Part. 30

56 27 0
                                    





"Bersahabat dengan malam."

🪐🪐🪐

Erlangga beserta ketiga temannya tengah berkumpur di rumahnya. Rencana untuk meredam isi kepala yang berisik. Ditemani empat mangkuk mie kuah seblak. Dikombinasi dengan secangkir thaitea dingin.


"Tersiksa banget dah." Raja dengan seguyur keringat protes.

"Kenapa?" Tanya Dilan di sela-sela meniupi suapannya.

"Laper, tapi makanannya panas."

Kevan terkekeh geli. "Sabar untuk memperoleh kenikmatan memang kita harus sengsara dulu."

Raja melempar sebutir pilus miliknya.
"Ga usah membijak bruh!"

Kevan mengabaikan kembali menikmati mie pedasnya.

"Makan apa kalian, kok gue ga di ajak?"

Gerhana keluar dari kamar menaruh kecewa kepada mereka yang tak menyisakan bagiannya.

"Di dapur masih ada Bang." Jelas Erlangga membuat senyum sabit terukir.

"Adek baik, nantian aja deh gue baru makan."

"Yeu! Abang satu ini minta di geprek." Sungut Raja.

Gerhana tertawa kecil mendekati sang adik yang sibuk menyeruput kuah merah dengan pedas menggugah lambung itu.

"Sejak kapan lo pake gelang?"

"Lo baru nyadar bang? Udah lama kali." Sahut Dilan.

"Lo balikan sama Aretha?" Tanya Gerhana mewawancarai.

"Gue ga pacaran." Tekannya.

"Balik dalam arti kembali menjadi-"

"Friendzone." Celetuk Kevan memotong ucapan Gerhana.

Erlangga melempar kipas kartun di dekatnya ke arah Kevan. Untungnya segera di tepis sebelum mengenai mangkuk mienya yang tersisa setengah.

Gerhana berwajah datar.
"Lo balikan, gue udahan."

Dilan tersedak membuat mereka panik memberi minuman. Rasa panas tenggorokannya tersiram dinginnya air.

"Yang bener kalau ngomong!" Ucap Dilan setelahnya.

"Iya seriusan, kita mau fokus ujian."

"Alay banget! Kaya lo sanggup aja udahan sama Vio." Ledek Erlangga.

Mengingat gerhana tipikal pecemburu berat.

"Permintaan Vio ga bisa di ganggu gugat." Ucap Gerhana dengan lesu.

"Sabar ya Bang."

Gerhana berdeham panjang.
"Kesabaran gue selebar samudera."

"Vio di deketin ketua MPK aja lo pundung."

Gerhana berdecak.
"Ya cewek gue anjing!"

"Tapi mereka lagi bahas projek."

Gerhana menghendikan bahu seolah tak peduli dengan alasan apapun.

"Memang boleh secemburu itu?" Ledek Raja dihadiahi rangkulan maut.

"Ada yang mau nitip cuci gak?" Tawar Erlangga yang sudah ingin bergegas ke dapur dengan mangkuk kosong ditangannya.

Gerhana melepaskan rangkulannya dari Raja.
"Lo cepat amat makannya."

"Mau melakukan rutinitas favorit." Erlangga tersenyum misterius.

ERLANTHA (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang