20. One last chance ?

580 42 11
                                    

Marvel berhenti kala Ia mendengar suara isakan tangis disana, ada Aurora dan kedua temannya, yang Ia tidak ketahui siapa dua orang tersebut. Ia mendekat kesana, ke sebuah kursi berwarna putih di bawah sebuah pohon, yang bisa Ia tebak, mungkin sekarang dia tengah berada di taman sekolah ini.

"Aura." panggilnya dengan pelan membuat Aurora langsung memalingkan wajahnya seraya menghapus cepat air matanya.

"Oh jadi lo yang namanya, Marvel." ujar Grace dengan suara meninggi. "Ngapain lo disini?"

"Gue perlu bicara sama, Aura." balasnya.

"Ketemu aja rasanya Aura gak mau, apalagi ngomong sama lo." sahut Jessie dengan cepat. "Lo tau kan Marvel, kesalahan lo apa selama ini? masih bisa lo nunjukin muka lo itu ke depan Aura, after everything you did to my best friend?"

"I know, tapi gue bener-bener pengen ngobrol berdua sama Aura, gue tau, gue salah banget. Tapi apa gue gak bisa dapet one last chance?"

"Enggak, gak ada one last chance buat orang kayak lo, Vel." ucapnya dengan tertawa jenaka. "Kenapa lo bisa ada disini?" tanya Aurora dengan nada sinisnya.

"Gue sekolah disini, gue pindah, Ra."

"Harus banget gue ketemu lagi sama lo, ya."

"Vel." panggil keenam temannya membuat Marvel menoleh, disana mereka terlihat sangat lelah berlari seraya menumpu kedua lutut dengan napas ngos-ngosan. "Disini lo ternyata."

"Please, Aura. Talk to me, sebentar aja."

Aurora menatap kedua temannya bergantian lalu mereka menggeleng ke arah Aurora dengan tatapan kesal. Tapi Aurora mengangguk. "It's okay, cuma sebentar. Kalian duluan aja ke kantin, nanti gue nyusul." katanya begitu membuat Jessie dan Grace mendengus kencang lalu menatap sinis ke arah Marvel dan berlalu darisana.

"Kalo gitu, kita juga pergi. Nanti lo nyusul, ya." ucap Melvin pula lalu mendorong kelima temannya itu bergantian.

"Gue masih bingung anjing." ucap Derek kesal.

"Ini ada apasih sebenernya." kata Karrel pula seraya menggaruk tekuknya yang tak gatal.

"Lu pada gak mau cerita apa sama kita?" tanya Abidzar kesal.

"Iya nanti, nanti kita ceritain, sekarang mending kantin, gua laper." ucap Raihan mendahului dan disambut anggukan oleh Kayden dan Melvin.

Marvel menatap mata Aurora dengan tatatapan teduhnya, Ia masih berdiri sedangkan Aurora duduk di kursi itu seraya memalingkan wajahnya. Marvel dengan gerakan pelan namun pasti duduk di sebelah Aurora, mereka bertatapan beberapa detik sebelum Aurora lah yang memutusnya lebih dulu.

Marvel mendesah kecewa. "Aura, I'm so sorry, for everything, I know this is my fault, I'm an asshole as you said to me."

"Gue ninggalin lo lagi, dan lebih parahnya lo akhirnya tau kalo ternyata gue udah punya pacar disana, dan yang bales chat lo waktu itu juga cewe gue."

"Gue tau, Ra. Gue jahat banget sama lo, lo selalu sabar, lo selalu mau nerima gue, setelah apapun yang udah gue lakuin kemarin."

"Tapi sekarang, enggak bakal lagi, sih." sahut Aurora dengan cepat. "Lo udah terlalu nyakitin hati gue Vel, selama ini. Lo udah terlalu egois, gak pernah sekalipun kayaknya lo mikirin perasaan gue gimana, yang lo tau, cuma kesenangan lo doang, dan lo gak tau gimana sakitnya gue? lo gak pernah tau, Vel."

"Maaf."

"Percuma, buat apa minta maaf? buat udah jadiin gue selingkuhan? atau karena merasa bersalah akhirnya gue tau kalo lo udah punya pacar, dan selama ini lo jadiin gue second choice, disaat lo lagi feeling lonely? disaat lo sakit? disaat segala-galanya yang seharusnya gue gak ngelakuin itu semua, Vel! seharusnya gue gak mau di deketin lo dari awal, lo jahat banget tau Vel. Lo biarin gue sendirian disini, gak tau apa-apa, sedikit pun gue gak tau tentang hidup lo disana. Gue kayak orang bego disini, taunya deket sama pacar orang? otak lo kemana sih, Vel. Lo anggap ini hal sepele ya, Vel?"

