29.Control

5.6K 500 72
                                    

Selamat Membaca

















"Makan dulu ya." Arsen menyodorkan satu sendok berisi bubur untuk adiknya. Jas di tubuhnya sudah ia lepaskan walau dengan sedikit usaha membujuk Aciel. Adiknya sekarang berkali lipat sungguh manja dari biasanya. Menyenangkan sekali pada akhirnya ia dapat membuat Aciel se bergantung ini pada nya.



Aciel menerima suapan itu dengan seneng hati, tak bohong juga kalau ia merasa sedikit lapar walau perutnya terasa sedikit mual.


"Kakak bakalan minta Marcel buat cabut data diri kamu dari sekolah." Ucap Arsen sambil terus menyuapi Aciel.


Ia duduk bersila tepat di hadapan Aciel yang duduk bersandar pada kepala ranjang. Infus di tangan adiknya sudah di lepas setelah pemeriksaan terakhir tadi. Kondisi adiknya membaik, itu kata dokter pribadi Aciel tadi sebelum ia berangkat bekerja.


Sontak kalimat tiba tiba dari kakaknya membuat Aciel menghentikan kunyahan nya. Fokusnya terarah pada sang kakak yang duduk tenang di dihadapan nya. Ia menatap penuh tanya pada kalimat yang di ucapkan oleh kakaknya dengan nada santai nya. Ia menegakkan tubuhnya yang tadinya bersandar dengan nyaman.



"Tapi Aciel belum bilang apa apa kak." Balas Aciel cepat.



Arsen mengernyit menatap ke arah Aciel dengan tatapan menahan amarah, padahal ia pikir Aciel akan menuruti semua ucapan nya dengan mudah setelah insiden kemarin. Tapi seperti nya ia salah, ia lupa sekeras apa Aciel selama ini. Tapi ia tak boleh gegabah saat ini, ia harus membuat Aciel percaya pada nya.



"Kakak cuma takut kejadian kemarin terulang Aciel. Kakak takut kakak gagal jagain kamu. Baby paham kan apa maksud kakak??" Tanya Arsen dengan nada yang ia buat se meyakinkan mungkin.


"Tapi kakak punya banyak penjaga, waktu itu Aciel kayak gitu karena Aciel pergi tanpa pengawasan bawahan kakak kan." Aciel menjawab dengan ragu.


Ia takut dengan dunia luar dengan insiden kemarin memang tapi ia juga tak bisa jika di paksa meninggalkan luar dengan tiba tiba seperti ini. Ia masing ingin menjalani hidupnya sama seperti remaja seusianya. Melakukan apapun tanpa banyak larangan seperti nya.



Arsen meletakkan mangkuk yang ia pegang ke atas nakas dengan sedikit kasar. Menghembuskan nafas nya kasar ia kemudian turun dari ranjang, berdiri di hadapan Aciel dengan tatapan tajam nya. Tangan ia masukan ke dalam saku celana kain nya. Rahang nya mengeras  ingin segera mengeluarkan amarah nya namun sebisa mungkin ia harus menahan nya.


"Apa kejadian kemarin belum cukup ngasih tau kamu seberapa berbahaya nya dunia luar itu?? kamu bilang kalo kamu nggak mau jauh dari kakak kan?? kakak nggak bisa jagain kamu kalo kamu jauh baby." Jelas Arsen panjang masih dengan nada halus nya.


"Atau kamu emang mau jauh sama kakak biar kamu nggak ada yang jagain?? Biar kejadian kemarin keulang lagi?? kakak harus bilang berapa kali kalo dunia luar se berbahaya itu Aciel. Kamu lupa siapa status kamu??" Sambung Arsen kini dengan nada datar nya.



"Aciel Kean Winston, salah satu pewaris keluarga Winston yang terkenal dengan banyaknya bisnis di luar dan dalam negeri. Salah satu keluarga berpengaruh yang memiliki banyak perusahaan terbesar yang tentunya memiliki banyak musuh di luar sana. Nggak menutup kemungkinan kalau pelaku penculikan kamu kemarin salah satu musuh keluarga kita Aciel. "


"Kakak cuma punya kamu begitupun sebaliknya Aciel."


Aciel menundukkan kepala nya meremat selimut yang membungkus sebagian tubuh nya. Jika di tanya ia tentu saja takut, ia takut saat harus berjauhan dengan kakak nya. Sejujurnya suara suara itu terus saja memenuhi kepala nya saat ia sendirian. Berbeda saat bersama kakaknya, saat bersama kakaknya ia merasa begitu aman. Tapi di satu sisi ia masih keberatan jika harus kehilangan dunia luar nya


Crazy BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang