Episode Delapan

1.6K 101 1
                                    

Update! Maaf udah nunggu ya? Aku ada juga sedang menggarap tulisan yang lain. Tapi, tetap garap tulisan Imam Tarawih kok hehe.

Happy Reading 🤗

***

"Mama mertua? Maksud kamu, Nak?" tanyanya membuat Jingga merutuki dirinya sendiri.

Hatinya terus bergelut dengan pikirannya sendiri. Nekat sekali dia sampai memanggil ibunya Vickry dengan sebutan Ibu mertua. Tolonglah Jingga jangan memalukan Nurani yang kini tengah menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia pula duduk di pojokan saking malunya setengah mati. Tidak ada yang senekat itu memanggil istrinya Pak Haji dengan sebutan mertua. Hanya Jingga saja pelaku utamanya, bahkan anaknya Pak Kades saja selalu tidak pernah, boro-boro menyapanya setiap kali ketemu saja menundukkan pandangannya.

Keluarga Vickry memang tergolong orang terpandang, semua orang selalu menundukkan pandangannya. Akan tetapi, kali ini Jingga nekat mendekati mereka. Bukan seperti itu, wanita itu hanya ingin mengenal keluarganya lebih dalam.

"Besok-besok jangan ke rumah aku lagi deh, Jingga. Malu aku kalau kamu kayak gini terus," bisik Nurani sembari terus menutupi wajahnya. "Ampun kamu tuh ya."

"Ya kali aja Jingga ada kesempatan daftar buat jadi menantu Ibu." Bisa-bisanya wanita itu mengatakan keinginannya dengan sungguh. Nurani saat itu juga membalikkan tubuhnya, dia lebih baik mencium tembok daripada harus memandangi pemandangan antara wanita gesrek yang kekeuh menginginkan putra dari Ibu di depannya itu.

Suasana seketika hening, Jingga tetap sabar menunggu jawaban dari wanita paruh baya di depannya.

"Aku bilang juga apa, jangan nekat kamu tuh, Jingga." Nurani masih saja berbisik.

Namun, beberapa saat kemudian uminya Vickry justru malah terkekeh pelan.

"Emang mau jadi makmumnya putra saya? Umi cuman punya satu anak lelaki saja, Nak. Tidak ada pilihan." Tanpa diduga jawabannya membuat Jingga cengar-cengir kayak orang gila.

Sedangkan Nurani yang sedari tadi nemplok pada tembok nyaris mirip seperti cicak di dinding kini terperangah begitu menanggapi perkataan tetangga terhormatnya. Dia tidak bisa membungkam mulutnya, jawaban dari wanita itu seolah menghipnotisnya.

"Memangnya Ibu mau punya menantu seperti saya?" tanya Jingga polos. Kedua matanya terbuka lebar saking terkejutnya dengan pernyataan yang membuat jantungnya nyaris loncat dari tempat.

Wanita itu terkekeh pelan, bahkan kali ini mendekati Jingga lalu mengusap puncak kepalanya dengan lembut. "Kenapa saya harus menolak? Selagi kamu bisa buat jatuh cinta anak saya, kenapa tidak boleh?"

"Beneran, Bu?" tanya Jingga. Kedua matanya berkaca-kaca saking terharunya karena dia mendapatkan lampu hijau.

"Eits, cintai pencipta-Nya dulu sebelum ciptaan-Nya. Jangan mencintai seseorang yang belum halal bagi kamu, dan jangan melebihi batas cintamu pada pencipta-Nya. Paham, Nak?" tanya wanita paruh baya itu. Entah kenapa Jingga merasakan kelembutan darinya, dia seolah merasakan kehadiran sosok Ibu dalam hidupnya.

Tanpa disadari air matanya meluncur begitu saja membasahi kedua pipinya. Dia sungguh tidak bisa menahan tangisnya hingga meluruh begitu saja.

"Putra Ibu Vickry kan? Jingga enggak salah?" tanya Jingga. Gadis itu memang sangat polos, perkataannya membuat Nurani berusaha menahan gelak tawanya.

"Iya. Memangnya kenapa, Nak?" tanya Umi.

"Takutnya Jingga salah orang."

Nurani saat itu juga menepuk jidatnya dengan pelan. Dia tidak bisa menahan tawanya yang nyaris kembali meledak lagi.

***
Setelah mengajar anak-anak membaca Alquran, Vickry segera keluar dari madrasah. Dia hendak kembali ke rumah untuk bersiap mengisi acara kajian. Setiap hari jadwalnya memang selalu penuh, apalagi saat ini bulan ramadhan, undangan berdatangan.

Hal itu patut disyukuri oleh Vickry selain mendapatkan rezeki, dia juga bisa melupakan sejenak perihal perasaannya. Lelaki itu memang sedang berusaha untuk menyibukkan diri agar menutupi lukanya lebih dulu. Tidak seharusnya perasaan itu masih hadir.

"Seharusnya aku tidak terlalu berharap pada manusia, karena berharap kepada sesama hanya mendatangkan luka yang tidak diduga. Dan, kini aku merasakannya." Berulang kali dia beristighfar, lalu segera mengusap wajahnya dengan kasar. Dia berusaha untuk tetap menenangkan hatinya, wanita yang sempat ingin dijadikannya pelabuhan terakhir justru lebih dulu melabuhkan dirinya terhadap pria lain.

Langkahnya pelan kembali menuju rumah, tapi pandangannya tertuju pada seorang gadis yang sempat memanggilnya. Bahkan sudah beberapa hari ini dia juga sering datang ke kajian bahkan duduk di barisan paling depan.

Jingga? Ya, dia masih mengingat nama gadis itu. Karena, sikapnya yang begitu berbeda dari kebanyakan orang. Seorang wanita ceria, hidupnya seolah tiada beban, dan bersikap apa adanya.

Melihat penampilannya yang kini jauh lebih baik dari sebelumnya membuat bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman.

"Imam Tarawih!" panggilnya. Ternyata dia menyadari jika keberadaan Vickry berada tidak jauh darinya.

Meski pun sudah tahu nama lelaki di depannya, tapi justru Jingga lebih suka memanggilnya dengan sebutan imam tarawih. Karena panggilan itu pun berawal dari kekagumannya saat tarawih pertama.

Lelaki itu hanya tersenyum simpul menanggapi panggilan dari wanita di depannya.

"Ada keperluan apa?" tanya Vickry to the points.

"Kamu tenang aja ya. Aku akan jaga hati kok biar enggak jatuh cinta sama kamu dulu karena aku tahu kalau kita masih haram." Dengan polosnya dia berkata demikian. Hal itu membuat Vickry bungkam seribu bahasa. Dia bingung harus menanggapinya dengan kalimat seperti apa. Akan tetapi, perkataan Jingga yang seharusnya membuatnya terbawa suasana, justru hatinya belum saja tergerak.

"Udah kok cuman mau ngomong itu aja. Assalamualaikum, imam tarawih yang nanti akan berganti status menjadi imam masa depan Jingga." 

Wanita itu pun melangkah pergi meninggalkan Vickry yang masih saja mematung berdiri di tempat. Dia memandangi kepergian wanita itu yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Waalaikumsalam, Jingga." Vickry menjawabnya setelah wanita itu sudah melangkah pergi menjauh.

***
Makin gemes enggak ?
Kalau udah gemes wajib komen biar aku makin semangat ngetiknya dan semakin rajin updae hehe.

Semangat puasanya dan tarawihnya ya. Imam Tarawih di Kota kalian ada yang kayak Vickry juga enggak?

Tokoh Vickry itu aku ambil dari Kak Muhammad Vickry. Suaranya saat membaca Alquran memang bagus banget hehe, merdu.

Utamakan membaca Alquran karena tulisanku untuk ngabuburit saja.

Tinggalkan jejak kalian jangan lupa follow aku ya hehe.

IMAM TARAWIH (Terbit✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang