! sama yang nanya-nanya ; kak kenapa ganti judul? HEHEHE imo judul kemarin rada kureng ajaa, jadi aku ganti jadi ini yaa, tapiii isi cerita maaah masi tetep sama, kk sipp 👍🏻

The in Between Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang