XXII.

17 7 0
                                    

Degup jantung laki laki itu tak karuan, layaknya burung bangau yang terlepas dari kelompoknya, kala itu Romi berjalan dan berlarian tak tentu arah disegala penjuru desa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Degup jantung laki laki itu tak karuan, layaknya burung bangau yang terlepas dari kelompoknya, kala itu Romi berjalan dan berlarian tak tentu arah disegala penjuru desa. Berhenti di tempat umum, memanggil manggil nama seseorang yang sangat ia khawatirkan, berhenti lagi untuk menanyai satu per satu orang yang melewatinya dan mengulang ulang tempat dan orang yang sama hanya karena ia sendiri kalut tak karuan karena kehilangan, kehilangan Edel kekasihnya.

"permisi, apa anda melihat seseorang gadis cantik bermata biru, setinggi ini dan berkulit pucat" ia mengulang pertanyaan yang sama untuk orang yang ke sekian kalinya ia temui.

"Tidak, aku baru saja pulang bekerja" laki laki itu menjawab dengan jawaban yang pastinya tak ingin ia dengar. Bisakah seseorang mengatakan iya? Agar ia tak khawatir?

Lagi, setelah ia sampai di ujung desa hampir di perbatasan kota, ia kembali ke tengah desa lagi untuk mencari Edel, menyusuri tempat yang itu itu lagi.

"apa kalian sudah menemukanya?" kini ia berlarian mendekati kedua orang yang membantunya sejak tadi, Ben dan Dean yang sama sama duduk di pos karena kelelahan. Mereka menggeleng, sialan! Hari sudah gelap dan gadisnya juga tak kunjung ketemu.

"rom, kita sudah menyisir segala penjuru desa dan tidak ada tanda tanda kehadirannya, tak ada seseorang yang melihat."

"woah, pencapaian baruku, aku sudah menyusuri desa setengah hari penuh" potong Dean yang kemudian mendapat tatapan tajam dari Ben.

Romi menghembuskan nafasnya lelah, ia sebenarnya juga lelah setelah seharian mencari Edel. Ini ketika ia sendiri ingin menjemput Edel yang berpamitan ingin ke gereja pagi hari tadi, namun ketika ia datang satu jam setelahnya Edel sudah tidak ada di gereja, dan gereja sepi seperti tidak pernah ada kehadiran kekasihnya disana

Namun, ketika ia mencoba menanyakannya kepada beberapa orang disekitar sana, pada seseorang penjual dikedai roti diseberang jalan, ia sekilas melihat gadis cantik masuk namun ia tak melihat ia keluar apalagi ketika itu ia sedang melayani para pembeli.

"Entahlah Rom, aku disini untuk menjual roti, sesekali juga berbincang dengan orang orang yang kutemui. Tentu saja aku tidak memperhatikan orang orang yang melintas dan yang masuk kedalam gereja" ucap wanita paruh bayah itu.

"Eum, Rom. Sebaiknya kita pulang dan membersihkan diri, kau juga belum makan sejak tadi pagi. Kita.. juga tak tahu kemungkinan apa yang sebenarnya terjadi" kedua pemuda itu berpandangan. Dean mengendikkan bahu, ia juga salah seorang lainya yang tahu jika Edel adalah seorang putri mahkota.

"apapun itu, kita berdoa yang terbaik. Mungkin gadis itu sedang pergi ke tempat bagus dan kembali nanti, mungkin. Atau, ia kembali di rumahnya kita sendiri tak tahu" yeah, tak tahu kemungkinan jika ia kembali kesana, maka bagaimana kelangsungan hubungan mereka.

"Kita istirahat dirumah saja Rom"

"Benar, kau lebih baik menenangkan diri dahulu" saran Dean yang sama sama ingin membuat sahabat nya itu lebih baik, walau tidak juga.

Began;Intro ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang