Gempano 36

282 42 18
                                    

Masih nunggu ya😭

Kangen banget up di cerita ini. Eh iya, tolong promosiin Gempa dong, kasian masih sepi Mulu.

Oke langsung aja!!!

Happy reading!!!

"Harusnya gue."

°Gempano°

"GEMPA AWAS!!"

CITT

BRAK

"GEMPA!!!!"

Aspal yang semula kering kini di penuhi oleh darah seseorang yang kini terbaring dengan nafas yang tersengal-sengal. Matanya memang masih terbuka, tapi nafasnya sudah tidak beraturan.

Hening.

"HUMAIRA!!!" teriakan Rizky membuat Gempa tersadar.  Matanya mengerjap saat melihat Humaira yang terbaring di aspal dengan darah yang mengalir di mana-mana.

Entah bagaimana kejadiannya, Gempa bahkan tidak ingat. Kejadian itu benar-benar sangat cepat. Dan, kenapa harus Humaira?

"GEMPA TOLOL, SINI ANJING!" teriak Rizky membuat Gempa lagi dan lagi tersadar.

Dengan cepat Gempa berlari. "HUMAIRA!" teriak Gempa.

Telat astagfirullah

"Hey-hey, liat gue. Liat gue!" ujar Gempa dengan membawa kepala Humaira ke dadanya.

"G-gem. G-gempa," panggil Humaira dengan suara lirih.

"Iya sayang, gue di sini. Gue di sini, bertahan!" Ucap Gempa dengan memeluk erat Humaira. Tidak perduli bajunya yang di penuhi darah.

"Gem-gempa," lirih Humaira. Tangannya yang berlumuran darah berusaha memegang pipi Gempa. "J-jang-an nang-nangis."

Gempa menggeleng dengan air mata yang tumpah. Walaupun sudah ia tahan tapi tidak berhasil juga. Melihat kondisi Humaira yang lebih dari kata sekarat membuatnya tidak bisa menahan air matanya.

"Bertahan, gue mohon. Demi gue!" ucap Gempa dengan mencium pucuk kepala Humaira. "PANGGIL AMBULANS GOBLOK!" teriak Gempa membuat Rizky yang sedari tadi diam terkejut.

Rizky mengangguk. Segera mengambil handphonenya dan mengetik nomer darurat. Rizky menghentikan panggilan saat dengan begonya melihat mobil Gpa yang terparkir di pinggir jalan.

"GOBLOK," makinya dengan segera berlari menuju mobil Gempa.

"Gem-gempa."

Gempa menatap wajah Humaira dengan air mata yang terus mengalir. Biarkan saja dunia menyebutnya cengeng atau apalah. Karena saat ini dunianya sedang di ambang kematian.

"G-gue, nggak k-kuat!" ucap Humaira dengan terbata.

"Nggak-nggak, Lo harus bertahan. Lo nggak boleh ninggalin gue!" ucap Gempa dengan terus menggeleng. Tidak lupa memeluk tubuh mungil Humaira yang kini mulai mendingin.

"G-gempa--"

"Nggak Lo nggak boleh ngomong," sela Gempa.

"G-gempa," ucap Humaira sekali lagi.

"Nggak Hum, nggak." Ujar Gempa

Humaira mengelus rahang Gempa dengan sisa tenaganya. "J-jang-an lup-a b-bahagia. Ja-jangan nang-is. Gue ti-tidur dul-dulu. G-gue sayang sa-sa-ma Lo!." ucapnya dengan mata yang sudah tertutup.

GEMPANO SKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang