Part. 6

105 53 2
                                    

"Hujan, luka, rumah sakit, dan Aretha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hujan, luka, rumah sakit, dan Aretha."

🪐🪐🪐

Langit malam yang tampak kelabu karena tertutup awan tebal. Jakarta kembali diterpa hujan setelah hampir setengah hari ini cuaca panas mendominasi. Bau tanah khas hujan menyeruak menusuk hidung Aretha. Gadis itu tengah mengendarai mobilnya dengan kaca jendela terbuka membiarkan angin kencang menerpa wajahnya.

Gadis itu sehabis pulang dari bimbel tepat pukul sepuluh malam. Sang Supir yang sedang izin cuti mengharuskan Aretha menjadi anak mandiri seperti sekarang. Dirinya menolak diantar oleh kedua kakaknya, karena tak ingin merepotkan. Awalnya keinginanya ditolak, tetapi setelah Aretha memaksa keras akhirnya sang Kakak menurutinya.

Mobilnya melaju pelan dengan keadaan damai. Namun, tiba-tiba saja seorang lelaki paruh baya menghalangi laju mobilnya. Dengan mendadak ia menginjak rem mobil dengan sekali umpatan. Pandangannya menatap marah ke arah lelaki paruh baya yang tampak menuju ke arah dimana kaca mobilnya terbuka.


"Maaf mbak bisa minta tolong?" Pintanya dengan raut panik.

Aretha sedikit takut jika dihadapannya ini orang jahat.

"Minta tolong apa ya Pak?" Tanyanya dengan sesekali menatap ke arah depan.

Di depan sana terdapat pengendara motor yang tergeletak. Tak begitu jelas siapa, tetapi motornya seperti motor remaja lelaki.

"Saya nabrak orang, terus orangnya luka-luka, motornya juga lecet. Saya janji tanggung jawab benerin motornya, tapi saya ga bisa bawa dia ke rumah sakit. Saya buru-buru harus pulang kerumah."

Aretha tertegun. "Oh yaudah kalau gitu biarin dia ikut saya Pak. Nanti saya bawa dia ke rumah sakit."

Lelaki paruh baya itu tersenyum lega.
"Terimakasih ya mbak, saya bawa dia kemari sebentar."

Aretha mengangguk dengan mendekatkan mobilnya untuk lebih dekat dengan lokasi dimana pengendara motor itu tergeletak dengan posisi duduk memegangi lukanya.

Sembari menunggu si korban di papah, Aretha dengan pengertian membuka pintu kemudi membiarkan korban untuk duduk disamping kursinya. Namun, baru saja hendak masuk Aretha dibuat terkejut bukan main.

"Erlangga?" Panggil Aretha dengan nada tinggi.

"Lah lo?" Sahutnya sama kagetnya.

"Saya minta tolong banget ya mbak."

"Mas nanti motornya biar saya yang urus, kalau masnya ga percaya bisa hubungin nomor yang udah saya kasih tadi."

ERLANTHA (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang