Hari-hari berlalu begitu membahagiakan, Irene juga sudah mengandung adik twins sekarang. Waktunya sangat tepat sampai lahiran nanti, Timy tidak menyia-nyiakan waktu sama sekali, begitu Irene selesai pemulihan, ia segera berhasil menghamili Irene lagi.
Di balkon rumah sementara mereka, sambil memandang ke arah laut. Timy memberikan pelukan nyaman dari belakang untuk Irene.
"Timy" ucap Irene sambil meraba rahang tajam milik suaminya.
"Iya sayangku?" Timy menjawab sambil memberikan beberapa kecupan manis sepanjang bahu Irene.
"Aku jadi membayangkan kalau anak kita laki-laki dan setampan dirimu" Irene tersenyum memejamkan mata sambil menikmati kecupan cinta milik Timy.
"Laki-laki atau perempuan tetap anak kita sayang" tiba-tiba saja Irene tidak mood mendengar jawaban Timy.
"Yang bilang baby bukan anakku siapa?" Jawab Irene ketus.
"Oke, semoga bayi kita laki-laki ya, tapi semuanya kembali kepada penguasa kita yang di atas. Sebelum kau betul-betul marah, bagaimana kalau kita diskusikan hal lain? Seperti nama anak kembar kita yang sebentar lagi jadi kakak? Mungkin bisa kita putuskan sekarang sayang?" Irene terdiam.
"Kau benar sayang, kembar sudah mau punya adik sementara mereka belum punya nama. Kita selalu memanggilnya kakak dan adik, sementara mereka tidak lagi bisa di panggil seperti itu kan jika adik mereka lahir nanti" ucap Irene mengelus perutnya.
"Bahasanya memang rumit tapi intinya aku menyerahkan pemilihan nama padamu, sayang" Timy kembali mengecup Irene tapi kali ini di pipi.
"Beri aku waktu, aku masih belum bisa menemukan yang tepat untuk keduanya. Yang jelas aku ingin inisial namamu sama dengan mereka"
Entah mengapa belakangan ini Irene jadi suka berolah raga pagi bahkan sebelum Timy bangun. Ia sudah bersiap diri dengan pakaian olah raganya dan berlari kecil dengan sepatu larinya mengelilingi kompleks. Lalu berakhir duduk di pasir pantai yang hangat sambil memandang matahari perlahan sampai pada singgahsananya untuk menyinari dunia. Baru perlahan ada tangan yang merangkul perutnya dan kaki yang lebih besar mengapit kakinya, serta dagu dengan janggut tipis yang melekat pada bahunya."Kenapa tidak bangunkan aku sayang? Aku kan sudah bilang akan ikut menemanimu berolah raga" kata Timy memberikan beberapa kecupan kecil di pipi Irene.
Irene terkekeh geli terkena janggut tipis milik Timy karena memang dirinya yang meminta Timy untuk tidak mencukur janggutnya, menurut Irene, Timy lebih seksi dengan janggut dan kumis tipis, padahal sebelumnya ia tidak suka, entah lah mood ibu hamil memang berbeda.
"Maaf, aku tadi tidak enak membangunkanmu, kau terlihat begitu nyenyak sayang" ucap Irene sambil mengusap janggut Timy.
"Kau tahu aku tidak suka terbangun tanpamu, Rene" jika nada bicara Timy sudah rendah dan tak lagi memamggilnya sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Liar
FanfictionThere is no different, when lie or the truth come out.