Episode Dua Puluh Empat

1.5K 82 9
                                    

Happy Reading 🤗 Follow akun aku, vote dan komen ya.

***

Suasana mendadak menjadi hening, untung saja keluarga Pak Arsyad tidak menjadikan hal tersebut sebagai dendam. Meski dia terkejut dengan penolakan yang dilakukan Jingga, tapi beberapa kali pria itu mencoba untuk mengembuskan napasnya.

Sunandar memandangi putrinya yang seolah tampak kecewa atas apa yang dikatakannya. Bagaimana bisa dia menolaknya, bukankah Jingga jatuh cinta pada sosok si imam tarawih sejak pertama kali salat tarawih? Lalu, apa yang terjadi sekarang?

"Kamu tolak saya?" tanya Vickry lembut memastikan.

"Kok enggak ditanya kenapa?" tanya Jingga, pertanyaannya justru membuat beberapa pasang mata memandanginya tidak mengerti.

"Kenapa tolak Vickry, nak?" Pada akhirnya pun Umi Salamah yang berani mengajukan pertanyaan tersebut. Hal itu membuat Jingga tersenyum senang.

"Karena Jingga pengin langsung dihalalkan bukan hanya sekedar dijanjikan dengan cincin manis yang melingkar."

Nurani terperangah begitu mendengar alasan sahabatnya menolak lamaran Vickry malam ini. Namun, beberapa saat kemudian dia tersenyum karena merasa terbawa suasana alias baper tingkat akut.

Lelaki yang kini mengenakan kemeja warna hitam tampak berdeham, seolah ada sesuatu yang mengganjal di bagian tenggorokannya. Arsyad seolah peka dengan apa yang dirasakan putranya, dia menyambar segelas air putih yang sedari tadi pun ada di depannya, lalu memberikan padanya.

Sunandar menghela napas lega setidaknya putrinya itu tidak menolak Vickry yang merupakan orang terpandang. Jika saja dia melakukan hal itu, mungkin saja akan memalukannya sebagai seorang Ayah, karena keluarga Arsyad selalu disegani banyak orang.

"Maaf ya, Nak Vickry." Sunandar merasa tidak enak pada keluarga tersebut, dia menangkupkan kedua tangannya di atas dada, tapi justru Umi Salamah dan Abi Arsyad malah terkekeh pelan, mereka mengulum senyumnya.

"Kenapa kamu ingin segera menikah, Nak?" tanya Arsyad mencoba memastikan.

"Kata Umi, pacaran setelah halal itu selain bahagia, tapi juga dapat pahala. Jingga juga mau dong. Biar imam tarawih jadi halal buat aku, enggak haram lagi." Gadis itu memperlihatkan deretan giginya yang bersih nan rapih, Umi Salamah menutup wajahnya dengan satu tangannya bagian kanan.

"Oh ternyata Umi yang ajarin calon menantu jadi pintar." Arsyad menanggapinya, lalu diiringi dengan kekehan beberapa orang, termasuk Nurani yang sedari tadi terus cekikikan, kalau kata Jingga itu ketawanya kuntilanak.

"Dengan restu dua keluarga, dan atas izin Alloh, insyaalloh saya akan menjabat tangan ayahmu setelah usai lebaran." Kali ini Vickry yang mengatakannya.

Semua orang yang ada di sana, menatap ke arahnya saking terkejut dengan apa yang menjadi keputusannya. Rencana semua ini memang karena orang tuanya, tapi yang memutuskan ketetapan olehnya. Perkataannya itu membuat Jingga syok dan pada akhirnya pun dia tidak sadarkan diri karena pingsan.

Saking terkejutnya dengan apa yang dikatakan imam tarawih itu membuatnya kehilangan kesadaran. Hal itu membuat Sunandar meminta pada Nurani untuk membawakan air hangat dan minyak aromatic. Wanita itu manggut mengiyakan dan segera membawanya dengan cepat.

Namun, belum saja minyak aromatic yang berada di tangan Nurani didekatkan pada lubang penciuman Jingga, wanita itu sudah lebih dulu membuka mata.

Nama yang disebutnya ialah lelaki yang kini tengah melamarnya. "Imam tarawih, apakah Jingga tidak sedang bermimpi kan?' tanyanya. Sontak saja pertanyaannya itu mengundang tawa banyak orang.

"Coba saja cubit pipimu sendiri, Nak. Kalau pun sakit, itu artinya kamu memang tidak sedang bermimpi." Umi Salamah memberikan solusi agar tidak membuat wanita itu merasa kebingungan.

Dia melakukannya, mengikuti saran dari Umi Salamah, karena dirasanya masih belum percaya dengan apa yang terjadi di hari ini.

"Aduh, sakit juga ternyata." Jingga mendengus pelan sembari terus mengusap pipinya yang terasa kesakitan karena ulah dirinya sendiri.

"Nah, itu artinya kamu enggak bermimpi." Begitu yang dikatakan Umi Salamah pada wanita yang sebentar lagi akan menjadi pendamping hidup untuk putranya. Semoga saja segala harap yang sebelumnya hanya menjadi gambaran bagi Jingga, tapi kelak menjadi kenyataan yang didasari dengan rasa bahagia.

"Kalau gitu, Jingga siap."

Tanpa disadari kedua mata Sunandar basah oleh bulir bening yang sebelumnya menggenang, tapi kini terus saja mendesak keluar hingga pada akhirnya pun meluruh begitu saja.

"Siap apa?" tanya Arsyad, pria paruh baya itu sepertinya sangat senang sekali menjahili calon menantunya.

"Siap jadi istrinya imam tarawih, Pak Haji." Jingga mengatakannya malu-malu, dia menundukkan pandangannya bertujuan untuk menyembunyikan semburat merah muda di kedua pipinya.

"Alhamdulillah." Serempak semua orang yang berada di sana mengucapkan hamdalah.

Nurani yang sedari tadi menikmati acara ini, pada akhirnya dia menangis tersedu, lalu mendekap sahabatnya dengan sangat erat.

Wanita itu memang orang yang paling pertama mengikuti perjalanan kisah Jingga dan Vickry yang semuanya dimulai dari bacaan ayat suci saat tarawih pertama.

Bagi Jingga, setiap ayat surat yang dibacakan olehnya begitu berkesan, dan membuatnya tidak bisa melupakan kesan pertama kali mereka dipertemukan.

"Jadi, cincinnya mau dipakai enggak?" tanya Vickry, memperlihatkan cincin ke arahnya.

"Coba pakaikan di sini." Jingga menyodorkan tangan kirinya ke arah Vickry, tapi segera dicegah oleh Umi Salamah.

"Dikhitbah bukan berarti halal, karena kalian belum menikah dan tentunya masih haram." Umi Salamah mengingatkan pada keduanya, hal itu membuat Jingga nyengir karena malu sendiri. Sedangkan Vickry malah menggeleng pelan, seolah tidak mengerti dengan apa yang ada dalam pikiran calon istrinya.

"Enggak apa-apa deh sekarang haram, yang penting nanti juga halal. Pejuang halal." Begitu yang dikatakan Jingga di depan semua orang.

Vickry mengembuskan napasnya dengan berat, dia seolah ada rasa yang mengganjal dalam hatinya.

Cincin yang sempat ada di tangannya kini beralih ke tangan Umi Salamah, dia yang menyematkannya di jari manis Jingga.

Tidak lama kemudian, ponsel Vickry berdenting. Hal itu membuatnya segera memeriksa, dan ternyata pesan singkat dari sosok Aisyah yang mengucapkan selamat atas lamarannya.

Pikiran pria itu seolah berperang dengan batinnya. "Kenapa Aisyah harus tahu tentang lamaran ini? Dari siapa? Kenapa rasanya semua ini salah, aku merasa sudah membuat suatu kesalahan yang mungkin saja melukai hatinya."

Tanpa disadari, Vickry ternyata masih mengharapkan sosok Aisyah untuk kembali dalam kehidupannya. Soal mengetahui soal lamaran tersebut, karena Aisyah bertemu dengan Umi Salamah yang tengah berada di sebuah toko perhiasan, mengatakan pada si penjualnya untuk memilihkan cincin yang indah untuk calon menantunya kelak.

"Imam tarawih, sekarang kamu sudah mengikat aku. Lihat!" Jingga mencoba memperlihatkan jari manisnya yang kini adanya cincin emas melingkar di sana.

Hal itu membuat Vickry terdiam, merasa bersalah pada Jingga juga karena tanpa disadari dia justru menorehkan luka di hati wanita itu karena hatinya masih dirajai oleh sosok Aisyah.

Berulang kali Vickry melafalkan istighfar sembari mengusap wajahnya dengan kasar. Dia hanyalah manusia sempurna yang tidak luput dari dosa. Dalam hal ini juga mengakui bahwa dirinya masih belum bisa mengontrol perasaannya.

***
Maaf sudah buat kalian menunggu wkwk.

Ini dia kelanjutannya.

Kemarin banyak yang tanya kenapa Jingga nolak? Dia nolak karena pengin langsung nikah aja🤣😭 Udah kebelet kayaknya nih Jingga wkwk.

Terus stay ya.

Kira-kira happy ending atau sad ending nih?🤭😂

IMAM TARAWIH (Terbit✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang