Episode Tujuh Belas

1.4K 81 1
                                    

Happy Reading 🤗
***

Dari banyaknya murid yang tengah diajari bacaan Al-Qur'an, hanya ada satu orang perempuan cantik yang usianya lebih tua dari mereka, dia memakai hijab warna dark silver nyaris senada dengan gamis yang dikenakannya.

Kepalanya menunduk untuk menjaga pandangan, meski malu berada di antara anak sekitar usia sembilan tahun, tapi tidak menyurutkan semangatnya untuk belajar.

Jingga datang ke madrasah bukan hanya ingin menemui Vickry, tapi dia juga mempunyai keinginan untuk belajar mengais ilmu.

Namun, kedatangannya sontak saja membuat ustadz muda itu terkejut karena pengajian tersebut hanya dikhususkan untuk anak-anak.

"Jingga ke sini karena pengin belajar baca Al-Qur'an bareng-bareng. Boleh kan?" tanyanya. Dia melemparkan senyumannya semanis mungkin, tapi begitu Vickry justru melengos memalingkan pandangannya ke arah lain membuatnya tersadar jika Islam sangat indah, harus menjaga pandangannya pada orang yang bukan muhrim.

Dia jadi ingat perkataan Umi Salamah juga Nurani. Berubahlah karena Alloh bukan pada makhluk-Nya. Hal itu membuatnya mengatur dirinya sendiri agar bisa menjaga hatinya.

"Boleh saja, tapi alangkah lebih baiknya kamu belajar sama sesama wanita juga. Bagaimana jika dengan Umi saya?" Vickry memberikan saran kepadaku.

Pertanyaan darinya coba kupertimbangkan lebih dulu karena bagaimana pun juga segala sesuatunya harus dipikirkan. Begitu aku mendapatkan kesimpulan, pada akhirnya pun diriku mengangguk pelan sebagai tanda merespon.

"Tapi, memangnya boleh kalau Jingga minta diajarkan sama Umi Salamah?" Wanita itu masih saja mencoba untuk memastikannya, karena kalau pun tidak bisa, maka dia terpaksa akan memilih temannya karena tidak ada lagi pilihan. Umi Salamah memang pernah mengajaknya untuk belajar bersama, hanya saja dia merasa canggung dan lebih tertarik belajar dengan Vickry. Namun, hal itu justru malah ditolak mentah-mentah sama si Imam Tarawih.

"Tentu saja." Vickry tidak melirik ke arah Jingga sama sekali.

Lelaki di depannya itu benar-benar sangat dingin, karena mungkin ingin menjaga pandangannya agar tidak timbul hasrat. Apalagi di bulan Ramadhan seperti ini sudah seharusnya menahan segala macam godaan. Bukan hanya menahan dahaga dari haus atau pula lapar karena ingin makan, tapi juga jaga hati yang sudah seharusnya dijauhkan dari segala macam penyakit hati, termasuk jatuh cinta.

Vickry memang tidak memiliki perasaan apa pun pada Jingga, hanya saja dia merasa takut jika kedua matanya tidak sengaja menatap ke arahnya. Sudah seharusnya dia menjaga pandangan, karena wanita itu bukan muhrimnya.

"Yaudah deh kalau gitu Jingga coba ke Umi. Kali aja dari jadi muridnya, kelak jadi menantunya." Jingga cekikikan nyaris mirip seperti kuntilanak. Hal itu membuat beberapa anak yang tengah mengaji di sana ikut tergelak karena sepertinya terhibur dengan tawa wanita itu.

"Astaghfirullah." Vickry mengusap wajahnya dengan kasar, hal itu membuat Jingga terkekeh pelan.

"Kenapa, ustadz? Aku terlalu astaghfirullah teruntuk kamu yang masyaalloh ya?" tanya Jingga, dia masih saja senang menggoda Vickry. Padahal dalam hatinya sudah ditanamkan sejak bangun sahur jika dia akan merubah dirinya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Akan tetapi, apa yang terjadi saat ini? Wanita itu justru menggoda si Imam Tarawih.

"Jingga. Satu kali peringatan lagi dari saya. Tolong jangan dekati saya lagi jika memang tidak ada hal yang benar-benar penting. Saya berkata seperti ini karena saya tidak ingin kamu terjerumus ke dalam hal-hal yang dibenci oleh Alloh." Vickry mencoba untuk mengingatkannya, karena bagaimana pun juga Jingga butuh bimbingan. 

"Kalau hal-hal yang dicintai sama Alloh itu apa, Ustadz?" tanya Jingga. Nyatanya wanita itu tidak saja menyerah dalam hal memepet cinta sang imam tarawih. "Apa menikah denganmu, Tadz?"

"Jingga, tolong. Saya kan sudah mengatakannya pada kamu. Tolong jangan terlalu berharap pada saya." Vickry menangkupkan kedua tangannya di atas dada.

"Namanya juga usaha, Tadz. Bukannya islam juga mengajarkan tentang ikhtiar? Pergerakan Jingga dalam meraih hatinya Ustadz juga mengikuti jalur ini." Kedua mata Jingga tampak berbinar. Dia yakin jika pemahamannya tentang ikhtiar sudah benar.

"Seorang perempuan lebih baik menunggu daripada mengejar." Vickry mencoba untuk memberikannya penjelasannya.

"Tapi Jingga ingin seperti Sayyidah Khadijah yang mencintai Nabi Muhammad secara terang-terangan." Jingga masih ingat dengan cerita Rasullullah yang lebih dulu dilamar oleh Sayyidah Khadijah. Dan, sepertinya pemahaman itu tidak begitu membuatnya keliru, dia masih mengingatnya kalau memang tidak salah. Akan tetapi, dia meyakini jika Khadijah yang lebih dulu mencintai Rasulullah, maka dari itu Jingga memilih untuk menjadikan dirinya seperti sosok Sayyidah Khadijah yang lebih dulu menyatakan perasaan terhadap orang yang dicintainya.

***

Jingga keliru. Seharusnya dia bisa menjaga hatinya karena wanita muslimah adalah wanita shalehah yang harus menjaga marwah nya, yang menghindari berkhalwat dan menghindar dari lawan jenis nya untuk menghindari fitnah.

Tentang kisah cinta Rasululloh dan Sayyidah Khadijah, memang Sayyidah Khadijah yang pertama mengatakan cinta nya pada Baginda Rasulullah melalui teman kepercayaan nya bernama Nafisah.

Nafisah berkata pada Rasulullah, "Apa yang menghalanginya untuk menikah?"
Dan Rasulullah menjawab bahwa beliau orang miskin yang tidak punya harta, lalu Nafisah pun mengatakan amanah dari Sayyidah khadijah bahwa ia melamarnya untuk menjadi suami. Dan betapa terkejut nya Rasulullah ada wanita terhormat bersedia hidup bersama dengannya.

Semoga dapat bermanfaat di bagian bab ini ya.

IMAM TARAWIH (Terbit✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang