Episode Tiga Puluh Satu

1.4K 77 0
                                    

Happy Reading 🥰
Partnya lebih panjanggg nih😂

***
Jingga sudah bersiap untuk segera pergi memilih baju yang hendak dikenakannya di pernikahannya dengan Vickry. Hal inilah yang diinginkannya, dan kini pada akhirnya juga akan menjadi nyata.

Di hari itu dia mengenakan dress warna mauve, tampak terlihat sangat pantas sekali saat dikenakan olehnya.

Sedangkan hijabnya dia mengenakan segi empat yang dibuatnya lebar hingga menutupi dada. Setelah mempelajari banyak tentang Islam, dia jauh lebih memperhatikan perihal penampilan, karena di zaman sekarang ada banyak orang yang mengenakan kerudung dengan mengikuti trend.

Berkeinginan untuk berpenampilan stylish seperti kebanyakan orang, tapi wanita itu juga selalu mengingat perkataan dari Umi Salamah yang selalu memberikannya peringatan.

Seorang muslimah apabila kerudungnya tidak diulurkan ke dadanya adalah tidak benar dan tidak boleh. Sebab cara tersebut menyimpang dari ketentuan al-Qur'an yang mewajibkan mengulurkan kerudung ke atas dada. Jadi, jika seorang muslimah tidak mengulurkan kerudungnya ke dada, tapi malah mengikatnya ke belakang, mengelilingi leher atau memasukkannya ke dalam baju, berarti dia meninggalkan kewajiban dan berdosa. Meskipun dada mereka sudah tertutup oleh kain dari baju.

Allah SWT berfirman:

وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ

"Dan hendaklah mereka [perempuan beriman] menutupkan kain kerudung ke dadanya." (QS An-Nur: 31).

Hal itulah yang membuatnya semakin mantap dengan hatinya, tidak seharusnya mengikuti zaman yang semakin marak di kalangan perempuan muslim.

"Nak, sudah ada calon imam kamu tuh di luar." Suara sang Ayah terdengar jelas di telinganya, sumbernya dari arah luar kamarnya.

Mendengar kabar tersebut dari Sunandar, membuat Jingga tergesa. Dengan cepat dia juga segera menyambar tas selempang yang sebelumnya tergantung di tempatnya.

"Calon imam? Maksudnya siapa ya? Imam Tarawih?" tanyanya pada diri sendiri, karena Jingga memang sedang mengarah menatap pada cermin di depannya.

Dia menggaruk tengkuknya yang tidak merasa gatal, karena seingatnya jika Vickry tidak bisa mengantarnya, mungkin Umi Salamah saja yang akan menemaninya. Akan tetapi, apa maksudnya sekarang? Lelaki itu akan mengantarkannya ke butik untuk memilih busana pengantin? Tentu saja hal itu membuat Jingga terkekeh sendiri, karena dia merasa terbawa suasana.

Sebelum keluar kamar menemui imam tarawih, Jingga lebih dulu mengembuskan napasnya pelan berusaha untuk menenangkan dirinya.

"Jingga, ayo cepetan temui Nak Vickry. Kasian, dia sudah menunggu." Kali ini Sunandar mengetuk pintu kamarnya.

"Iya, Ayah. Jingga sebentar lagi beres kok."

Wanita itu pun pada akhirnya segera keluar dari kamarnya, dan melangkah hendak ke pekarangan rumah, tapi sebelum itu dia harus melalui ruang tengah lebih dulu. Kedua kakinya terhenti, karena lelaki tersebut tengah terduduk di kursi, terlihat begitu berwibawa. Hal itulah yang membuat dada Jingga bertabuh lebih cepat tidak karuan.

"Imam tarawih," panggil Jingga dengan sangat lirih. "Ehem."

Vickry yang sebelumnya tertunduk, tapi setelah mendapati panggilan dari Jingga, dia pun segera mendongak dan mendapati wanita di depannya yang kini tengah mematung berdiri.

Hanya beberapa saat saja Vickry memandangi penampilan Jingga hingga pada akhirnya dia kembali memalingkan pandangannya ke sembarang arah.

"Katanya enggak bisa antar?" tanya Jingga mencoba untuk memastikan, lebih tepatnya dia hanya ingin menggoda si imam tarawih. Sesekali wanita itu mengulum senyumannya, karena pada akhirnya pun dia bisa mempunyai waktu berdua dengan calon suaminya. Eh, tidak boleh seperti itu, Jingga.

IMAM TARAWIH (Terbit✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang