Part 16.Pain

6.3K 520 83
                                    

Selamat Membaca


















Aciel meringkuk ketakutan di dalam mobil kakak. Tubuhnya bergetar kecil dengan keringat dingin yang mengucur dari keningnya. Jantung nya berdetak begitu menyakitkan membuat nya harus mati matian menahan rintihan. Ia takut, sungguh takut dengan apa yang akan kakaknya lakukan setelah ini. Ia tau kakaknya marah, kakaknya salah paham dengan semua ini. Jika tanpa melakukan kesalahan fatal sekalipun kakaknya bisa menghukumnya apalagi jika kakak berpikir ia mencelakai seorang gadis.

Seharusnya ia memang tak pergi sendirian ke toilet tadi. Harusnya ia tau jika banyak orang jahat di sekitar nya. Ia bodoh hingga kakaknya salah paham dan lebih membela gadis itu ketimbang dirinya. Jemari nya tadi nya meremat kursi mobil yang ia duduki beralih saling meremat. Jari nya begitu dingin, ingin kabur pun tak mungkin mengingat banyaknya pengawal yang berjaga di mobil yang ia gunakan.

"Kenapa kakak belum balik." Gumam nya penuh ketakutan.


Ini sudah hampir 20 menit dan tak ada tanda tanda kakaknya kembali ke mobil.  Apa kakaknya sedang mempersiapkan hukuman nya?? ataukah kakaknya malah sedang sibuk menenangkan gadis tadi??

Semua pikiran buruk sudah berkumpul di otaknya. Semakin memikirkan nya semakin pula membuat nya bertambah ketakutan.



Cklek




Netra Aciel melebar saat mendengar pintu mobil terbuka. Jantung nya berdetak semakin kencang ia rasakan saat sosok yang begitu ia takuti itu benar benar masuk. Langsung masuk tabla berbicara apapun. Pintu mobil di tutup  dan kakaknya duduk di samping nya dengan tatapan tajam nya seperti biasanya. Jas kakaknya sudah di lepas di taruh di jok belakang mobilnya. Hanya menyisakan kemeja putih yang sedikit teracak bahkan kancing kemeja teratas nya sudah terlepas. Terlihat begitu menakutkan untuknya.



"Kak____"






Grepppp







Ucapan Aciel sontak terhenti saat tubuhnya lebih dulu di dekap dengan begitu erat dalam pelukan kakaknya. Tubuhnya yang memang lebih kecil dari kakaknya terlihat tenggelam dalam tubuh kakaknya. Otaknya masih memproses apa yang terjadi pada kakaknya. Tangan nya bahkan enggan memeluk balik tubuh kakaknya. Masih menerka kenapa kakaknya memeluknya.



"It's oke baby, i'm here jangan takut ya." Bisik Arsen tepat di telinga kanan sang adik.

Di usapnya halus punggung kecil Aciel yang bergetar kecil. Adik nya ketakutan, ia jelas tau itu. Ia harusnya senang jika adiknya takut dengan nya tapi kali ini berbeda, orang asing yang membuat adiknya seperti ini dan itu membuatnya sungguh marah. Selama ini ia menjaga adiknya mati matian dan kini ada orang asing yang membuat adiknya ketakutan sampai seperti ini.


Mendengar itu Aciel sontak memeluk balik tubuh kakaknya. Memeluk erat punggung kakaknya di remat nya kemeja kakaknya melampiaskan segala rasa takut yang memang menyelimuti nya sejak tadi. Menahan rintihan saat detakan itu terus menyiksa nya namun ia harus bisa menahan nya sebisa mungkin agar kakaknya tak bertambah marah.


"Kak, Aciel nggak salah. Bukan Aciel yang masuk bukan kak___jangan, jangan hukum Aciel. Aciel nggak salah, Aciel mohon percaya sama Aciel____" Ia meracau penuh ketakutan.

Crazy BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang