38.Not Home

3.1K 297 49
                                    

Selamat Membaca











Arsen membersihkan luka Aciel dengan telaten. Tepat setelah adiknya kehilangan kesadaran nya tadi ia langsung menyimpan kembali pisau kesayangan nya. Meminta salah satu bawahan nya untuk mengambilkan obat obatan untuk mengobati adiknya. Sengaja tak memanggil dokter pribadi Aciel karena ia jelas tak mau tubuh adiknya terlihat begitu saja oleh orang lain. Lagipula luka adiknya tak banyak, hanya goresan kecil yang ia yakin akan cepat membaik. Luka ini pun begitu indah di punggung mulus milik Aciel. Begitu cantik sehingga membuatnya semakin gila untuk melindungi sosok indah yang tertidur dengan nyenyak ini.

"My pretty baby, kakak udah coba untuk lembut sama kamu tapi seperti nya kamu lebih suka kakak yang sekarang bukan??? " Senyuman tipis muncul di bibir milik nya.

Tangan nya dengan cekatan membersihkan darah di punggung milik adiknya walau sejujurnya adiknya berjuta kali lebih indah dengan darah di luka nya. Sekarang diotak nya hanyalah sibuk memikirkan cara agar adiknya tak bertemu dengan gadis sialan itu. Ia tau bagaimana lemah nya adiknya saat di hadapkan oleh gadis itu, gadis yang menjanjikan kebebasan untuk adiknya. Sejujurnya gadis itu sama sekali tak jahat karena ia lah evil sesungguhnya di sini.

"Kaylee, you mess with the wrong person." Gumam nya dengan suara rendah nya.

Di tutup nya luka milik adiknya dengan kain kasa saat di rasa luka itu sudah bersih dan sudah ia berikan obat juga agar luka itu cepat membaik. Mengusap dengan begitu lembut luka yang tertutup itu. Manik hazel nya menatap lurus tepat pada dinding di hadapan nya. Jika saja manik nya mampu mengeluarkan laser sudah dipastikan dinding di hadapan nya itu sudah berlubang.

Pikiran nya bercabang, antara ingin melunak dan mengikuti sesi dengan psikiater itu atau terus seperti sekarang.

Mamun Arsen tetaplah Arsen, orang yang selalu mementingkan ego nya di atas segalanya.

Arsen tersenyum miring, lantas dengan perlahan membalik tubuh Aciel agar merasa semakin nyaman dalam tidur nya. Di tatap nya lamat lamat paras indah milik nya itu. Jemari nya kemudian naik ke wajah sedikit pucat milik Aciel, di usap nya halus rahang sang adik dengan tangan besar nya. Namun semua usapan lembut itu sangat berbeda dengan raut nya yang justru begitu datar. Aura di ruangan itu pun seketika berubah begitu mencekam.


"Setelah semua ini jangan harap kamu bisa lepas dari ku Aciel, you mine. Always mine. Don't you dare to leave me or we will die together. " Bisik Arsen dengan suara dingin nya.

Ia kemudian memajukan wajahnya hingga kini ia benar benar berada di depan wajahnya Aciel. Hanya berjarak beberapa centi hingga ia dapat merasakan nafas Aciel yang berhembus dengan teratur. Semakin bergerak maju hingga kini bibirnya tepat mendarat di dahi milik Aciel. Dikecup nya begitu lama dahi Aciel dengan manik nya yang memejam begitu rapat.

"Kakak menyayangi mu. " Bisik nya lembut.












🦋 🦋 🦋




Aciel terbangun saat merasakan kebas di kedua tangan nya. Mencoba membuka netra nya dan menyadarkan dirinya. Hal yang pertama ia lihat adalah dinding kamar nya yang begitu familiar. Baru ingin merasa lega tapi netra nya melebar saat baru sadar jika kedua tangan nya terikat kencang di kedua pegangan kursi yang ia duduki. Ingin menggerakkan kakinya pun namun seketika ia tercekat saat melihat kaki nya juga terikat pada kaki kaki kursi ini. Mencoba melepaskan ikatan nya, ia bergerak dengan panik.

Crazy BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang