Pagi itu Timy membuka mata dan langsung mendapatkan wajah Irene sebagai penyambut paginya.
"Irene? Jangan bilang kalau semalam kita" Irene malah menunjukkan senyumnya ketika Timy sadar mereka tidak berbusana.
"Good morning, Timy. Kau semalam berhasil membuatku menjerit. Kau pemain ulung ternyata. Mau mengulang sekali lagi atau langsung pulang?" Apa-apaan ini? Perempuan di sampingnya ternyata maniak.
"Fine. Aku mengerti. Besok aku akan ke sini lagi untuk melamarmu" mata Irene terbelalak.
"No way! I mean, what? And why?" Heran Irene pada laki-laki yang baru satu kali menyentuhnya dan langsung ingin menikahinya, bukankah pria ini seperti mimpi buruk yang menjadi kenyataan?
"Ya, karena aku sudah tidur denganmu, and i have to. I mean i love you too" wah, pria ini positif gila sepertinya.
"Kau ingat aku memberimu syarat untuk tidak menyentuhku? Dan sekarang karena kau melanggarnya, kau harus menuruti satu kemauanku" tawar Irene.
"Ya, tentu. Aku akan menikahimu" Irene jengah.
"Justru bukan itu bodoh, kalau kau berniat menikahiku lebih baik pergi saja sekarang dari kehidupanku, dan jangan pernah menampakkan wajahmu lagi di hadapanku"
"Tidak bisa begitu, Irene. Aku menidurimu semalam, bagaimana kalau kau hamil?"
"Impossible! Dan lagi kau bukan yang pertama untukku, kenapa kolot sekali jadi pria? Sebetulnya kau hidup di tahun berapa?"
"Tidak ada yang tidak mungkin walau hanya semalam kita berhubungan. Aku tetap ingin bertanggung jawab. Aku tidak bisa meninggalkanmu apalagi keluar dari kehidupanmu. Aku memang kolot, walau hidup di 2022. Aku punya prinsip dan aku telah merusakmu. Masalah siapa yang pertama tidak pernah jadi masalah. Tapi aku hanya ingin jadi yang terakhir. Sampai di sini kau paham kan?"
Irene merasa seperti habis melempar boomerang. Berniat bermain dengan Timy malah terjebal di situasi seperti ini. Kenapa Timy harus jadi pria dengan komitmen. Padahal permainannya asik.
"Tidak mau! Kau paham tidak, aku tidak ingin menikah denganmu!"
"Kita lihat saja nanti, siapa yang akan jadi pemenangnya"
"Baik, aku memberimu kesempatan terakhir. Kau boleh melamarku hanya jika aku hamil" Timy tersenyum mendengarnya.
Tapi Irene juga tersenyum mengucapnya.
"Tunggu tanggal mainnya, sayangku. Sekarang aku pulang dulu" kata Timy mencium Irene tepat di bibir sebelum pergi.
"Kita lihat saja, aku tidak akan hamil hanya karena berhubungan dengan manusia sepertimu" iya, seorang penyihir perempuan tidak akan bisa hamil oleh manusia, maka dari itu Irene tidak pernah takut ketika berhubungan dengan pria.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.