Part. 20

60 39 4
                                    

"Kenapa harus gue?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa harus gue?"

🪐🪐🪐

Ruangan minimalis bercat putih dengan seisinya menyerupai ruangan kelas tampak menyisakan sosok gadis berkemeja hitam yang sibuk mengetikkan sesuatu dari layar ponsel. Aretha baru saja menyelesaikan jam bimbelnya beberapa menit lalu. Namun, kepulangannya sengaja ditunda hanya karena ingin menenangkan diri. Berita tak mengenakan yang baru saja di dapat membuatnya malas untuk pulang kerumah.

Ibunda yang berjanji akan pulang minggu esok, malam ini dikabarkan menunda kepulangannya hingga tahun depan. Katanya sekalian menyelesaikan urusan yang belum usai agar tak usah kembali lagi ke Amerika. Namun, faktanya hal itu membuat Aretha kecewa. Rindu yang ia pikir akan pecah harus dikubur lagi entah sampai sepenuh apa.

Ditengah lamunannya angin malam berhembus menusuk kulit putihnya. Cuaca malam ini lumayan dingin bahkan hingga jendela ruangan berembun. Hawa dingin membuat pikiran mistis datang. Bisik-bisik setan mulai menakutinya tentang bagaimana ilusi bahwa makhluk ghaib itu tengah memperhatikannya di sudut ruangan.

Tuk tuk

Kursi bergeser karena sang empu terkejut. Jendela dekatnya diketuk dari luar. Dalam keadaan buram tampak sosok lelaki dengan masker hitam, dan topi mengintruksinya untuk keluar.

"Lo ngapain sih? Ngagetin anjir!" Seru Aretha saat mengetahui pelakunya.

Kelvin terkekeh. "Lo yang ngapain? Ditungguin ga keluar-keluar."

"Ngalamun sendirian, ada yang lagi lo pikirin?" Tanyanya peka.

Aretha berdeham lalu menggeleng kaku.

"Gapapa kalau ga mau cerita." Ucapnya lalu menempelkan es krim corneto di pipi Aretha.

Gadis itu melebarkan mata dengan segera menghindar dari benda dingin itu.

"Dingin ya?"

"Pake nanya." Ucapnya sebal.

Kelvin tertawa kecil. "Jadilah es krim Tha."

"Kenapa?"

"Ia dingin, tapi mampu memberikan sisi manisnya tersendiri bagi penikmatnya."

"Jadi?" Tanya Aretha yang belum mengerti perkataan Kelvin.

"Jadilah dingin, tetapi tetap memberikan sisi manisnya pada sosok yang ia sayangi."

"Ga jelas." Ucapnya mengalihkan pandangan.

"Buat lo katanya es krim bisa jadi penghilang stres." Kelvin memberikannya di tangan Aretha.

Gadis itu melempar tatapan protes.
"Kok cuman gue, lo?"

"Gue mah udah manis, takut makan es krim jadi tambah manis." Candanya membuat Aretha merotasikan bola matanya malas.

ERLANTHA (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang