XX.

17 6 7
                                    

Sepulang dari ruangan kerja pangeran Len dan mansion utama untuk segera bersiap ke desa dan menyeret Edel kembali ke mansion, ia banyak memikirkan percakapan mereka tempo hari yang sedikit banyaknya membuat Lucy harus menegakkan pikiran dengan benar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang dari ruangan kerja pangeran Len dan mansion utama untuk segera bersiap ke desa dan menyeret Edel kembali ke mansion, ia banyak memikirkan percakapan mereka tempo hari yang sedikit banyaknya membuat Lucy harus menegakkan pikiran dengan benar.

“kita perlu ngobrol”

Keduanya saat itu memutuskan duduk didepan kedai teh untuk menuruti permintaan Edel yang nampaknya begitu mendesak.

“apa kamu selalu dingin begini sih? Kamu ngga ada rasa bersalah setelah nampar aku?”

“perhatikan ucapanmu!”

Edel menghinggit bibir dalamnya lalu meletakan tas diatas meja, gerak geriknya diperhatikan oleh Lucy yang sejak tadi – bukan, sejak dulu selalu memuakkan dimatanya. Apa katanya tadi? Rasa bersalah? Bahkan mereka berdua seharusnya saling mengacungkan pedang saat ini, bukan malah duduk bersama menghadap teh seperti benar benar bangsawan saja.

“oke begini. Apapun yang aku ucapkan adalah kebenaran, katamu aku putri negeri ini kan? Kata Romi dan Ben juga. Jadi kamu harus percaya” ucapnya tergesa gesa.

“Kenapa harus aku? Asal kau tahu kita berada di pangkat yang sama, hanya berbeda tempat tinggal saja”

“Tapi kamu mau percaya aku kan? Katamu kita saudara”

Aku benci mengakui kalau aku keturunan kanselir dan apapun yang akan kau ucapkan itu tergantung. Cepat, aku tak punya banyak waktu”

Edel menghela nafas panjang sekali, lalu menenggak tehnya hingga habis. “oke, percaya ngga percaya. Aku sebenarnya amnesia, hilang ingatan” Ucapnya.. tiba.. tiba..?

Suara para manusia memenuhi jalan lebih mendominasi telinga keduanya. Lebih dari suara para pejalan kaki, ucapan Edel lebih lagi tidak bisa didengar karena tidak bisa dipercaya oleh siapapun. Dia mengucapkan sebuah dusta, buang buang waktu.

“kau pasti tidak percaya tapi ini nyata, aku terpleset dari itu.. tebing di bukit dan-“

“Baiklah, lebih mudah lagi jika kau mengatakannya secara tepat. Apa yang kau inginkan? Membatalkan perjodohan lalu hidup nyaman bersama Romi? Berusaha sembunyi saja hingga pengangkatan tahta” potong Lucy tak sabaran. Ia tak memiliki waktu untuk mendengarkan omong kosong.

ngga, tidak tidak begitu. Ini aku benar benar jujur. Aku amnesia, kamu bisa tanya Romi, bahkan aku juga lupa namaku. Lihat, kepalaku terbentur dan ingatanku hilang” perempuan itu mencegah Lucy yang ingin bangkit dari duduknya dengan memperlihatkan pelipis dengan bekas luka yang mengering.

“prajurit sudah sampai dan pengangkatan tahta mungkin –“

“tidak tidak. Ayolah, satupun orang tolong percaya. Aku amnesia, katanya kau tahu aku sejak kecil, tak ada lagi orang yang bisa kupercaya disini. Kamu yang lebih tau, jadi aku perlu teman untuk percaya dan menuntun aku untuk hidup seperti biasanya” lenganya memohon dan mendekap tangan kanan Lucy yang sudah bersiap pergi dari sana.

Began;Intro ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang