.II.

69 27 3
                                    

ㅡ Ben Endmond ㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅡ Ben Endmond ㅡ

Hawa malam nyatanya menjadi lebih mencekat apabila alam sedang mempersiapkan pergantian musimnya. Perapian sederhana depannya itu nyatanya tak seberapa menghangatkan jadi mereka mungkin berpikir akan membuang buang kayu bakar saja jika hendak menuruti kemauan,  mereka lebih memilih memfungsikan nya sebagai pelita saja untuk menerangi aksara buku sebagai teman pembicaraan malam yang banyak sedikitnya mereka berdua tahu betul apa yang perlu dibahas.

"Aku benar benar hampir kehilangan akalku Ben, ketika aku sampai di depan papan mading desa seperti yang kau katakan, aku melihat jelas lukisan wajahnya dengan cap mansion disana"

Ben mengerti betul, itu pula dia yang membuatnya berlarian seperti serigala yang kehilangan arah diantara kerumunan penduduk yang sama penasarannya tentang apa yang baru saja menjadi topik hangat tertempel dengan jelas di papan berita.

"Untuk kali ini aku juga hampir buntu celah jalan keluar. Aku tidak menyangka keluarga kerajaan bertindak secepat yang tak kukira" maksutnya tentang pertunangan perempuan itu yang lagi lagi ia dengar dari mulut sang sahabat atas informasi lebih dari prajurit yang membangunkannya di ladang tadi.
Tapi alih alih memandangi perapian, ben lebih memperhatikan sebuah senapan yang bertengger tepat diatas tungku itu. Tua, hampir berkarat dan juga tak pernah disentuh sejak terakhir kali senjata itu bertengger disana dan menjadi pengingat yang tentunya membayangi ingatan selama ditanah yang hari ini mereka pijak.

"Kau yakin akan tetap bertahan Rom?"

"Sangat sulit dijelaskan, aku benar benar mencintainya tanpa memandang apapun selain hatinya"

"Jika benar kami melanjutkan hubungan ini semata hanya karena cinta, aku takut aku tak bisa membahagiakannya, disaat ia besar dengan lingkup mewah kerajaan, sedangkan dengan aku? Gelar bangsawan miliknya pasti akan dilepas, aku tak tega" Romi memutar buku bersampul kuning yang ia pegang, menampilkan raut cemas yang ketara.

Atau opsi kedua yang sudah jelas mereka lontarkan untuk Romi maupun ben, Romi akan di cap sebagai seseorang gila harta jika benar benar menikah dan hidup di mansion Edel.

"Entahlah Rom, tuhan tak menciptakan satu jalan saja bukan? Mungkin kau harus menunggu waktu beberapa saat saja untuk menemukan jalan lainya" ben berdiri sambil melirik salib yang bertengger diatas pintu utama rumah. Mereka cukup religius untuk memiliki agama, berdoa dan meminta pertolongan kepada-nya.

 Mereka cukup religius untuk memiliki agama, berdoa dan meminta pertolongan kepada-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Began;Intro ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang