Happy Reading 🤗
***
"Jingganya ada, Pak Sunandar?" tanya seorang pria dengan suara bariton yang terdengar jelas."Ada, Pak. Mari masuk." Sunandar mempersilakannya untuk segera masuk, karena tidak enak juga kalau semisalkan berbincang di ambang pintu apalagi sudah larut malam.
Pria berperawakan tegap itu hingga terlihat sangatlah berwibawa memasuki rumahnya Sunandar dan dia juga segera terduduk di salah satu kursi setelah mendapatkan perintah dari sang pemilik rumah.
Jingga masih mematung di tempatnya, dia bisa melihat dengan jelas jika di depannya itu Ayah dari lelaki yang begitu dicintainya. Akan tetapi, mulai hari ini dia berusaha untuk memupus perasaannya karena dari kajian yang didapatnya dari Umi Salamah, dia harus lebih dulu mencintai pencipta-Nya daripada ciptaan-Nya.
Arsyad merasa jika dirinya diperhatikan, dia melirik ke arah kiri yang nyatanya sosok Jingga berada di sana tengah menatapnya dengan heran. Bertepatan saat itu, Jingga segera menundukkan pandangannya.
"Nak Jingga." Dia memanggilnya dengan sangat lemah lembut. Beda lagi ceritanya kalau semisalkan Vickry yang memanggilnya. Jangankan menyebut namanya, menoleh saja dia tidak pernah. Sedingin itu memang si imam tarawih.
"Nah itu Jingganya ada. Sini, Nak." Sunandar melambaikan tangan ke arah putri semata wayangnya.
Wanita itu merasa ragu untuk melangkah saja, dia menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak terasa gatal.
"Ayo sini, Nak Jingga. Ada hal yang ingin saya sampaikan." Perkataan Arsyad membuat wajah Jingga tampak terlihat pucat pasi saking terkejutnya dengan apa yang dikatakannya.
Bukan hanya Jingga saja, bahkan Sunandar juga terperangah begitu pria di depannya yang merupakan orang terhormat berkata demikian pada putrinya. Dia merasa takut jika saja gadisnya melakukan kesalahan, atau mungkin ada sangkut pautnya dengan tingkah laku Jingga terhadap putranya.
Dia mengakui, putrinya terlalu agresif terhadap Vickry. Hal itu membuatnya berpikir keras, meski sudah berusaha untuk tetap tenang, tapi rasa takutnya semakin menjadi.
"Apa ada masalah, Pak Haji?" tanya Sunandar, dia merasa penasaran dengan kedatangan Arsyad yang mengunjungi rumahnya secara tiba-tiba dengan alasan ingin bertemu dan menyampaikan sesuatu pada putrinya.
Dia justru malah tersenyum, hal itu membuat Sunandar dan Jingga kebingungan. Tidak tahu harus mengatakan apa padanya, karena keduanya diliputi rasa penasaran dengan kedatangannya yang begitu mendadak.
Jingga kini berada di hadapannya, dia juga terduduk di salah satu kursi. Akan tetapi, wanita itu seolah tidak berani mengangkat wajahnya, meneguhkan dirinya untuk menundukkan pandangan seolah menghindari kontak mata dengan pria di depannya.
"Rileks saja, Nak. Jangan tegang. Lagipula tidak sedang ijab qobul." Tutur katanya berhasil membuat Sunandar terkekeh pelan, meski dalam hatinya masih berseru dengan sangat keras. Dia sangat penasaran dengan hal ini.
Kalau saja di depannya itu Vickry, mungkin saja Jingga tidak akan terus menunduk seperti sekarang.
Wanita itu tidak menanggapi ucapan dari Arsyad. Dia terus saja terdiam, karena kepalanya terlalu berisik banyak bertanya mengenai persoalan kali ini.
"Bersedia jadi menantu saya, Nak Jingga?"
Pertanyaan itu refleks membuat Jingga menengadah ke arah Arsyad yang tidak pernah mengubah ekspresinya. Dia tetap tersenyum manis.
***
Minyak kayu putih terus saja digosokkan pada kedua tangan dan kakinya, berusaha untuk menghangatkan tubuhnya.Sunandar sangat telaten sekali mengurus putrinya yang masih saja memejamkan kedua matanya setelah beberapa jam lamanya tidak sadarkan diri.
Dia terus saja berusaha menggosokkan kedua tangan putrinya. Hingga pada akhirnya pun wanita yang sedari tadi memejamkan kedua matanya, beberapa kali mengerjap.
Sunandar tersenyum senang begitu melihat putrinya kembali sadar.
Namun, dari kesadarannya itu justru membuat Jingga merasa bingung. Perkataan dari Arsyad pun dirasanya hanyalah mimpi semata.
"Kenapa Ayah belum tidur? Padahal, sedari tadi Jingga sangat pulas sekali sampai bermimpi bertemu dengan Pak Haji." Jingga terkekeh pelan saat mengatakan hal tersebut.
Pria paruh baya yang kini ada di depannya itu justru malah terkekeh pelan menertawakannya.
"Dia bilang apa sama kamu, Nak?" tanya Sunandar memastikan.
"Dalam mimpi itu, Pak Haji Arsyad menanyakan ketersediaan Jingga untuk menjadi menantunya, Yah. Kok gini amat ya bunga tidur." Jingga mengucek kedua matanya berkali-kali berusaha untuk mengembalikan penglihatannya yang terasa buram ketika pertama kali membuka mata.
Perkataan putrinya justru malah ditertawakan sang Ayah. Sunandar sepertinya merasa terhibur dengan ucapan Jingga yang membuat kedua matanya sampai berkaca-kaca. Dia memang merasa bahagia sekali karena ada keluarga yang bersedia menjadikan putrinya seorang ratu teruntuk lelaki baik, sholeh. Berbeda dengan Jingga yang masih jauh sekali sifatnya dari keluarga mereka. Akan tetapi, semudah itukah keluarga dari kalangan terhormat itu bersedia membuka ruang untuk putri kesayangannya.
"Kamu kira ucapannya hanyalah mimpi, Nak?" tanya Sunandar memastikan kesadaran putrinya.
"Kan memang mimpi."
"Keberadaan Pak Arsyad itu memang nyata adanya, dan mengenai kalimat tersebut dia menyatakannya dengan sungguh, Nak." Sunandar mengusap puncak kepalanya dengan sangat lembut.
"Apa? Jadi, Pak Haji Arsyad menginginkanku untuk jadi menantunya, Pa?"
Pertanyaan dari putri kesayangannya, membuat Sunandar kembali manggut.
"Bagaimana, Nak? Kalau Ayah terserah kamu saja."
"Jadi, intinya perkataan tersebut bukanlah mimpi?" tanyaku lagi kepadanya.
"Iya, Nak. Nyata. Mereka menerimamu dengan sangat baik."
"Bukan mimpi?" tanya Jingga lagi yang segera diangguki oleh ayahnya.
Jingga merasa jika pandangannya terasa kabur begitu saja meski dia sudah berusaha untuk tetap membuka matanya, tapi rasanya sangat sulit sekali meski sudah berusaha sekuat tenaga.
Dan hal itu, membuat Jingga kembali jatuh pingsan lagi.
***
Jadi, maksudnya lewat ayahnya dia melamar gitu?Stay terus ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAM TARAWIH (Terbit✔️)
Espiritual[FOLLOW SEBELUM BACA DAN SPAM VOTE JUGA KOMEN BIAR AKU TAMBAH SEMANGAT NGETIKNYA] Rank #01 ceritaislami (20 Juli 2023) Rank #11 Hijrah Cinta (21 Juni 2022) Rank #7 Hijrah Cinta (24 Juni 2022) "Kenapa hatiku bergetar saat mendengar suara Imam Tarawih...