Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga, tepat pukul dua pagi dini hari, Irene merasakan kontraksi yang amat hebat, awalnya ia pikir hanya kram biasa dan berusaha menenangkan dirinya sendiri, karena membangunkan Timy sedikit lebih susah akhir-akhir ini karena suaminya itu kelelahan mengurus kedua buah hati mereka yang sedang aktif. Tapi Irene tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi.
"Sayang, biarkan aku tidur sebentar lagi ya" ucap Timy mendekap Irene dan mengusap perut Irene ketika Irene mengguncang suaminya untuk bangun.
"Bayimu mau keluar, Timy! Bukan mau diusap! Apa kau tidak merasa sedikit basah? Sepertinya ketubanku sudah pecah" ujar Irene mengagetkan Timy.
"Bukannya due date nya masih satu minggu lagi? Bagaimana bisa sekarang?" Tanya Timy panik lalu segera bangun.
"Aku tidak tahu, hiks. Aku takut terjadi sesuatu pada bayi kita, ini sakit sekali" ujar Irene lagi membuat Timy semakin panik.
"Aku akan menggendongmu ke rumah utama, sebelumnya biarkan aku menelepon dokter terlebih dahulu" untungnya Dokter Hope tidak mematikan ponselnya dan segera menjawab.
"Bagaimana? Hiks" Irene lebih takut sekarang karena rasanya seperti sedikit berbeda dari kehamilan pertama.
"Kita ke rumah utama sekarang, dokter sedang mempersiapkan ruang tindakan" Timy segera menggendong Irene dan berjalan lebih cepat.
Dokter segera menangani Irene ketika mereka sampai di rumah utama. Segalanya sudah siap, bahkan pembukaan Irene sudah lengkap sekarang.
"Apa tidak ada kemajuan saat kontraksi?" Tanya dokter yang hanya bisa di jawab gelengan oleh Irene.
"Masih sama seperti tadi, sakit tapi tidak ada dorongan kuat" ucap Irene yang sudah melemah dengan keringay memenuhi wajahnya.
"Apa ada yang bisa dilakukan dok?" Dokter memberi anggukkan lalu berucap saran.
"Kita harus melakukan ekstraksi vakum, saya akan memasukkan alat vakum, ibu silahkan mendorong bayi agar dapat segera di lahirkan" Irene hanya mampu memberikan anggukkan dan Timy menggenggam erat tangan Irene memberikan kekuatan.
Vakum sudah di masukkan dan Irene sekuat tenaga mengejan sehingga terjadinya pergerakkan bayinya menuju jalan lahir.
"Sedikit lagi ya dok?" Tanya Irene mendapatkan anggukkan dari dokter yang terus mengatur ritme dorongannya.
"Kau hebat sayang, aku mencintaimu" Timy mengusap keringat pada dahi Irene dan memberikan ciuman pada pelipisnya.
Tidak lama setelahnya persalinan berhasil, bayi laki-laki bertubuh tambun itu berhasil Irene lahirkan dengan selamat dan sehat, terdengar dari seberapa besar tangisannya. Dokter segera membersihkan bayi merah itu dan memberikannya pada Timy dan Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Liar
FanfictionThere is no different, when lie or the truth come out.