Assalamualaikum, bagaimana nih puasanya lancar? Semoga cerita Imam Tarawih ini dapat menjadi teman di saat ngabuburit ya😍
***Merasa terpanggil namanya, lelaki itu menghentikan langkahnya. Dengan cepat, Jingga menghampirinya. Wanita itu melemparkan senyuman semanis mungkin ke arah Vickry. Namun, lelaki di depannya tidak sama sekali membalas senyumannya justru dia kembali menundukkan pandangannya begitu beberapa saat menatap ke arahnya. Berulang kali dia melafalkan istighfar dalam hatinya.
"Kamu panggil saya?" tanyanya memastikan.
"Perkenalkan, saya Jingga anaknya Pak Sunandar." Dia menyodorkan tangan kanannya, berharap jika Vickry akan menyambutnya dengan menjabat tangannya juga.
Akan tetapi, nyatanya harapan itu malah membuatnya tersipu malu karena Vickry justru menangkupkan kedua tangannya di atas dada.
"Afwan." Perkataannya begitu sangat lembut.
Jingga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia ternyata salah sasaran jika lelaki di depannya ini anti bersentuhan dengan lawan jenis. Pergaulannya di kota membuatnya tidak begitu paham dengan ajaran agama Islam.
"Maaf, nama aku Jingga bukannya afwan." Wanita itu terkekeh pelan, seolah menertawakan apa yang dikatakan lelaki di depannya.
Di belakangnya, Nurani tampak gelisah karena pastinya dia juga akan mengatakan jika dirinya adalah teman karibnya. Masa iya punya teman sepertinya.
"Maksud saya, maaf," ucapnya pelan, lelaki itu masih dalam posisi tenang tidak sekali pun dia tergelak atau pula tersenyum seperti halnya yang dilakukan Jingga. Kalau wanita itu jangan ditanya lagi, dia terus mesem-mesem kayak orang gila. "Maaf, ada keperluan apa ya panggil saya?"
Pertanyaan itu membuat jantung Jingga nyaris berpindah dari tempat. Bahkan aliran darahnya berdesir lebih cepat tidak seperti biasanya. Bahkan dia sendiri tidak tahu apa tujuannya memanggil sosok imam tarawih yang semalaman ini selalu dia pikirkan. Jingga justru ingin menjadi makmum selamanya, dan mengejar surga bersamanya. Eits, dia mendengus pelan, bagaimana menggapai surga bersama, jika hatinya juga belum digenggamnya.
"Kenapa kamu tidak ingin berjabat tangan denganku?" Pada akhirnya juga Jingga mempunyai pembahasan untuk melambat kebersamaan mereka.
"Kamu bukan muhrim," ucapnya dengan singkat. "Kalau gitu, maaf saya permisi jika memang tidak ada lagi pertanyaan apa pun."
Begitu dia hendak melangkah, tapi Jingga kembali menghentikannya. "Muhrim itu apa? Kamu tidak akan merasakan sakit saat menjabat tanganku."
Dia menoleh, menatap ke arah lawan bicaranya beberapa saat. "Ikutlah kajian nanti setelah subuh."
Kali ini Vickry benar-benar pergi dari pandangan Jingga. Wanita itu memandangi tangannya yang bersih tanpa noda apa pun. Bahkan kelima kukunya saja bersih, dia selalu rajin memolesnya dengan cat kuku berwarna. Merah muda terang itu menghias semua kuku di jemarinya.
Nurani menarik tangan Jingga, lalu dia menatap temannya dengan tatapan kesal. Wanita itu merasa menyesal karena sudah memberitahunya jika rumah si imam tarawih itu bersebelahan dengannya. Kalau saja sewaktu malam saat di masjid dia tidak mengatakan apa-apa. Mungkin, kejadiannya tidak akan seperti ini. Perlakuan Jingga justru membuatnya malu.
"Udah deh jangan gitu lagi, Jingga. Kalau mau jatuh cinta jangan sama dia. Saingannya juga banyak bahkan lebih alim daripada kamu. Sana pulang, lihat pakaianmu sekarang. Apa pantas jika bersanding dengan si imam tarawih itu?" tanya Nurani. Perkataannya membuat dia terdiam.
Mengingat pakaian yang dikenakan si imam tarawih itu, mengenakan baju koko berwarna hijau mint didominasi dengan warna putih, disandingkan sarung berwarna putih. Kesannya sangat berdamage. Pantas saja Jingga sampai terpesona. Selain bersuara merdu, dia juga memang memiliki pesona yang mampu memikat hati jingga tentunya.
Lalu, dia menatap ke bawah kakinya, mengenakan celana levis yang menampakkan lekuk tubuhnya. Tidak hanya itu, hijab yang dikenakannya juga tidak menutupi dada.
"Coba deh lihat tuh anaknya Pak Kades. Tertutup banget. Emang bener cocok deh kalau memang mereka jadi pasangan." Nurani menunjuk ke arah wanita yang tengah berjalan sembari menundukkan pandangan. Gamis berwarna hitam longgar melekat di tubuhnya yang semampai, bahkan kerudungnya pula panjang menutupi dada. Apa wanita seperti itu tipe kebanyakan ustadz, termasuk si imam tarawih yang tengah Jingga incar?
"Kenapa kamu bisa tahu kalau dia cocok buat imam tarawih itu?" tanya Jingga, masih saja penasaran dengan jawaban yang diberikan temannya.
"Kamu sih terlalu banyak kerja. Makanya enggak paham ajaran agama. Sering datang ke kajian sana." Dia menyikut lenganku pelan.
"Dih, nyuruh-nyuruh kayak yang suka kajian aja." Wanita itu mengerucutkan bibirnya karena saking kesalnya pada Nurani.
"Aku sering ikut kajian dong sama Ustadz Vickry. Banyak sih yang ikutan pengajian. Barusan juga kan dia suruh kamu ikut pengajian seusai subuh. Kalau aku sih memang pengikut dakwahnya. Soalnya, omongannya tuh selalu ngena. Maksudnya, selalu pas gitu sama dosa-dosaku perihal contoh yang selalu dipaparkannya." Nurani memberikan penerangan mengenai lelaki yang begitu diidamkan Jingga.
Jingga berpikir lebih keras lagi mengiyakan apa yang diucapkan temannya. "Kalau gitu nanti subuh bareng datang ke pengajiannya Mas Vickry ya."
Tidak habisnya Nurani terus menggeleng pelan saking lelahnya jika terus menanggapi perkataan temannya.
Wanita itu segera pulang ke rumah, dengan tujuan untuk menyiapkan dirinya karena waktu sudah mulai petang. Sebentar lagi adzan Magrib berkumandang dan akan segera berbuka puasa itu artinya beberapa jam lagi dia kembali mendengarkan suara merdu yang mengusik hatinya.
"Kita bertemu lagi imam tarawih!" sorakku yang membuat pria paruh baya menatapku.
"Kamu kenapa? Enggak kesurupan kan, Nak?" tanya Sunandar, membuat putrinya semakin tergelak.
Cicak di dinding saja ikut tertawa, mereka seolah berkata, "ada Mbak Kunti di siang bolong."
***
Suaranya sangat syahdu membuatku ingin segera mengajaknya berumah tangga, lalu menanjak bersama mencapai surga.Senyumanku tidak memudar dari raut wajahku saking senangnya kembali mendengar suara merdu yang membuatku candu.
Ini untuk kedua kalinya aku menjadi jama'ah di hari ketiga ramadhan. Kalau saja tahu jika dia imam tarawihnya mungkin saja sudah dari awal aku mengikuti sebagai makmumnya. Dikarenakan lelah karena baru datang dari kota, membuatku urung ke masjid pada saat hari pertama karena dengan alasan lelah.
Aku terus mengaminkan dalam hati, semoga saja dia orangnya. Lelaki yang bisa membuatku merasa nyaman, juga menjadi seorang perempuan beriman. Mengingatnya yang terlalu sempurna bagiku, membuatku ingin berhijrah memperbaiki diri.
"Bismillahirrahmanirrahim ...," ucap si imam tarawih. Surat alfatihah selalu menjadi pembuka, lalu dilanjutkan dengan surat Al-Ikhlas.
Suaranya masih tetap menggetarkan jiwa. Jingga tidak tahu apa yang terjadi dalam dirinya. Akan tetapi, dia sudah menyadari jika dia memang jatuh cinta. Apakah wanita itu bisa menggapai cinta imam tarawih?
***
Simak terus ceritanya. Insyaallah update setiap hari.Utamakan membaca Al-quran ya🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAM TARAWIH (Terbit✔️)
Spiritual[FOLLOW SEBELUM BACA DAN SPAM VOTE JUGA KOMEN BIAR AKU TAMBAH SEMANGAT NGETIKNYA] Rank #01 ceritaislami (20 Juli 2023) Rank #11 Hijrah Cinta (21 Juni 2022) Rank #7 Hijrah Cinta (24 Juni 2022) "Kenapa hatiku bergetar saat mendengar suara Imam Tarawih...