Episode Empat Puluh

1.7K 77 12
                                    

Happy Reading 🤗

***
Setahun kemudian ....

Kehidupan di kota sepertinya jauh lebih menurut, begitu menurut Jingga. Bukan hanya meningkatkan value dalam karirnya, tapi di sana dia juga mengembangkan bisnis yang menjadi dirinya jauh lebih berbeda dari beberapa tahun sebelumnya.

Setelah pernikahannya dibatalkan olehnya sendiri, semuanya berubah begitu saja. Meski rasa sakit tetap terasa, tapi bagaimana pun juga wanita itu harus bisa menjalani hari-hari seperti sebelum dirinya mengenal Vickry yang ditemuinya di kampung halamannya.

Di hari ini, Jingga berniat pulang ke kampung halaman setelah sekian lama. Sunandar pasti merindukannya, dari awal dia sudah memutuskan jika dirinya tidak akan kembali setelah hatinya jauh lebih baik.

"Cantik." Suara bass itu muncul tiba-tiba yang kini berada di dekat ambang pintu tempat Wedding Organizer.

Ya, Jingga kini membuka usaha Wedding Organizer, ternyata bisnisnya cepat pesat dan meluas. Dia mendirikannya karena adanya alasan, wanita itu hanya ingin membuat acara yang sukses bagi para pengantin.

Setidaknya, bisnis tersebut menjadi obat untuknya sendiri karena gagal menikah dengan lelaki dambaannya.

Buket bunga berukuran sedang dibawa ke arah Jingga. Wanita itu pun menyambutnya dengan senyuman yang merekah.

"Baru pulang dari kantor?" tanya Jingga memastikan.

Pria itu pun mengangguk mengiyakan, dia menyodorkan buket bunga di tangannya. Tentu saja Jingga menerimanya dengan senang hati.

"Aku enggak telat kan?" tanyanya sembari melihat jam arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Enggak kok." Jingga terkekeh pelan.

"Tutup sekarang ya, Bu?" Seorang wanita berjilbab segi empat menghampiri Jingga, meminta persetujuan.

Jingga mengangguk mengiyakan. "Tutup aja, kamu sama rekan-rekan yang lain tolong jaga tempat ya, karena beberapa hari ke depan saya enggak bisa ke sini dulu."

"Mau ke mana, Bu?" tanyanya.

"Pulang kampung." Jingga tersenyum samar kala mengatakannya, ada rasa sesak yang tidak dapat dikatakannya.

"Bos kamu mau saya lamar." Pria di samping Jingga berbisik, suaranya juga bahkan nyaris tidak terdengar.

Merasa gemas, Jingga melirik ke arahnya dengan tatapan kesal.

"Oh ya? Wah, selamat ya, Pak, Bu. Semoga dilancarkan semuanya."

"Aamiin. Doakan saja ya." Pria itu kembali mengembangkan senyumannya.

"Kalau gitu saya izin ke belakang ya, Bu, Pak." Wanita itu pun kembali lagi meninggalkan mereka.

"Jadi mau tanggal berapa?" tanyanya.

"Gian, please deh. Jangan berisik." Jingga menatapnya dengan tatapan kesal.

Hal itu justru membuat pria yang bernama Gian tergelak, dia merasa gemas pada wanita di hadapannya.

Entah sudah berapa tahun dirinya mengejar hati Jingga, hingga setahun ini dia berhasil di posisi yang jauh lebih dekat.

"Yaudah ayo. Biar nanti sampainya enggak terlalu kemalaman." Gian memberi saran pada Jingga.

Wanita di depannya kembali mengangguk. "Tapi, aku takut banget, Gian."

"Kenapa harus takut?" tanya Gian, menatapnya dengan tatapan penuh arti.

Pertanyaan tersebut justru tidak dijawab apapun oleh Jingga, dia menundukkan pandangannya sangat dalam.

"Aku kan nanti temenin kamu." Sudut bibir Gian tertarik ke atas membentuk senyuman yang merekah.

IMAM TARAWIH (Terbit✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang