CHAPTER 38

150 15 1
                                    

CHAPTER 38: ajakan, kehilangan, rasa cinta.

"Larina black!" Itu Harry, dia berlari memanggilku saat kami tak sengaja bertemu di perpustakaan.

"Ayo bergabung dengan ku, ayo kita membangun Dumbledore army bersama"

"Aku tak punya waktu untuk itu. Lakukanlah apa yang 'ayahmu' inginkan"

Menekankan kata ayah Karna memang kenyataannya ayahku lebih menyayangi si Potter itu daripada aku.

"But...larin..."

"Pergilah, jangan ganggu aku. Aku tak mau."

"Oke, fine..."

"What's wrong larin?"

"Si Potter bodoh itu menggangguku, sudahalah dia tak penting. Apa kamu sudah menemukan buku yang kau cari?"

Pansy mengangguk.

"Pansy, aku harus pulang sebentar. Jangan menungguku dan kunci pintu kamar"

"Bawakan aku coklat dari Malfoy manor ya..."

"Baiklah.. baiklah..."

Saat sampai di Malfoy manor, cissy dan Bella tengah bersantai dengan teh di meja kecil itu.

"Seperti Kalian sangat damai..."

"Sweetheart...bagaiamana kau bisa kemari?" Bella kebingungan.

"Dia membolos pelajaran lagi atau....paling tidak kabur, benar Larina?"

"You know me cissy...." Cissy tertawa.

"Larina, apa kamu mau ikut?" Ajak Bella.

"Kemana? Apa ada tugas baru?"

"Untuk mengambil bola penglihatan sihir takdir lord Voldemort"

"Aku tak mau, cissy kau tak ikut kan?"

"Ya, lord Voldemort tidak memerintahkan tugas itu padaku"

"Jika kau di tugaskan untuk menjalani tugas berat bilang saja tak mau atau kau akan bilang padaku, aku akan memarahinya lagi"

"Sweetie cissy Sepertinya aku dengan yang lainnya akan pergi sekarang"

"Hm... hari-hari...aku tahu kau sangat keren dan tak terkalahkan, jangan sampai terluka bella...." Teriakku.


🌼🌼🌼

"Cissy, aku harus kembali...besok aku datang lagi"

"Jangan terlalu sering Larina...."

"Baiklah, lain kali aku ajak draco membolos" kami tertawa kecil.

"Apa coklatnya cukup?" Tanya cissy

"Cukup, ini hanya untuk pansy...bye cissy"

Aku mulai ber-appart ke kamarku, ternyata pansy sudah tidur.


Keesokan harinya

"Larina, apa kau sudah tau?" Pansy membangunkan ku dengan sengaja.

"Apa pans? Ini masih pagi, kita tak ada kelas..."

"Ayahmu, ayahmu meninggal Larina...."

Cukup mengejutkan, tapi rasanya aku tak sedih sedikitpun. Aku tak pernah merasakan kasih sayangnya.

"Kau disuruh ke ruang kepala sekolah, sekarang."

"Aku malas pans...."

Pansy menyihir selimutku dan membuat badanku terduduk.

"Kau harus pergi. Mau tak mau."

"Ahhh baiklah...." Berjalan malas ke kamar mandi untuk mandi.





🌼🌼🌼





"Ms. Black. Apa kau sudah tahu?" Tanya prof Dumbledore.

"Ya, aku sudah tahu." Melihat harga yang menahan tangisnya.

"Kau kehilangan ayahmu lagi Harry?" Mengejek Harry.

"Ms. Black. Kalian harusnya berkabung dan saling menguatkan." prof McGonagall marah.

"Untuk apa? Hanya dia yang bersedih disini..."

"Ms. Black!" Prof McGonagall semakin menaikan nadanya.

"Untuk apa aku menangisi orang yang tak menyayangiku. Itu tak adil. Aku tak merasa sedih sedikitpun prof! Karna dia bukan ayahku dia ayahnya Harry Potter si anak beruntung yang disayangi semua orang. Apa yang harus kulakukan lagi prof? Apa aku salah? Apa aku juga harus menangis sepertinya?" Semua emosiku membludak.

"Oh ya...siapa yang tak menyayangi Harry Potter si anak yatim piatu yang memiliki kehidupan menyedihkan itu? Semua orang menyayanginya berbeda denganku. Bahakan ayahku tidak menyayangi anak kandungnya. Dia malah menyayangi anak temannya." Menahan air mataku.

"Apa aku salah prof? Apa aku juga harus menahan terus menerus perasan ini? Ini sungguh menyesakkan prof, melihat begitu disayanginya orang lain hingga lupa siapa yang seharusnya disayangi."

"Maaf, aku terlalu banyak bisa ada. Aku harus pergi banyak hal yang harus dikerjakan. Aku tak harus menangis sepertinya seharian kan?"

Pergi dari sana. Aku muak dengan semua orang. Terutama Harry Potter. Aku membencinya. Sangat membencinya.







TBC

𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐌𝐚𝐥𝐟𝐨𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang