Selamat Membaca
Aciel menatap langit langit ruang rawat VVIP yang ia tempati. Menerawang kejadian siang tadi, kakaknya terlibat semarah itu padanya. Kakaknya benar benar marah, ia tau itu karena bahkan kakaknya tak memperlihatkan dirinya sejak kejadian siang itu. Bahkan mengirim satu pesan pun tidak. Hanya ada Marcel yang menunggui nya di luar juga beberapa bodyguard milik kakaknya.
Meremat pelan pinggir ranjang nya, hari mulai malam dan kakaknya benar benar tak datang lagi atau bahkan sekedar menelpon lalu bertanya bagaimana keadaan nya. Apa bahkan kakaknya lupa jika ia ketakutan setiap berada di rumah sakit sendirian saat malam. Ia selalu meminta kakaknya agar menemaninya setiap ia di rawat selama ini. Kakaknya pun tak pernah sekalipun menolak mengingat bagaimana sifat protektif nya selama ini.
"Kakak lupa ya gue selalu takut gara gara kejadian waktu itu." Gumam nya.
Memejamkan netra nya sejenak mengingat kejadian hampir 5 tahun lalu saat ia di rawat di rumah sakit. Ia ingat betul jika kakaknya saat itu terlalu sibuk dan berakhir meninggalkan nya sendirian di rumah sakit bersama 2 bodyguard nya. Namun saat tengah malam kedua penjaga itu berhasil dilumpuhkan dan membuat nya di culik oleh salah satu musuh bisnis kakaknya.
Tak lama memang bahkan kakaknya juga para pengawal kakaknya berhasil menghadang mobil yang membawa nya berkat alat pelacak yang kakaknya pasangkan di baju nya. Namun tetap saja hal itu membuatnya ketakutan saat berada di rumah sakit malam malam tanpa kakak nya.
"Kak Arsen beneran marah ya, padahal gue cuma lagi pusing aja." Gumam nya.
"Tuan kecil belum tidur?? "
Suara dari sebelah kanannya sontak membuatnya menoleh. Mendapati asisten pribadinya yang berdiri tepat di samping ranjang nya.
"Kak____"
"Tuan muda sedang sibuk tuan, beliau hanya berpesan agar saya di sini menemani anda. Dan tuan jangan takut penjagaan di ruangan anda sudah di perketat jadi anda bisa tidur tanpa takut." Jelas Marcel panjang.
Aciel menatap asisten nya itu, ia bukan hanya takut sebenarnya namun juga kesepian. Biasanya kakaknya lah yang menemani nya, menggenggam tangannya sampai ia tertidur. Walau kakaknya tak banyak bicara namun melihat tatapan kakaknya saja membuatnya tak kesepian. Ini salah satu hal yang membuatnya berpikir dua kali setiap ingin lepas dari genggaman kakaknya.
"Saya temani di sini tuan." Ucap Marcel sopan.
"Enggak, om keluar aja aku mau sendiri." Suruh Aciel kemudian memalingkan wajah nya ke arah kiri.
Marcel menatap tubuh ringkih tuan kecil nya lantas menghela nafas kasar. Paham jika suasana hati tuan kecilnya itu sedang buruk dan membutuhkan waktu sendiri. "Baik tuan, saya ada di luar jika anda membutuhkan saya."
Aciel tak menjawab, tetap memalingkan wajah nya hingga ia dapat mendengar suara pintu ruangan nya tertutup dengan pelan. Mengerjabkan netra nya yang terasa memanas. Ia tak terbiasa seperti sekarang, rasanya asing sekali. Ia terbiasa menjadi prioritas bagi kakaknya jadi saat kakaknya seperti menjauhinya ia merasa kehilangan. Padahal jika di pikir ia sering melawan kakaknya tapi tetap saja rasa nya begitu sulit saat kakaknya sekarang mengabaikan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Brother
Teen FictionAciel sadar jika kakak nya itu selalu memprioritaskan nya dan selalu memberikan apapun yang ia inginkan namun ia tau betul jika kakaknya itu menentang keras kebebasan nya. "Aciel tau kan kakak tidak suka kalau adik kakak jadi pembangkang?? " "Aciel...