.XXXIII. (End)

32 3 0
                                    

Jatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jatuh

Tolong aku lagi, bayangan hitam... Aku mohon

Aku... Tidak bisa bergerak, semakin dalam..
Aku jatuh semakin dalam di kegelapan..
Berisik.. suara air, suara suara manusia..

Jangan lagi.

“Ayo cepat!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ayo cepat!”

Dengan cepat aku menyusun wadah makanan buatanku itu kedalam keranjang rotan, sedangkan kedua orang yang sejak tadi meneriakiku itu telah lenyap dari pandangan meninggalkan aku dengan kesibukan persiapanku sendri.

Aku merapikan bajuku sekali lagi didepan cermin, nampak bagus dengan baju faforit yang dulu diberikan oleh orang tercintaku, rambut yang tergerai sempurna dan polesan tipis yang membuatku tetap menawan meski tak memakai pakaian mahal seperti dulu kala. Kedua orang itu kemudian datang menjemputmu lagi kedalam rumah, lalu mengulurkan tanganya dan keduanya tersenyum - senyuman faforit ku.

“Bunda ayo, nanti kita telat paradenya” ucap gadis yang sejak tadi sibuk membenarkan pita rambut dengan ayahnya itu. Entah sudah berapa lelah ayahnya menanggapi gadis cantik cerewet itu, Ben - suamiku itu hanya bisa mencubit pipi putri yang ia gendong dengan gemas karena terus terusan mengomel.

Di sisi lain, ternyata seseorang juga sudah berdiri di sampingku sembari mengulurkan sebuah tas kecil yang berisi jajanan dan barang barang kecil milik cucunya. "Cepat berangkat, nanti ketinggalan" perintahnya kepada kami bertiga.

Aku tersenyum pada ibu yang kini telah menemukan bahagianya di hari tua. Setelah berpamitan, kami kemudian berangkat dengan berjalan kaki menuju jalan besar yang jaraknya sedikit jauh dari rumah yang kita tinggali sekarang. Demi gadis kecil yang sudah sejak lama menantikan hari ini, dan juga aku  dengan Ben sendiri yang amat menghormati hari ini.

Ini aku, gadis yang paling bahagia dan paling beruntung di desa ini.

Tiga tahun silam aku akhirnya menikahi pemuda yang telah menjadi kekasihku selama dua tahun lamanya itu, menikahi laki laki yang rela membuatku berkorban untuknya, lelaki yang bahkan ketika aku diujung nyawaku, masih setia menunggu dan tak peduli akan rintangan apapun yang ingin memisahkan kita. Pada akhirnya aku benar benar menemukan ujungnya, kami berdua tak pernah menyimpan perasaan yang rumpang, hanya.. cinta yang sama besarnya.

Began;Intro ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang