Part 71.Exhausted

2.3K 264 54
                                    

Selamat Membaca













Tubuh Aciel sedikit terseret saat Arsen langsung menarik kasar tangannya agar menuju ranjang mereka. Arsen berjalan begitu cepat dan tidak menghiraukan Aciel yang kesulitan mengikuti langkahnya yang besar. Beberapa kali Aciel meringis sakit saat kakaknya seolah ingin mematahkan tangannya. Ia lalu merasakan tubuhnya lalu terhempas dengan kasar di kasur saat kakaknya mendorongnya begitu saja ke ranjang tanpa ada kelembutan sedikitpun. Otaknya sendiri menyuruhnya agar menjauh jadi dengan perlahan ia memundurkan tubuhnya agar kakaknya tidak dapat menjangkaunya.


"Kemana kau ingin pergi Aciel??" Geram Arsen. Tangan besarnya menahan pergelangan kaki Aciel yang bergerak menjauhinya. Mendengus kecil ia tersenyum remeh melihat betapa lucunya Aciel saat ini.


Ia lalu ikut naik ke atas ranjang, membawa tubuhnya mendekati Aciel yang meringkuk ketakutan di ujung ranjang dan menutupi tubuhnya dengan bantal. Melepaskan tangannya dari pergelangan kaki Aciel dan manya menatap tajam ke arah Aciel yang enggan menatapnya namun justru mengalihkan tatapannya dengan tangannya yang memegang sebuah bantal. Lucu sekali Aciel saat ini, bertindak ketakutan setelah dengan sadar melanggar aturannya. Ia memang memberikan kelonggaran untuk Aciel namun tetapi bukan berarti membiarkan Aciel melakukan apapun seenaknya seperti tadi.


ia hanya kesal, bagaimana jika pemuda tadi berniat buruk pada Aciel. Tidak ada yang tau apa yang ada di otak mereka yang ada dalam bisnis ini. Bahkan wanita yang melahirkan merekapun bisa dengan mudah ingin menghabisi mereka demi apa yang mereka miliki. Apalagi pemuda asing tadi yang hanya berstatus sepupu mereka.

"Aciel." Panggil Arsen dengan nada datarnya. Ia mencoba menetralkan emosinya, berharap tidak meledak ledak dan berakhir menjadi lebih buruk.

Aciel menggigit bibirnya kecil, enggan menjawab karena ia sungguh ketakutan saat ini. Keringat dingin sudah menetes dari keningnya, kakaknya sudah lama tidak seperti ini. Salahnya sebenarnya karena mengijinkan orang luar untuk masuk ke kamar ini. Padahal jelas kakaknya sudah memperingatkan nya agar tidak sembarang mengijinkan orang lain masuk tanpa seijinnya demi keamanannya.

"Tidak punya mulut Aciel??" Tanya Arsen tegas.




Aciel menggeleng kecil, sontak hal tersebut membuat Arsen murka. Arsen yang tadinya berniat bersikap lebih lembut langsung tersulut saat Aciel tidak juga menjawabnya. Aciel tau ia paling tidak suka dengan anak yang enggan mengakui kesalahannya. Ia langsung meraih bantal yang di genggam Aciel. Melemparkan bantal itu ke lantai dengan asal. Ia kini dapat melihat Aciel nya dengan jelas, ia bahkan dapat melihat bagaimana ketakutannya adiknya saat ini. Sedikit merasa bersalah namun tak bohong jika ia benar benar marah saat ini.


Padahal ia sudah dengan tegas memperingatkan Aciel agar tidak sembarang dekat dengan orang luar dan sekarang adiknya justru membawa orang luar masuk ke kamar mereka.


"Kau punya mulut untuk menjawab Aciel??jangan sampai aku membuat mu tidak bisa bicara Aciel." Geram Arsen dengan nada tidak mau main

Aciel tercekat, "Punya, Aciel punya mulut kak." jawab Aciel lirih.


Arsen mengangguk pelan, ia menegakkan duduknya. Menatap ke dalam manik gelap adiknya yang menatap takut ke arahnya. "Tau apa kesalahanmu sekarang Aciel??" tanyanya berusaha kembali tenang.


"Aciel nggak maksud kak, Ac____"


"JAWAB APA KESALAHANMU!!" Bentak Arsen tidak sabar saat Aciel justru mencoba mencari cari alasan saat harusnya adiknya sadar apa kesalahannya.

Crazy BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang