Ah, baru saja Irene bilang ingin bermalas-malasan saja seharian ini, tapi ibunya malah datang berkunjung.
"Kenapa menatap ibu seperti itu? Memangnya salah kalau ibu berkunjung untuk menjenguk ketiga cucu ibu dan menantu ibu yang tampan?" Tanya Barbara.
"Cucu ketiga ibu masih di dalam kandunganku dan yang ibu panggil menantu itu suamiku. Ibu benar ke sini untuk mereka bukan aku? Sebenarnya siapa anakmu di sini?" Irene masih dengan emosinya yang tidak stabil.
"Sayang, jangan seperti itu dengan ibumu, kau bisa menyesal nanti jika ingat pernah berperilaku buruk pada ibumu. Bu, titip kembar sembentar ya, biar aku mengurus dua bayiku yang paling manja ini" ah ya, tentu saja itu Irene dan baby dalam kandungannya.
"Irene-Irene, bagaimana kau hidup jika tanpa Timy. Kau harus memberikan yang terbaik untuknya, karena kalau tidak ia bisa saja mendapatkan yang lebih baik dari pada dirimu" ucapan ibu membuat Irene kian panas.
"Ibu kalau bicara jangan sembarangan ya! Aku sudah yang terbaik untuk Timy! Aku juga sudah, hiks! Memberikan yang terbaik untuknya! Hiks! Aku bahkan memberikannya tiga buah hati yang sangat berharga bagiku, hiks" nah kan, menangis lagi.
"Bu, Irene sedang sensitif, jangan diajak bercanda dulu ya? Lagi pula Irene benar, ia adalah yang terbaik dan telah memberikan yang terbaik. Kau juga, sayang. Tadi kau berjanji tidak menangis lagi kan? Lagi pula aku tidak mungkin mencari perempuan lain, hanya kau yang aku inginkan. Hanya kau yang aku sukai, senyum mu, mata mu, hidung mu, nafas mu, kehadiran mu, tawa mu, bahkan tangis mu, aku mau tetap selalu ada di sisi mu melalui semua momen bersamamu, tidak ada lagi yang ingin ku dapatkan selain kau dan anak-anak, kau adalah hal terbaik yang pernah ku dapatkan dalam hidupku, sekarang berhenti menangis, kasihan bayi kita, ia pasti sangat terguncang di dalam kandunganmu, kau mengajaknya menangis terus seharian ini" tapi Irene malah semakin kencang menangis karena merasa dimarahi oleh Timy.
"Ka-hiks, kau jahat! A-hiks, aku mau tidur sendiri saja" ucap Irene terbata.
Astaga, Barbara yang menyaksikannya ingin sekali memukul kepala putri semata wayangnya, sejas-jelas anaknya itu ingin di manja oleh suaminya, dan kenapa juga ia harus menyaksikan perdebatan menggemaskan ini?
"Timy, kau gendong dan tidurkan Irene di kamarnya. Biarkan dia tidur di lenganmu dan menempel di dadamu, cium dia sesekali. Itu isi pikirannya, kalian pergilah, ibu sudah tidak tahan melihat kemesraan tidak jelas itu, lebih baik ibu bermain dengan cucu-cucu ibu" Barbara berjalan melalu mereka berdua.
"Baik bu, terima kasih" jawab Timy.
"Ibu jangan membaca pikiranku! Hiks! Dan jangan bangunkan bayi-bayiku! Hiks!" Timy segera menggendong Irene ala bridal.
"Kau pikir ibu akan membuat cucu ibu sendiri menangis? Yang benar saja?" Tapi Irene sudah tidak menjawab karena sudah di bawa ke kamar mereka oleh Timy.
"Tidur sayang" ucap Timy yang masih mengusap-usap kening Irene.
"Aku belum mengantuk, aku tidak mau tidur, aku bukan bayi yang harus tidur siang, Timy" keluh Irene.
"Jadi? Kalau bukan bayi? Sayang mau apa? Mau membuat bayi?" Ucap Timy dengan smirk nakalnya.
Irene dengan cepat membuang pandangannya dan memukul asal dada bidang suaminya.
"Nakal, bahkan bayi kita sudah jadi dan sedang bertumbuh di dalam diriku, bagaimana bisa kau mengajak istrimu membuat bayi lagi?" Irene bersemu merah mengatakannya.
"Hanya melakukan prosesnya saja, sayang. Tidak perlu pura-pura polos di hadapanku, seberapa polos dirimu pun aku sudah tahu, lagi pula membuat bayi ketika ada bayi di dalam mu bukannya bagus? Kau juga tidak akan hamil lagi? Bayinya tidak akan jadi banyak ketika kita bercinta berulang kali saat kau hamil, sayang" ayolah, kenapa tiba-tiba Timy mesum sekali?
Yang namanya Irene, pada akhirnya akan jatuh juga ke rayuan maut milik Timy.
"Sudah ku bilang jangan memperlakukanku dengan kasar kan?! Sekarang bagaimana?! Hiks" Timy berhenti karena tiba-tiba Irene merasa sakit yang hebat dan terjadi sedikit pendarahan.
Jujur Timy bingung, ia sungguh menyalahkan dirinya sendiri di dalam hati, coba saja tadi ia tidak mengajak Irene bercinta, mungkin tidak akan seperti ini jadinya. Timy tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Irene dan anak mereka.
"Aku telepon dokter sekarang" Timy tidak berfikir lagi dan segera menyambar ponselnya.
Timy duduk di samping Irene yang masih berbaring menangis sambil mengusap perut Irene untuk memberi istrinya kenyamanan.
"Malam Timy?" Ah, ya, ini dokter yang menangani Irene pada saat hamil kembar, hanya saja dulu dokter juga Timy belum tahu kalau Irene juga penyihir sehingga kembar lahir tanoa bantuannya, tapi Timy sudah mengabari sejak awal kehamilan Irene dan bantuan yang Timy harapkan saat persalinan kedua Irene nanti.
"Timy, sakit" rengekan Irene tentu bisa terdengar oleh dokter di seberang sana.
"Maaf mengganggu malam-malam dok, begini. Tadi kami melakukan hubungan suami istri, tiba-tiba Irene merasakan kram perut dan kami menyudahi kegiatan kami, tapi setelahnya malah keluat darah dari Irene, apakah berbahaya dok? Irene sedari tadi masih kesakitan dan terus menangis" ucap Tiny sangat panik.
"Pendarahannya bagaimana?" Tanya dokter pada Timy.
"Sudah berhenti. Hanya sedikit. Apa bayi kami baik-baik saja dok?" Timy menuntut kepastian tentang keadaan bayi mereka.
"Banyak kemungkinan yang menyebabkan Irene pendarahan, apalagi usia kandungannya masih muda dan kalian habis bercinta, kau pasti memperlakukannya dengan kasar. Aku tidak merekomendasikan kalian melakukan hubungan intim di trisemester pertama, jadi silahkan lupakan hal itu sejenak dan rawat Irene dengan baik. Besok aku ke sana untuk memastikan apa yang terjadi pada Irene. Jaga dia sementara malam ini, ku harap bukan hal yang serius. Aku akan meresepkan obat yant sesuai setelah melihat keadaannya langsung" saran dari dokter terdengar meyakinkan Timy untuk semakin menyalahkan dirinya, seharusnya ia bisa menahan diri.
"Timy?" Irene semakin panik karena perubahan raut wajah Timy yang kian memprihatinkan.
"Baik dok, kami tunggu kedatanganmu, terima kasih sekali lagi" lalu Timy memutus telepon itu dan memeluk Irene sambil mengucap beribu maaf.
"Bayi kita? Hiks" Irene semakin tidak karuan dengan perlakuan Timy yang tiba-tiba saja memeluknya.
"Semoga baik-baik saja, besok dokter akan ke sini memastikan keadaan kalian berdua. Maafkan aku ya, seharusnya aku mendengarkanmu untuk tidak mengajakmu bercinta. Semua ini salahku. Jika sampai sesuatu terjadi pada kalian, kau bisa menyalahkanku, aku pantas untuk hal itu"
290423
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Liar
FanfictionThere is no different, when lie or the truth come out.