Episode Dua Puluh Dua

1.5K 80 2
                                    

Happy Reading 🤗

***

"Hari ini Abi akan mengenalkanmu dengan seorang wanita, Nak." Arsyad mengatakan hal itu pada putranya.

Vickry yang sedari tadi anteng tengah membawa buku tentang keagamaan, harus terhenti seketika lalu menoleh ke arah ayahnya yang kini memantikkan api menyalakan rokoknya.

"Kenapa harus sekarang, Bi?" tanyanya, menatap sang Ayah yang masih saja sibuk dengan rokoknya yang kini diapit oleh mulutnya.

Dari balik tembok dekat dapur, Umi Salamah berdiri mematung di sana berusaha mendengarkan pembicaraan sang suami dan putranya. Dia memang sudah tahu pembahasan apa yang akan disampaikan Arsyad karena keputusan ini pun sudah dibicarakan secara baik-baik oleh keduanya. Jingga, pilihan mereka yang dipercayainya akan menjadi seorang istri terbaik untuk putranya kelak. Semua ini berawal dari kembalinya Aisyah yang membuat hati Vickry kembali goyah, jujur saja lelaki itu masih menyimpan rasa padanya. Pria paruh baya itu pun tahu bagaimana isi hati putranya saat ini yang masih mengharapkan wanita itu. Kini, berbeda alur ceritanya. Aisyah sudah menjadi istri orang lain, sebagai seorang Ayah, Arsyad tidak akan membiarkan putranya sebagai boomerang dalam hubungan mereka.

"Ini semua sudah menjadi keputusan Abi dan Umi, kamu mungkin bisa saja menolaknya, tapi dalam hal ini Abi sangat berharap sekali jikalau kamu melupakan Aisyah dengan ketetapan menikahi perempuan lain. Jangan pernah menyangka jika calon istrimu menjadi pelampiasan, ada alasan lain yang membuat Abi memilihnya untukmu. Abi yakin, dia perempuan baik-baik." Arsyad mengusap punggung tangan putranya dengan lembut.

Lama sekali dia terdiam, sembari menundukkan pandangannya seolah tidak ingin bertemu dengan kedua mata sang Ayah. Hal ini sama saja dengan kisah Aisyah saat itu, dia dijodohkan dengan seorang lelaki pilihan orang tuanya, menyetujuinya dengan alasan untuk berbakti menjadi alasan kenapa dia harus meninggalkan orang yang dicintainya.

Dalam satu kali tarikan napas, Vickry menetapkan keputusannya. Netranya tidak terlepas menatap ke arah sang Ayah yang juga menetapkan bola matanya pada satu titik yaitu putranya.

"Bismillahirrahmanirrahim, atas restu Abi dan Umi, Vickry setuju memilihnya sebagai calon istri."

Kalimat tersebut berdampak dengan seulas senyuman yang kini diperlihatkan Arsyad. Dari kejauhan, Umi Salamah juga tersenyum senang bahkan dia mengucapkan hamdalah sembari mengusap wajahnya dengan kedua tangan sebagai bentuk syukur terhadap Sang Ilahi Robbi.

"Besok, setelah tarawih kita ke rumahnya." Arsyad menepuk pundak putranya pelan, dia memberitahu lebih dulu. Mungkin, tujuannya agar Vickry mempersiapkan segala sesuatunya dari sekarang.

"Mengkhitbahnya, Bi?" tanyanya memastikan.

"Ya. Bisa dikatakan seperti itu, karena jika Abi rasa ta'aruf sudah cukup. Abi mengenal keluarganya dengan sangat baik," ucap Arsyad dengan sangat lembut.

Hal itu diangguki Vickry, apa pun yang menjadi keputusannya atas restu kedua orang tuanya. Dia harus yakin, jika semua ketetapan dari sang Ayah salah satu bentuk restu dan pilihan yang benar.

Persetujuannya pun bisa dikatakan suatu bentuk rasa hormat dan berbakti pada kedua orang tuanya. Bisa dikatakan dia memang seorang anak penurut, hanya saja hal ini memang sangat sulit untuk diputuskannya.

"Baik, Bi. Jika memang perempuan itu pilihan Abi, Vickry siap untuk menjadikannya pilihan hidup Vickry juga." Meski hatinya terasa berat nan ragu, karena jika bisa dikatakan lelaki itu sangat mencintai sosok Aisyah. Perempuan sederhana yang mengetahui lebih banyak ilmu agama. Bahkan saat di pesantren pun dia selalu mendapatkan penghargaan atas beberapa prestasi yang diikutinya. Hal itulah yang membuatnya kagum dan ingin memilikinya. Namun, takdir tidak ingin menjadikan keduanya pasangan.

Justru saling berpisah untuk melepaskan, karena keduanya mempunyai pasangan yang lain.

Kedua mata Arsyad mulai berkaca-kaca, dia merasa terharu dengan ucapan putranya.

***
Entah sudah berapa kali balikan Jingga melakukannya. Sedari tadi dia terus saja mondar-mandir seperti halnya setrikaan.

Tidak lama kemudian, Sunandar masuk ke dalam kamarnya. Bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman, memandangi putrinya yang tampak merasa kebingungan.

"Kenapa?" tanya Sunandar dengan lembut.

"Pak Haji ingin menjadikan aku menantunya, menikahkanku dengan si imam tarawih kan?" Wanita itu memandangi sang Ayah dengan saksama.

"Iya. Kenapa, Nak?" tanyanya.

"Jujur saja, aku bahagia sekali atas permintaan Pak Haji, tapi apakah Vickry juga bahagia dengan ketetapan abinya?" tanya Jingga. Entah kenapa kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya.

Hal itu membuat sang Ayah terdiam, karena dia juga bukan seorang peramal yang bisa mengetahui bagaimana isi hati seseorang.

"Memangnya kenapa? Bukankah kalian sudah saling mengenal?" tanya Sunandar, mengernyitkan dahinya seolah tidak mengerti.

"Saling mengenal bukan berarti saling mencintai kan, Yah?" tanya Jingga yang membuat sang Ayah merenungkan hal tersebut.

"Apa ada masalah jika dia tidak mencintaimu, Nak?" tanya Sunandar memastikan ucapan putrinya.

Lama sekali Jingga terdiam, dia memang tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Karena cinta yang sesungguhnya hanyalah kepada sang pencipta-Nya bukan ciptaan-Nya.

Namun, bukankah semua orang juga menginginkan mempunyai pasangan yang saling mencintai dengan dirinya? Lalu, apakah salah dengan pemikiran Jingga yang memikirkan hal itu juga?

Batinnya terus berseteru, bagaimana jika Vickry tidak mencintainya? Apa yang harus dilakukannya? Apakah dia akan tetap menerima lamarannya atau justru menolaknya?

***
Diterima dong masa enggak sih😭

Marathon aku nulis ini huhu.

IMAM TARAWIH (Terbit✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang