Diantara sesaknya para manusia berpakaian sederhana dan debu debu yang berterbangan akibat langkah kaki yang merapat saling dorong mendorong dengan satu tujuan yang sama, Lucy terduduk didalam kereta kudanya memandang jajaran petinggi negara yang sedang memberikan ceramah.
Diatas sana, di menara puncak di lapangan merah – telah berdiri pangeran Len dengan putri Edel yang mereka agung agungkan terdiam tanpa terbaca raut mukanya. Diikuti oleh sang ibu permaisuri dan Jenderal Khai yang telah bertemu tempo hari, Menatap hamparan lautan manusia dengan tajamnya tak terkecuali dengan tatapan mata Lucy yang ia temukan dibarisan paling belakang didalam kereta kudanya.
“Aku pikir ini tidak akan Mudah begitu saja” celetuk violet, yang kini menyangga dagunya tepat berhadapan.
“Aku tahu”
Jajaran petinggi yang selesai memberikan pengumuman itu kembali lagi meninggalkan jenderal Khai yang menatapnya lama hingga kemudian mengikuti langkah ayahnya pergi dari menara, yang satu itu jelas tidak bisa dianggap mudah, pasti. Kereta kuda kemudian bergerak perlahan ikut meninggalkan lapangan merah dengan Lucy yang mengikuti saran violet untuk kembali membicarakan banyak hal yang Lucy lewatkan tatkala ia sibuk mengurusi nasib perjodohan sang Jenderal denganya dan Edel.
Ketukan sepatu kuda yang diikuti oleh roda roda kayu besar yang menjejak melewati batu bata menuju gazebo belakang mansion selir, menurunkan mereka pada sebuah gazebo sederhana tanpa pagar menghadap ke arah danau buatan – mereka mengambil duduk bersisian di kursi panjang sambil menghembuskan nafas mengambil jeda untuk menenangkan diri dengan segala caruk Maruk yang keduanya ingin sampaikan.
Berbeda dengan Lucy yang mengenakan dress mahal mengembang berwarna coklat muda dan sepatu hak tinggi gemerlap seperti hiasan rambut serasi yang membantu merapikan anak anak rambutnya, violet terlihat lebih sederhana dengan dress polos dan berkilau namun masih tampaklah menawan mengingat posisinya hanyalah sebagai tangan kanan Lucy sejak beberapa tahun yang silam.
Danau itu membuat ombak ombak samar akibat terpaan angin musim yang menerpanya, sembari violet menyusun kata ingin membicarakan sesuatu mengenai tugasnya silam. “Anda membawanya putri Edel pulang pada akhirnya” gumamnya terdengar jelas.
Tak perlu jawaban spesial, mereka berdua jelas sama sama tau keberadaan putri Edel sejak lama di desa itu, namun untuk akhirnya memutuskan membawanya kembali ke mansion mungkin itu sedikit tak terduga bagi violet pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Began;Intro ✔️
Historical Fiction1800s ft. Lee Chaeryeong - itzy "aku?" "Ayo tinggal disini denganku" tawarnya santai. "Untuk?" "Untuk.." Netranya kelimpungan mungkin keduanya sama sama ingin mengatakan hal yang sama namun begitu sulit saat degupan jantung tak beraturan membuat sek...