Gempano 40

244 16 2
                                        

Hy capek yah nunggu?

Sama aku jugak capek hehe, tenang beberapa part lagi bakalan End uhuyy.

Semoga sesuai sama ekspektasi kalian yah.

Dan maap bangett ndak bisa nepatin janji buat namatin sebelum February.

°Gempano°

"Om, Tante, kenapa di luar?" tanya Gempa saat melihat Mama Tiwi dan Papa Damar duduk di kursi yang tersedia di lorong rumah sakit.

"Hum--"

"Cuma lagi pengen ngobrol berdua aja Gempa," sela Mama Tiwi dengan senyum palsunya.

Gempa menyerngit, sedetik kemudian mengangguk paham. Sedangkan pasutri tersebut saling tatap saat Gempa mulai melangkah memasuki ruangan Humaira. Dengan membatin,

"Apa Gempa akan baik-baik saja?"

Gempa dengan percaya diri membuka pintu, menampilkan senyum terbaiknya dengan membawa sebuket bunga.

"Udah nggak sakit kepalanya?" Tanya Gempa menaruh bunga tersebut di atas nakas. Ia duduk dengan santai sambil menarik tangan Humaira.

Cup

Di kecupnya tangan itu, lalu membawanya ke pipi. Gempa dengan pelan mengelus pipi Humaira, tanpa memperdulikan ekspresi Humaira yang menyerngit heran.

"Lo siapa?" tanya Humaira dengan menarik kembali tangannya.

Gempa terdiam sesaat, lalu terkekeh pelan. "Becanda nya nggak lucu ah," gumamnya pelan namun masih bisa di dengar oleh Humaira.

"Becanda?" Beo Humaira membuat Gempa kembali terdiam. Ternyata bukan mimpi, Gempa kira di saat ia bangun tadi, tentang Humaira yang kehilangan ingatan itu hanya mimpi. Ternyata benar. Gempa menelan salivanya dengan peksa, memaksakan senyumnya yang mungkin bisa meredakan keheranan Humaira.

"Gue kan pacar Lo yang paling ganteng," ucap Gempa dengan senyum konyolnya 

"Gue masih SMP, nggak di kasih pacaran sama Mama. Masih kecil." Ujar Humaira dengan tangan yang bersedekap.

Gempa menghela nafas panjang. "Lo udah SMA, buktinya Lo udah besar. Nggak ngaca apa Lo?"

"Dih, Lo siapa sih. Gue nggak kenal sama Lo. Mending lo keluar! Ganggu tau nggak." Usir Humaira.

Bukan Gempa namanya kalau tidak usil. Walaupun melihat Humaira yang sedang sakit seperti ini, keinginannya untuk menjahili jauh lebih besar dari pada rasa khawatirnya.

"Astaga Humaira Az-Zahra binti Om Damar. Lo nggak tau? Bahkan kita pernah ciuman di belakang gudang sekolah. Pernah tidur sekamar juga." Ujar Gempa membuat mata Humaira melotot dengan mulut yang mebganga kecil.

"Boong banget lo, kita nggak pernah gitu ya." Ujar Humaira dengan pipi yang memerah. Sedetik kemudian ia menutup mulutnya, lalu menajamkan matanya. "Lagian gue masih SMP, mana pernah gue keluar rumah selain ke sekolah." Kesal Humaira.

"Lah, Lo lupa Hum? Parah sih, padahal Lo duluan yang ngajak gue." Goda Gempa dengan ekspresinya yang meyakinkan. "Lo bahkan nyelinap ke kamar gue lewat balkon." Lanjutnya.

GEMPANO SKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang