Selamat Membaca
Aciel membuka netra nya saat sinar matahari membuatnya terusik. Mengerjab pelan mencoba menyadarkan dirinya. Melirik sekitar, kamar nya sepi dengan cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela kamar nya, mendudukkan dirinya Aciel menyibak selimut nya. Masih berusaha mengembalikan kesadaran nya.
Seingatnya ia mencoba menunggu kakaknya sampai jam 10 malam tadi dan kakaknya benar benar tak pulang atau bahkan mengiriminya pesan satupun. Jadi ia benar benar harus melawan kakaknya kali ini?? ini mau kakaknya?? Sama saja kakaknya hanya ingin menunjukan kekuasaan nya saja. Kakaknya tau ia tak bisa melawan selama ini. Berdecak kesal ia menghela nafas kasar mencoba meyakinkan dirinya jika ia bisa meyakinkan kakaknya jika hidup nya tak hanya berpusat pada kakak.
Jika kakaknya bisa mengabaikan nya lantas kenapa ia tak bisa??
Melirik jam dinding di kamar nya kemudian sepersekian detik kemudian netra nya langsung melebar saat menyadari jika jam sudah menunjukan jam 06.50 dan itu artinya jam masuk akan berbunyi 40 menit lagi.
"Kenapa nggak ada yang bangunin sih. Dimana om Marcel." Berucap kesal ia bergegas turun dari ranjang nya berjalan cepat menuju interkom yang ada di samping pintu kamar nya.
"Om kenapa nggak bangunin aku sih." Tanya Aciel cepat saat sudah tersambung.
Terdengar hening sejenak dan Aciel yang terus menggerutu kesal pasalnya biasanya jam setengah 7 semua maid pribadi dan asisten nya sudah berada di kamar membantunya bersiap.
"Saya bekerja untuk tuan muda tuan, jadi anda tak memiliki hak menyuruh saya."
Aciel tercekat berusaha mencerna ucapan barusan, tak ia sangka kakaknya benar benar serius dengan ucapan nya. Padahal ia pikir kakaknya hanya akan mengabaikan nya. Menggeram kesal Aciel kemudian lantas mematikan sambung intercom itu.
"Egois." Ucap nya dengan rahang mengetat kesal. Mengusap wajah nya kasar tak ia pedulikan bekas infus yang masih terasa sedikit nyeri.
"Fine, Aku bakal buktiin kak siapa yang bisa bertahan tanpa satu sama lain. Kakak atau Aciel." Putus nya.
Menghela nafas kasar ia memilih segera bersiap untuk ke sekolah. Tak peduli jika bahkan kakaknya akan marah atau melakukan apapun. Bukan ia yang memulai ini semua, kakaknya dan ego nya lah yang tak mau mengalah membuat hubungan mereka kini memburuk. Padahal ia hanya ingin kakaknya mengerti posisi nya. Ia ingin kakaknya paham ia juga punya hak atas hidup nya.
🦋
🦋
"Dimana sih supir nya." Celingukan, Aciel berjalan semakin dekat ke arah parkiran mobil di mansion nya. Mencari sopir yang biasanya selalu siap mengantarkan nya ke sekolah namun ini bahkan sudah pukul 07.16 namun ia tak dapat menemukan dimana sopir yang biasanya mengantarkan nya itu. Jika begini ia benar benar akan terlambat ke sekolah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Brother
Teen FictionAciel sadar jika kakak nya itu selalu memprioritaskan nya dan selalu memberikan apapun yang ia inginkan namun ia tau betul jika kakaknya itu menentang keras kebebasan nya. "Aciel tau kan kakak tidak suka kalau adik kakak jadi pembangkang?? " "Aciel...