Part. 48

42 17 7
                                    

"Imam Al-Ghazali said: Apa yang ditakdirkan untukmu, pasti akan menjadi milikmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Imam Al-Ghazali said: Apa yang ditakdirkan untukmu, pasti akan menjadi milikmu. Dan apa yang tidak ditakdirkan untukmu, tidak akan pernah menjadi milikmu."

"Kita sebebas itu menjalani semuanya, tapi jangan lupa Tuhan punya kuasa."

- Ferdilan Reksa Adyava

🪐🪐🪐

"GA, GUE MAU PULANG SAMA LO YA?"

Arga menunjuk dirinya sendiri. "Gue?"

Tak hanya Arga, anggota Gavilan yang lain juga dibuat kalang kabut dengan kehadiran Alovaa di kelasnya. Perasaan tak tenang hadir begitu saja. Untuk apa gadis itu kemari? Ada urusan apa? Drama apa yang sedang direncanakan?

"Gaga, panggilan spesial gue buat Erlangga."

Arga bangkit dari bangku menyamakan posisi Aretha. "Oh."

"Najisnya!" Alovaa bergelayut manja pada Erlangga yang meletakkan berat badannya pada meja depan papan tulis.

"Gue ada bimbel ga bisa."

"Sekali aja Ga." Pintanya memaksa.

"Lagipula gue minta tolong karena Bunda lagi ada acara sama Bunda lo."

"Ngerti bahasa manusia kan? Gue bilang ga bisa anjing!"

Wajah cantiknya dilapisi amarah walau belum kentara, tetapi bunyi decakan dari bibir merah mudanya memberi peringatan.

"Kasar! Ga sopan!"

"Semenjak lo bergaul sama mereka attitude lo jadi jelek! Pergaulan buruk!"

Entah berapa kali bibirnya mengucapkan kalimat sampah yang ditujukan untuk Gavilan. Pastinya mereka tersentil meskipun pada faktanya ucapannya tak benar.

"Heh singa! Jaga mulut lo!" Teriak Raden salah satunya yang tak terima perkataan buruk mengenai Gavilan.

"Gue singa lo apa? Badak!"

Beberapa anggota Gavilan saling pandang hampir melayangkan tawa. Namun, melihat kondisi tak kondusif membuat mereka mempertahankan raut datarnya dengan sorot mata elang.

"Gue yakin ini gara-gara lo!"

Pasang matanya menatap Aretha penuh dendam. Ketika dirinya hendak menghampiri gadis itu tasnya ditarik membuat kepala mungilnya menoleh galak.

"Lepas!" Serunya memaksa.

"Ga usah ganggu milik gue!"

Senyum dendam ditampilkan. "Yang boleh jadi milik lo itu gue!"

"CUMAN GUE!" Teriaknya di depan Erlangga.

"Ga usah mimpi!" Tatapan dinginnya menohok hati Alovaa.

"Kita lihat aja siapa yang menang gue, atau dia." Telunjuknya mengarah pada Aretha terang-terangan.

ERLANTHA (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang