Starlight by Taylor Swift
I said
"Oh my, what a marvelous tune"
It was the best night, never would forget how he moved
The whole place was dressed to the nines, and we were dancing dancing
Like we're made of starlight
Like we're made of starlightㅡ
He still look at you worrying so much about things you can't change
You'll spend your whole life singing the blues if you keep thinking that way
He was trying to skip rocks in the ocean saying to me
"Don't you see the starlight starlight"
"Don't you dream impossible things"Ooh ooh he's talking crazy
Ooh ooh dancing with me
Ooh ooh we could get married
Have ten kids and teach them how to dreamㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
what if chapter 8 in "Began ; Intro" story has a dance sequel?
ㅡㅡㅡㅡㅡ
Suara gemericik air adalah suara yang pertama kali masuk dalam gendang telinga mereka ketika sampai pada tempat yang samar samar ini. Laki laki itu melepaskan tautan tanganya dengan sang gadis perlahan.
"Tunggu disini" pintanya kemudian.
Meninggalkan sang gadis yang masih membeku, Ben kemudian menyusuri sekitaran danau yang telah ia pasangi lentera pada sebelumnya, pada batang batang pohon rendah - ia menyalakan lentera dan obor kecil disana satu persatu hingga hampir separuh pinggiran danau mulai nampak walau remang remang.
Ia mengerjap, memperhatikan sang kekasih yang berjalan mendekat. "Tempat apa ini Ben?" Tanyanya lagi masih tak mengerti.
Ben mengulurkan tanganya kepada Lucy, lalu menariknya ke sebuah batang kayu besar yang sengaja di taruh di pinggir danau, kemudian duduk berdampingan sembari memperhatikan Lamat lamat pantulan lentera dan siluet mereka dipermukaan air."Ini.. danau?" Tanyanya tak mengerti.
Ia menoleh ke sembarang arah, ke arah dimana mereka datang sebelumnya. "Aku tak pernah tau, apakah itu tadi jalan pintas?"
Laki laki itu menggeleng. Seingatnya memang, mereka pernah datang ke danau yang memang terkenal di desa, dimana danau itu biasa diadakan festival danau setiap tahunnya. Namun bukan itu, kali ini danau yang mereka kunjungi bukanlah itu.
Danau ini lebih kecil, lebih tertutup, tak ada lapangan atau bahkan sangat minim diketahui masyarakat kebanyakan.
Danau ini adalah tempat hulunya, dimana sumber mata air dari balik bebatuan yang sedikit tinggi membentuk air terjun mini ada, surga kecil yang jarang diketahui, ia perbaiki dengan memasang lenteranya untuk sang kekasih hati.
"Bukan lu, disini hulunya. Diatas danau yang kita kunjungi dulu, ada satu danau lagi dimana mata airnya berasal" ucapnya menjelaskan. Seraya meletakan lentera dan meraup sedikit air di bawah kakinya untuk membasahi rambut rambut yang mulai memanjang itu.
Gadis itu turut mengikutinya dengan memasukan kedua kakinya kedalam air lalu memainkannya pelan sembari tertawa.
"Jangan sampai basah lu" ben memperingatkan.
Gadis itu mengayunkan kakinya pelan, beberapa kali air menyiprat ke segala arah karena ayunan kakinya yang terlalu keras. Lalu ia tertawa, seperti gadis kecil yang dibelikan permen oleh sang ibu, ia tertawa selepas itu hingga membuat kedua matanya menyipit akibat terdorong pipi yang tertawa lebar.
"Suka?" Tanyanya lagi.
Kini semburat jingga sudah sirna dari langit tempatnya berada, digantikan oleh hamparan legam dengan percikan bintang yang menghiasi angkasanya. Kala itu bulan belum bersinar sepenuhnya, namun bagi Ben sendiri, kini bulannya lebih bersinar sangat cantik di sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Began;Intro ✔️
Historical Fiction1800s ft. Lee Chaeryeong - itzy "aku?" "Ayo tinggal disini denganku" tawarnya santai. "Untuk?" "Untuk.." Netranya kelimpungan mungkin keduanya sama sama ingin mengatakan hal yang sama namun begitu sulit saat degupan jantung tak beraturan membuat sek...