Marvel mengikuti langkah Aurora dengan diam tanpa perempuan itu sadari. Sampai akhirnya perempuan itu berhenti lalu memutar kunci untuk membuka loker berwarna merah muda nya itu. Warna kesukaan Aurora banget.
Ia berdiri disamping loker itu seraya menatap perempuan cantik itu hingga Aurora menoleh kearahnya dengan tatapan terkejut yang mampu membuat benda ditangannya hampir saja terjatuh.
Marvel hanya terkekeh geli melihatnya. "Kayak abis ngeliat setan, segitu kagetnya?"
"Iya, lo setannya."
Lagi-lagi Marvel terkekeh dibuatnya. "Apaan tuh?" tanyanya membuat Aurora menatap benda di tangannya itu lalu menatap Marvel kembali.
"Pompon. Gak mungkin lo gak tau." balas Aurora dengan malas.
"Basa-basi aja. Oh iya, lo kan cheers ya?"
"Iya."
"Mau ikut basket deh kalo gitu, biar kalo ada turnamen disemangatinnya sama, lo."
"Lo kan gak pernah ikut ekskul basket."
"Masih inget, about me, huh?"
"Gak juga." semua tentang lo, gue masih inget. Everything.
Marvel menahan senyumnya, menatap Aurora dengan pandangan menggoda. "Gausah tatap gue kayak gitu, ih."
"Gemesin banget sih, lo? seneng dong si Jayden itu ngeliatin lo tiap hari, gini."
"Biasa aja."
"Iya, nanti gemesin nya buat gue doang. Gak boleh buat cowok lain."
"Udah deh, gue mau latihan. Mending lo balik."
"Mau nungguin lo. Biar bisa balik bareng."
"Gue bareng temen."
"Gausah. Sama gue aja, titik."
"Gak usah maksa."
"Lo gak kangen gue ya, Ra? gue kangen banget tau. Kita bahkan baru ketemu sekarang, gak bisa apa peluk atau apa gitu, jangan marahan gini."
"Enggak." kangen banget, bangsat.
"It's okay. Gue bakalan tetep nungguin lo sampe kelar latihan. Pokoknya kita balik bareng, gue anterin lo pulang."
"Vel."
"Udah, sana-sana latihan. Semangat ya cantikku."
Marvel duduk di tribun lapangan indoor ini dengan senyuman yang mengukir indah di wajahnya. Memperhatikan Aurora yang bergerak lincah di bawah sana, meliukkan tubuhnya seraya mengangkat pompon nya dengan riang.
Marvel mengalihkan pandangannya sejenak saat telepon masuk.
"Gue masih di sekolah." balasnya. "Iya, nungguin Aura latihan, cheers." matanya tak berhenti menatap Aurora hingga perempuan itu menatapnya pula, lalu senyuman terbit dengan sangat lebar membuat Aurora langsung mengalihkan pandangannya.
Marvel hanya terkekeh kecil melihat Aurora salah tingkah. "Iya gue dengerin. Nanti, shareloc aja cafenya. Gue nyusul."
"By the way, kita ikutan ekskul basket, ya."
"Nanti aja bahasnya, udahan dulu. Dah, Kiting jelek." setelah mengucapkan itu Marvel langsung mematikan sambungan secara sepihak membuat Raihan di sebrang sana misuh-misuh.
Setelah selesai latihan, Marvel turun dari tribun seraya membawa botol air mineral di tangan kanannya, berjalan mendekat ke arah Aurora.
"Nih, pasti haus kan." katanya seraya menyodorkan botol itu ke hadapan Aurora. "Gak dingin soalnya kan lo abis latihan gitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
The in Between
Teen FictionRomance series #2 warning(s) : harsh words, kissing scenes, skinship, violence sexuality, and mature theme. judul awal : Uncontrollable Feelings "May I kissed you?" "I just miss you, a lot." "I don't know what to do, I don't know how to describe wh...