"Lo anggep gue ini apa sih, Vel? mainan lo doang? bahan gabut lo doang, yang bisa lo mainin, yang bisa lo manfaatin, sesuka hati lo? terus lo buang gitu aja saat lo udah bosen, dan gak butuh lagi, iya?"

"Ra—"

"Lo bener-bener brengsek banget, gue capek diginiin sama lo, Vel. Gue gak pernah kan ngomong gini sama lo, ngeluh ini-itu, lo gak pernah pengen tau, Vel. Lo taunya tentang diri lo doang, lo cuma mikirin perasaan bangsat lo itu doang, gak buat orang lain."

"Maaf buat semuanya, semuanya salah gue. Gue tau, gue disini brengsek banget, semua yang lo bilang, emang bener semuanya. Gue jahat banget sama lo kemarin-kemarin, Ra."

"Emang, kalo bukan salah lo, salah siapa lagi."

"Balik ke gue lagi ya, Ra? kayak dulu, gue masih pengen kita bareng."

"Bareng aja sama cewek lo, bener-bener ya lo, setelah semuanya yang lo lakuin, brengsek. Masih bisa lo ngomong, balik ke lo, lagi?"

"Gue udah putus, Ra. Gue udah putus sama Celine."

"Gue emang selalu jadi second choice nya lo ya?"

"Engga, Ra. Enggak gitu."

"Kalo enggak terus apa namanya? gue selalu jadi second choice lo, Vel. Sadar gak sih? gue tuh selama ini cuma jadi pelampiasan lo doang, pelarian disaat lo bosen sama cewek lo, terus lo dateng ke gue."

Marvel hanya diam menunduk tak berani menatap Aurora yang sangat marah kepadanya, Ia tak menyalahkan perkataan Aurora karena memang benar adanya, dia salah, dan mungkin memang dia pantas untuk mendapatkan ini semua.

"Gue mau cabut. Udah kan? minta maaf doang." kata Aurora dengan datar lalu dengan cepat beranjak dari duduknya dan tangannya langsung di cekal begitu saja oleh Marvel. Dan ikut bangkit.

Ia memeluk tubuh Aurora dengan erat, seakan tak akan Ia lepaskan untuk kesekian kalinya. Aurora berusaha memberontak, Ia memukul dada Marvel dengan kepalan tangannya dengan kencang, Ia berusaha terus memberontak tapi Marvel tak sedikitpun bergerak, malah Ia semakin mendekap tubuh itu dengan erat.

"I miss you." ucapnya dengan sendu membuat pertahanan Auora runtuh begitu saja. Ia berhenti memberontak, air matanya lagi-lagi jatuh tanpa diminta. "Maafin gue, Ra. Cuma itu yang bisa gue bilang sama lo. Please, forgive me, give me a chance, and I will fix it. I'm promise you, Aura."

Aurora menggeleng lalu mendorong tubuh itu dengan sekuat tenaganya hingga pelukan itu terlepas, Aurora menghapus air matanya lalu menatap Marvel dengan sendu. "Gue udah maafin lo, Vel. But maybe, we can be friends but not as past."

"Lo aja gak yakin sama diri lo sendiri, Ra. Gue tau lo masih mau kita kayak dulu lagi, gue bakal berusaha, biar lo bisa percaya lagi sama gue, dan balik lagi kayak dulu. Gue bakalan deketin lo lagi, Ra. Anggep aja kita baru kenal sekarang, and i hope, lo bisa nerima kehadiran gue di hidup lo lagi, nanti."

Aurora hanya diam, karena yang dikatakan Marvel tentang dirinya yang tidak yakin, itu memang benar adanya. Aurora masih sangat ingin kembali pada Marvel, nyatanya memang Marvel lah yang selalu bisa mendapatkan hatinya, bukan orang lain. Tapi, Ia tidak akan dengan mudah memberikan hatinya lagi kepada Marvel dengan cepat, Ia ingin melihat seberapa keras usaha lelaki itu untuk meluluhkannya dan membuatnya yakin kembali, bahwa memang dia telah berubah. Tidak sama seperti dulu.

"Take your time, Ra."

"Gue cabut." kata Aurora lalu dengan cepat melangkah meninggalkan taman belakang sekolah dengan perasaan yang campur aduk.

Marvel hanya menatap punggung itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Kita pasti bisa balik kayak dulu lagi. Gue janji." gumamnya pada Aurora yang telah pergi meninggalkannya.

The in Between

kira-kira Aurora pinternya di part ini doang apa sampe selanjut-selanjutnya ya?? wkwk

see you on the next chapter guys

The in Between Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang