Selamat Membaca
"Puas??"
Arsen bertanya dengan penuh nada sindiran pada Aciel yang kini duduk nyaman diranjangnya sambil mengusap bibirnya dengan tisu. Didepan adiknya terdapat satu mangkuk kosong yang berisi kuah yang adiknya bilang mie ayam. Ia bahkan baru tau jika ada makanan tersebut di dunia ini.
Aciel sendiri hanya mengangguk puas, memegang perutnya yang terasa begitu kenyang setelah menghabiskan satu porsi makanan kesukaan tokoh bernama Alvino itu. Jika tau seenak ini ia pasti sudah memaksa kakaknya membuka restoran mie ayam sejak dulu.
"Enak banget tau kak Arsen, kak Arsen nggak mau nyoba??" Tanya Aciel sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi yang ia duduki. Menatap kakaknya yang menatap balik dirinya dengan tangan yang dilipat di depan dada. Gaya seorang Arsen sekali memang.
"Makanan itu tidak sehat Aciel." Balas Arsen sambil menghela nafas berat.
"Sehat aja kok, ini buktinya Aciel nggak apa apa kan." Jawab Aciel jengah.
Telinganya benar benar pengang mendengar betapa lamanya kakaknya mengoceh dari sebelum atau bahkan sesudah membelikannya makanan ini. Bahkan ia sampai memilih pura pura tidur saat kakaknya mengoceh tanpa henti di mobil saat mereka kembali dari kantor tadi. Padahal apa salahnya memakan makanan seperti ini sesekali. Toh ia tidak selalu memakannya karena semua menu makannya pun sudah di atur oleh kakaknya.
"Ck, kenapa sekarang kamu semakin keras kepala Aciel." Arsen berdecak pelan menghadapi kerasnya sifat Aciel saat ini.
"Lagian kak Arsen nyebelin banget, ini aja Aciel baru makan sekali udah aja ngomel nggak berhenti berhenti." Kesal Aciel.
"Karena kakak tidak ingin Aciel sakit, understood baby??" Arsen beranjak dari duduknya, berjalan menghampiri adiknya kemudian menangkup kedua pipi berisi milik Aciel nya. Mengusapnya dengan penuh kasih sayang lalu tersenyum lembut.
"Tolong mengerti kekhawatiran kakak, Aciel. Can you??"tanya Arsen penuh kelembutan berharap adiknya paham kekhawatiran nya. Ia tidak pernah takut pada apapun kecuali tentang adiknya. Ia paling tidak bisa melihat Aciel kesakitan didepannya. Karena itu ia begitu menjaga Aciel nya selama ini.
Aciel terdiam sejenak kemudian memilih menganggukkan kepalanya, "Paham kak, terimakasih kak Arsen udah jaga Aciel sebaik ini ya."
"Itu tugas kakak, Aciel. Kakak menyayangimu." Satu kecupan Arsen berikan pada kening sang adik. Lantas di balas Aciel dengan tawa kecilnya.
Arsen menjauhkan kepalanya, dengan perlahan ia menarik tangan Aciel agar mengikutinya ke ranjang. Sudah pukul 8 malam, mungkin sudah waktunya Aciel nya istirahat. Kegiatan mereka hari ini cukup padat. Ia yakin benar jika adiknya sudah kelelahan saat ini. Mungkin mengajak adiknya bercerita sambil menunggu adiknya mengantuk bukan hal yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Brother
Teen FictionAciel sadar jika kakak nya itu selalu memprioritaskan nya dan selalu memberikan apapun yang ia inginkan namun ia tau betul jika kakaknya itu menentang keras kebebasan nya. "Aciel tau kan kakak tidak suka kalau adik kakak jadi pembangkang?? " "Aciel...