Selamat Membaca
Arsen memasuki kamar hotelnya dengan tergesa saat mendapat telpon kembali dari asisten pribadinya. Jantungnya berdetak kencang menandakan betapa takutnya dirinya saat ini, tidak lagi ia pedulikan betapa kacaunya dirinya saat ini. Kali ini urusannya jauh lebih penting dari penampilannya. Ia langsung berjalan menuju ranjang dan saat itu pula ia menemukan Aciel nya sedang menangis dengan suaranya yang sudah serak, menandakan betapa lamanya ia menangis tadi.
Seketika ia langsung tercekat dan menghampiri Aciel, duduk di ranjang sambil menatap betapa menyedihkan nya kondisi Aciel saat ini.
"Tuan kecil saya mohon berhenti menangis ya, tuan muda akan segera datang say____"
"Aciel." Panggilnya pelan.
Aciel yang tadinya masih menangis sambil menutup wajahnya dengan bantal langsung menoleh mendapati suara yang begitu familiar untuknya. Tangisnya kemudian semakin keras saat akhirnya ia dapat melihat kakaknya.
"Kak_____hikss_____"
Arsen langsung membawa tubuh Aciel ke dalam pelukannya saat mendengar suara lirih adiknya, mendekapnya sambil mengusap lembut punggung bergetar milik kesayangannya.
"Stttt I'm here sayang, Aciel kenapa??" Tanyanya lembut. Ia tidak tau ada apa dengan Aciel hingga tiba tiba menangis keras seperti ini. Ia tadi langsung panik saat Marcel mengabarinya dan memberitahu jika Aciel terbangun dan langsung menangis mencarinya.
Aciel menggeleng kecil dalam pelukan kakaknya, memeluk tubuh kakaknya seperti ini saja membuatnya luar biasa lega. Apalagi setelah mimpi buruknya barusan, ia pikir ia akan kehilangan kakaknya lagi seperti dulu. Ia kkemudian mengeratkan pelukannya sambil menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher kakaknya.
"Marcel??" Panggil Arsen pada Marcel yang berdiri di dekat ranjang nya.
Marcel menggeleng pelan, ia bahkan juga tidak tau apa yang terjadi pada tuan kecilnya hingga langsung menangis seperti tadi. "Saya juga tidak tau tuan."
Arsen menghela nafas pelan, kemudian matanya memberi kode agar Marcel keluar meninggalkannya dan Aciel terlebih dahulu. Marcel yang memahaminya langsung menundukkan kepalanya sopan dan langsung keluar untuk memberikan waktu untuk kedua tuannya.
Setelah kepergian asistennya Arsen kembali fokus pada Aciel yang masih menangis di pelukannya, walaupun tidak sekeras tadi tapi tetap saja ia khawatir Aciel nya akan sesak nafas jika terus menangis. Aciel bahkan baru sadar dan langsung menangis seperti ini. Tubuh anak ini pun sedikit dingin karena terlalu lama menangis. Dikecup nya lembut surai Aciel demi memenangkan adiknya ini.
"Aciel kenapa hm??" Tanya Arsen kembali dengan nada yang masih lembut.
Aciel menggeleng pelan, ia menyamakan pelukannya pada kakaknya. Mengusapkan hidungnya pada baju kakaknya. "Takut." Jawabnya masih dengan sesenggukan.
Arsen mengernyitkan alisnya tidak paham, "Aciel takut kenapa adek??"
Aciel mengigit bibirnya ragu, isak nya pun berhenti walaupun ia masih enggan melepaskan pelukan nyaman ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Brother
Teen FictionAciel sadar jika kakak nya itu selalu memprioritaskan nya dan selalu memberikan apapun yang ia inginkan namun ia tau betul jika kakaknya itu menentang keras kebebasan nya. "Aciel tau kan kakak tidak suka kalau adik kakak jadi pembangkang?? " "Aciel...