Part. 5

106 57 3
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

"Sinting! Gue bukan milik lo sialan!"

🪐🪐🪐


Hujan turun dengan deras malam ini. Kilat turut serta menemani. Suasana yang sangat cocok untuk tidur, tetapi tidak dengan Aretha. Gadis itu masih sibuk berkutat dengan buku tugasnya. Ingin sekali ia sudahi kegiatannya. Namun seketika bayang-bayang sosok Ayahnya menghantui. Sosok yang membuatnya memiliki ambisi besar, karena di tuntut untuk selalu sempurna.

Tok tok tok

Pintu di ketuk dari luar.

"Masuk!" Serunya dengan sibuk menulis.

Gadis itu terlalu malas untuk membukanya. Sebab tugasnya lebih penting sekarang.

Ceklek.

Gadis dengan piyama kucing itu memasuki kamar. Ia mendekati Aretha yang menatapnya dengan tatapan tanda tanya.

"Ada apa Kak?"

"Gue ganggu lo belajar ya?"

Aretha menaruh bolpointnya di atas meja menghentikan sejenak dunianya.
"Engga, kenapa Kak?" Tanyanya.

"Gue mau kasih lo sesuatu." Vio menunjuk sebuah box mini dengan pita biru di atasnya.

"Gue ga lagi ulang tahun, Kak."

Vio membasahi bibirnya dengan sedikit jeda ia merespon. "Erlangga kasih ini tadi sore waktu gue mau pulang."

Alis Aretha bertaut. "Erlangga?"

Vio mengangguk. "Katanya buat lo sebagai ucapan minta maaf."

Aretha terdiam mencerna. Mencari tahu letak kesalahan lelaki itu.

"Apa karena tantangan waktu itu?"

Vio meletakkan box itu diatas meja belajar Aretha. "Berteman sama cowok ga ada salahnya selagi mereka positif."

Aretha menghela nafas. "Gue takut ngeganggu pelajaran, nilai gue kedepannya. Lo tau ayah gimana kan Kak?"

Vio hanya mampu terdiam menatap fisik Aretha yang tampaknya sudah lelah itu.

"Lo boleh ambisi, tapi lihat juga kondisi lo jangan terlalu di forsir."

Aretha tersenyum tipis.
"Ada lagi yang mau di sampein kak? Kalau ga ada bisa keluar? Gue mau lanjut belajar."

Dengan berat hati Vio meninggalkan kamar dengan lampu temaram itu. Meninggalkan Aretha yang masih sibuk menenangkan diri.

Box hadiah itu menarik perhatian Aretha hingga mau tak mau membuatnya membuka untuk melihat isinya. Ada beberapa snack dengan warna senada, biru kesukaannya. Di tengah kerumunan snack ada lipatan kertas putih dengan hiasan tulisan memenuhinya. Gadis itu membuka lipatannya membacanya seksama.

ERLANTHA (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang