30.Trauma

5.9K 458 173
                                    

Selamatkan Membaca

















Arsen menatap tenang tubuh Aciel yang terbaring lemah di ranjang di kamar pribadi miliknya yang memang berada di kantor nya. Ruangan ini ia buat khusus untuk Aciel tentu saja. Berjaga jika Aciel mengantuk saat berada di kantor nya atau saat jam istirahat Aciel tiba. Ia tak ingin Aciel tak nyaman di kantor nya. Lagipula setelah ini Aciel memang akan lebih banyak di kantor nya kan. Ia mungkin akan meminta bawahan nya untuk menata sedikit ruangan ini agar Aciel semakin nyaman.



Ia sengaja tak membawa adiknya ke rumah sakit. Ia tak ingin adiknya jadi pusat perhatian, tak suka saat mereka menatap adiknya. Adiknya terlalu indah untuk dunia luar. Ia harus menjaga nya, menjaga satu satunya permata nya dengan sangat baik hingga tak ada satu orang pun yang mampu menyentuh nya atau bahkan untuk menatapnya.



"Post traumatik stress disorder, sama seperti analisis saya sebelumnya tuan. Tuan kecil mengalami kesulitan untuk pulih setelah mengalami hal yang membuat ketakutan." Dokter dengan nama Naresh itu menatap Arsen yang berdiri dengan wajah kelewat santai di samping ranjang Aciel.



"Apa pemicu nya?? " Tanya Arsen kemudian.



"Suara orang kesakitan tuan, sejauh ini dan dari cerita dari asisten tuan seperti nya tuan kecil akan mengalami trauma seperti ini jika mendengar orang kesakitan. Tapi untuk jelasnya saya akan terus memantau tuan kecil."



Dokter itu menatap sendu bungsu dari keluarga Winston itu. Ia tak tau banyak tentang keluarga berpengaruh ini, ia hanya sesekali diminta datang saat mendiang tuan besar di keluarga itu masih hidup.

Terdiam sesaat ia tak membayangkan apa yang sudah dirasakan oleh remaja seusia nya hingga harus mengalami trauma seperti ini. Saat remaja seusia nya bisa hidup bebas di luar sana justru tuan kecil nya ini berbeda, ia harus berjuang menghadapi trauma yang pasti akan sangat membuatnya terganggu.


"Apa aku mengijinkan mu menatap adikku selama itu?? " Tanya Arsen dengan nada dingin nya.



Naresh yang mendengar nya sontak tercekat dan langsung mengalihkan pandangan nya sambil menunduk meminta maaf. Merasa tak enak hati sudah melakukan itu di hadapan tuan muda nya.



"Apakah bisa sembuh?? " Tanya Arsen kembali.




"Bisa tuan asalkan tuan kecil rajin menjalani terapi juga meminum obat nya. " Jelas Naresh.


Arsen bungkam, ia memilih berjalan ke ranjang Aciel dan mendudukkan dirinya di ranjang king size itu. Menatap Aciel dengan senyum miring yang tercekat jelas di sudut bibit nya. Ia lantas mengulurkan tangan nya ke pipi lembut Aciel. Usapan halus ia berikan pada kesayangan nya ini. Dalam hati sudah menyusun beberapa rencana kecil agar rencananya sepenuhnya berhasil.


"Jadi tuan, kapan tuan muda berencana mengatur jadwal tuan kecil untuk mengikuti terapi nya?? Atau mungkin saya harus mengaturnya dengan asisten anda??" Tanya Naresh hati hati saat pemuda yang lebih tua beberapa tahun darinya itu enggan menatap nya.


Arsen menatap dokter muda itu, kini tatapan tajam nya berbeda dengan tatapan nya pada Aciel tadi. Menarik asal dasi yang terasa mencekik nya sejak tadi. Tak peduli saat jas nya yang memang terbuka sedikit berantakan.

Crazy BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang