Q

217 33 0
                                    

Irene lagi-lagi tertidur lelap di dekap sang lelaki yang kini telah menyandang status suaminya.

Timy memandangi wajah cantik istrinya tanpa niat untuk tidur di malam ini. Betapa damai wajah Irene, betapa ia menyukai Irene, betapa ia bahagia atas hari mereka bersama pada akhirnya.

Timy merapihkan anakan rambut Irene sampai membuat Irene sedikit terganggu.

"Shut, tidur lagi ya sayangku, kau pasti kelelahan setelah kegiatan kita tadi" ya, walau tidak sampai bercinta, kegiatan di kamar mandi mereka sangat panas tadi.

"Timy" ternyata Irene terbangun.

"Iya sayang? Di saat kau memanggilku setengah tidur begitu, aku jadi mengingat ketika kau hamil si kembar, kau senang memanggilku begitu sampai kau tertidur" Irene tersenyum mendengar penuturan suaminya itu.

"Hm, kenapa belum tidur? Sampai kapan akan menatapku seperti itu? Tidak nyaman bagi seseorang yang sedang tidur tapi ditatap seperti ditelanjangi seperti itu sayang" tegur Irene.

"Haruskah aku menelanjangimu, Rene?" Tatapan sayu Irene berubah menjadi tajam.

"Kau berani? Apakah yang di kamar mandi tadi tidak cukup, Timy?"

Timy tertawa sambil mengusap puncak kepala Irene dengan sayang, sampai membuat mata Irene sayup-sayup karena begitu nyaman belaian Timy dan malam yang kian membuat kantuknya tak tertahankan.

"Tidurlah, aku tidak akan mengganggumu lagi malam ini. Sebelum si kembar terbangun dan menangis karena tidak menemukan mommy nya. Kau harus istirahat terlebih dahulu, sayangku. Biar aku yang menjagamu" Irene mengangguk tanpa memberikan perlawanan.

Ia tertidur seperti bayi dengan Timy yang tak henti mengusap sayang Irenenya, sambil sesekali membisikkan perasaannya, betapa ia menyayangi dan mencintai Irene, ibu dari anak-anaknya.

"Aku juga mencintaimu, Timy" balas Irene di tengah lelapnya.

Rasanya baru sebentar Irene terlelap, tangisan dua bayi kesayangannya sudah memenuhi gendang telinga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya baru sebentar Irene terlelap, tangisan dua bayi kesayangannya sudah memenuhi gendang telinga. Irene mendudukkan dirinya mengusap mata, menyadari Timy masih terlelap sambil memeluk pinggangnya. Perlahan Irene melepaskan tangan Timy yang merangkul pinggangnya.

"Hm?" Sepertinya Timy sedikit terusik dengan Irene yang memaksa melepaskan diri.

Tapi Irene tahu, Timy tidak berniat membuka matanya untuk bangun.

"Ini ya? Yang semalam bilangnya ingin menjagaku dan membiarkan aku tidur terlelap. Padahal tangisan anaknya saja tidak ia dengar"

Irene membuka connecting door dan menemukan Richo juga tertidur. Sementara kedua bayinya terlihat kelaparan.

"Hiks, huaah" tangisan mereka sahut menyahut.

"Cup, sayang-sayangnya mommy jangan menangis lagi ya. Mommy's here. Satu-satu ya minumnya" Irene mengintip ke arah Richo sebentar memastikan keponakan dewasanya itu telah tertidur, dan membuka kancing piyamanya.

A Perfect LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang