Irene sangat pusing memikirkan kemungkinan untuk dirinya sendiri dan anak laki-laki sialan yang sekarang berada di dalam kandungannya.
"Aku harus bagaimana?" Ucapnya memandang perutnya yang memang sekarang memiliki ukuran sedikit lebih besar dari biasanya.
Ingin rasanya memukul perutnya sendiri atau kalau bisa menusuk perutnya agar yang tinggal di dalamnya merasa terganggu, kesakitan, dan menghilang. Tapi ia pun tidak tega, biar bagaimana ini adalah anaknya, keturunannya, darah dagingnya, dan ia tahu betul konsekuensi yang akan ia terima jika ia mencoba menyakiti bayi di dalam perutnya.
"Ingat Rene, bayi itu akan menyakitimu balik jika kau menyakitinya. Bahkan walaupun hanya sekadar niat, ia bisa mengetahuinya. Perutmu akan semakin begejolak dan seiring berkembangnya dia, ia juga bisa melakukan banyak hal lain walau hanya dari dalam kandunganmu saja" peringatan dari sang ibu.
Ponselnya seketik berdering menimbulkan nama Timy di sana. Ya, mereka sudah bertukar nomor untuk kepentingan bersama.
"Jangan terlalu lama memutuskan, Irene. Jika kau tidak ingin tampil di layar kaca dengan perut besar berisikan bayiku. Kita harus mempercepat pengumuman hiatusmu dan pertunangan kita. Setelah itu aku akan membantumu menjalankan kehamilan dengan baik" apakah kehamilannya akan tidak baik-baik saja pikir Irene.
"Apa tidak ada opsi lain? Seperti menggugurkan anakmu misalnya?" Deg, tapi setelah berkata demikian, seperti ada yang menusuk ulu hatinya dari dalam diri Irene dan itu sangat terasa tidak nyaman, rasanya ia ingin muntah lagi sekarang.
"Aku tahu kau langsung merasa sakit ketika mengatakan hal-hal tidak baik seperti itu pada bayiku. Lebih baik terima saja tawaranku, Irene. Aku berjanji segalanya akan baik-baik saja setelahnya" aku harap begitu, aku harap kau bisa selamat ketika proses melahirkam bayiku, Rene.
"Mudah untukmu hanya berbicara, yang hamil aku, bodoh! Lagi pula kenapa kau harus menghamiliku seperti ini? Kau kan bisa menghamili wanita lain saja jika hanya menginginkan keturunan" ya, karena yang bisa menampung benihku ternyata hanya dirimu.
"Aku minta maaf, Rene. Tapi sungguh, aku mencintaimu dan akan selalu begitu. Aku akan membuatmu menikmati masa-masa kehamilan ini. Aku janji akan membuatmu merasa sangat dicintai dan tidak kekurangan suatu apapun. Tolong pertimbangkan dengan baik, Rene. Waktu terus berjalan dan bayi kita akan semakin cepat bertumbuh" ada desiran aneh ketika Timy menyebut bayi itu adalah bayi mereka, bayi kita.
"Baiklah, kau yang atur. Sudah terlanjur seperti ini pun aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Aku terlalu malu untuk menghadapi dunia, sekarang. Kau yang urus ke agensiku dan semua pemberitaan juga publisitas. Aku tunggu kabar darimu" telepon itu terputus dan Irene kembali mencari ibunya.
Baru kali ini Irene menyesal bermain dengan pria dan kini menangis di pelukan ibunya.
"Sudahlah, jangan menangis terus. Kasian bayimu, nanti perutmu juga jadi tegang. Walau bayi ini akan menyusahkanmu dalam beberapa waktu ke depan dan dapat menyakitimu ketika kau membencinya. Tapi ia juga bisa merasakan perasaan sedihmu dan merasa sedih untukmu" ucap ibu sambil mengusap punggung Irene dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Liar
FanfictionThere is no different, when lie or the truth come out.