⚠️Trigger warning //Violence,
gun, knife
Mohon kebijakannya dalam
membaca ya, makasih.Selamat Membaca
Aciel menahan nafas beberapa detik saat melihat kakaknya ada di hadapannya. Jantungnya seolah berhenti berdetak seolah tidak tau ia harus bereaksi seperti apa atas apa yang terjadi. Lidahnya seketika kelu dan tenggorokan nya seolah tercekat seperti ada yang menyumbatnya di dalam sana. Ia tidak dapat mengucapkan apapun.
Pun waktu seolah berhenti beberapa detik saat irisnya bersitatap dengan pemilik manik hazel milik orang yang selama berhari-hari ini ada di otaknya. Ia masih mencerna beberapa saat sampai sebuah suara yang keluar dari Marcel menyadarkannya. Kalimat yang terdengar begitu aneh dan menambah banyaknya tanya yang ada di otaknya saat ini.
Ia jelas melihat kakaknya dimakamkan hari itu. Ia menangis kuat tepat di hadapan peti mati kakaknya. Tidak ada yang aneh, seolah kakaknya benar benar pergi begitu saja tanpa sempat membawa kenangan indah. Hanya amarah yang dibawa kakaknya saat itu. Jadi melihat orang di hadapannya yang sangat mirip dengan kakaknya sekarang ini membuatnya tidak percaya. Berharap ini bukan hanya mimpi sesaat yang akan hilang saat ia terbangun nanti.
"Kak Arsen.... " Aciel akhirnya dapat mengucapkan kembali nama itu.
Reaksi Aciel jauh berbeda dengan Viona yang menutup mulutnya tak percaya atas apa yang terjadi di hadapannya. Tubuhnya bergetar kecil, tiba tiba merasa takut jika pemuda di hadapannya adalah Arsen, putera sulungnya yang sudah ia rencanakan kematiannya. Arsen harusnya mati dalam insiden itu. Harusnya Arsen tidak ada disini, tapi jika Arsen sudah tidak ada siapa pemuda di hadapannya saat ini. Ia menggeleng pelan berusaha menepis segala kemungkinan buruk yang ada di otaknya saat ini.
"Di___dimana semua karyawan??! Marcel apa maksudnya semua ini??! " Sentak Viona berusaha menenangkan dirinya.
Ia menatap ke arah Marcel yang tadinya berada di belakang namun kini justru berjalan ke hadapannya, menatap ke arah pemuda itu dan tersenyum.
"Anda dapat bertanya langsung pada tuan saya nyonya." Jawab Marcel tenang.
Aciel berusaha menenangkan dirinya, melangkah perlahan ke hadapan pemuda yang sangat mirip kakaknya itu. Namun tidak bisa, langkahnya terhenti. Ia tidak mampu melangkah kembali demi memastikan apa yang terjadi saat ini.
Arsen yang melihat itu tersenyum miring dan melonggarkan dasinya. Pertunjukan baru saja dimulai tapi kenapa rasanya ia sudah sangat tidak sabar berada di ujung semua pertunjukan bodoh ini. Merapikan sedikit jas yang membalut tubuhnya. Ia lantas berdiri dari duduknya, menatap ruangan pertemuan yang hanya berisi mereka berempat ini namun terasa begitu mencekam. Keadaan di setiap lorong di dalam dan luar gedung ini jauh lebih mencekam. Ia sudah menempatkan banyak sekali penjaga demi mengamankan tempat ini.
Ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya. Berjalan dengan santai dengan sepatu pantofel nya. Suara langkah kakinya terdengar menggema di ruangan besar itu. Sejak saat ketiga orang itu memasuki ruangan ini ia sengaja menghindari kontak mata dengan Aciel. Bukan apa, ia hanya tak ingin menjadi lemah jika melihat kedua manik bulat kesukaannya itu. Aciel itu satu satunya kelemahan. Dan untuk saat ini ia tidak boleh lemah, ia harus menunjukkan pada wanita licik yang sialnya adalah mommy nya ini jika dirinya tidaklah selemah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Brother
Teen FictionAciel sadar jika kakak nya itu selalu memprioritaskan nya dan selalu memberikan apapun yang ia inginkan namun ia tau betul jika kakaknya itu menentang keras kebebasan nya. "Aciel tau kan kakak tidak suka kalau adik kakak jadi pembangkang?? " "Aciel...