"Enghh." Lenguhan kecil berasal dari seorang pria berperawakan tinggi yang masih mengucek matanya.
Mata tajamnya digunakan untuk menelisik sekitarnya, dia nyakin betul kalau ruangan ini bukan kamarnya. Sayup-sayup terdengar suara tangis seorang gadis, tapi Willy kurang yakin. Apa ini efek dari kebanyakan minum semalam, jujur saja kepalanya juga masih sangat pasing.
Tapi pemikirannya itu langsung terpatahkan saat manik coklatnya mendapati seorang gadis yang tengah menangis diatas sofa dengan wajah yang ditengelamkan pada lipatan tangan dan lututnya. Matanya semakin membola saat melihat gadis itu hanya mengenakan kemeja yang semalam dipakainya.
Si*l, apa yang telah dia lakukan semalam.
"Se-semalam kita engak ngapa-ngapain kan?" Si*l kenapa suaranya bergetar hanya karena pertanyaan basi itu.
Perempuan itu mendongakkan kepalanya dan terpampang lah wajah sembab itu.
"Gak ngapa-ngapain Lo bilang?"
"LO NGAMBIL HARTA GUE YANG PALING BERHARGA WILLY!"
"Apa segitu bencinya Lo sama gue?" Tanya Maisha begitu frustasi. Dia sudah menahan untuk tidak memakai pria itu sejak semalam.
Dunianya hancur tepat saat Willy menyeretnya ke salah satu kamar di hotel ini. Kehormatannya direnggut paksa dan dia hanya mampu pasrah, Maisha benci Willy, benci takdirnya, dan benci pada dirinya sendiri.
"Sha kita bicarain ini baik-baik." Ucap Willy mencoba tenang, walaupun wajahnya terlihat biasa saja tapi pikirannya saat ini sangatlah kalut.
Maisha mendongak menatap Willy yang sudah berjongkok didepan nya. Willy mencengkeram kedua bahu Maisha, tidak begitu kasar namu dapat membuat tubuh Maisha tegak.
"Apapun yang kita lakuin semalam Lo harus lupain, anggap kita gak pernah ngapa-ngapain, ini demi masa depan kita." Jelasnya menatap Maisha serius.
"Kalau gue hamil gimana?" Tanyanya bersamaan dengan air matanya yang meleleh.
Nafas willy tercekat, bagaimana dia bisa melupakan kemungkinan itu. Buru-buru ia menggeleng menghalau pikiran ngawur nya.
"Kita cuma ngelakuin sekali, kemungkinan nya tipis banget." Jawabannya meyakinkan Maisha.
"Tapi kalau kejadian Lo mau tanggung jawab kan?" Maisha harus memastikan semua terlebih dahulu. Bagaimanapun dia pihak yang paling dirugikan disini. Air matanya semakin mengalir deras kala Willy menggelengkan kepalanya.
"Sorry Sha, gue gak bisa." Ucapnya menunduk.
Tangis Maisha semakin histeris, setelah ini apa yang harus dilakukan. Walaupun perkataan Willy benar kemungkinannya memang sangat tipis tapi masih ada kemungkinan itu terjadi kan.
Melihat Maisha yang mulai menyakiti dirinya sendiri membuat Willy langsung menarik gadis itu kepeluklannya.
Maisha memberontak tak ingin dipeluk, tangannya memukul dada Willy dengan brutal.
"Lo jahat Wil, JAHAT!"
"GUE BENCI LO WILLY! GUE BENCI!"
Willy hanya bisa mempererat pelukannya pada Maisha agar gadis itu tidak nekat menyakiti dirinya sendiri lagi.
"Iya gue jahat, benci gue terus Sha, gue pantes Lo benci." Lirihnya. Mata Willy bahkan sudah merah, entah karena amarah atau karena kecewa yang pasti saat ini dia sama seperti Maisha tidak baik-baik saja.
"Gue kotor Will." Gumam Maisha melemas. Tak ada lagi kata yang terdengar di ruangan itu hanya ada isakkan dari seorang gadis yang telah hancur.
🍉🍉🍉
Dua minggu sudah berlalu setelah kejadian itu, diminggu pertama Maisha memang berubah drastis tapi sekarang dia jauh lebih bisa menguasai dirinya sendiri sehingga dia secara perlahan sudah kembali seperti dulu.
"Kalian sadar gak sih kalau Maisha banyak berubah." Ucap Rafeli pada Lisa dan Ravela.
Rafeli adalah teman dari Maisha, dia memiliki kembaran bernama Ravela, sifat mereka tidak terlalu berbeda hanya saja Rafeli jauh lebih heboh dibandingkan Ravela. Sedangkan teman Maisha yang satunya bernama Lisa, dia memiliki sifat sedikit tomboy, tenang dan lebih dewasa dibandingkan dua gadis kembar itu.
"Biarin aja dulu, nanti juga anaknya cerita sendiri." Balas Lisa dan dianggukan oleh Ravela.
Berteman semenjak kelas 10 membuat mereka sedikit paham tentang Maisha, gadis itu tidak akan menceritakan masalahnya kalau masalah itu belum selesai.
"Tapi guys kali ini beda banget, bahkan dia gak nanggepin waktu dijailin Glen, dia gak berantem sama si pak ketua IPS." Kekeh Rafeli.
"Bener juga, selama dua minggu ini mereka akur-akur aja." Gumam Lisa membenarkan.
"Udah gak usah dipikir, mending habisin makanan kalian terus kita nyusul Maisha ke perpus." Suruh Ravela yang akhirnya membuka suara setelah sedari tadi hanya diam.
Disisi lain terdapat lima pria pembuat onar yang tengah menjadi pusat perhatian di lapangan.
Sorak sorak antar supporter terdengar saling bersahutan. Bukan pertandingan yang sebenarnya, hanya pertandingan main-main yang dilakukan oleh anak kelas 11 dan kelas 12.
Bola bundar itu menggelinding kesana kemari terkena tendangan dari para pemainnya. Mungkin jika bola itu punya nyawa akan mengeluh pusing karena di tendang kesana kemari tapi tak kunjung menemui gawang.
"GOLL!" sorak gembira terdengar dari para suporter kelas 11. Sementara supporter kelas 12 mendengus kesal.
"Will! fokus Will!" Seru Glen pada Willy yang sedari tadi terlihat tidak fokus menjaga gawang hingga terbobol dua kali.
"Udahlah gue capek." Tanpa menghiraukan protesan-protesan dari temannya, Willy meninggalkan lapangan begitu saja dengan wajah kusut.
"Lah ngambek, bocah." Gerutu Zaki teman Willy.
"Bang Willy kenapa?" Agas adek kelas yang tadi ikut bermain futsal bertanya.
"Abis jebol anak orang kalik makanya sensi." Kali ini Rangga ikut menyahut yang disambut dengan gelak tawa yang lainnya.
Bagi mereka mustahil sekali Willy melakukan hal seperti itu, bahkan pacarannya saja yang terkesan liar tidak pernah disentuh sedikit pun, jadi hal itu tidak akan mungkin terjadi. Willy benar-benar menghormati seorang wanita, itu yang mereka tau.
Assalamualaikum, hai, hai, hai!
Aku kembali lagi dengan cerita baru yang sama gaje nya kayak cerita sebelah, gak nyangka cerita sebelah Alhamdulillah yang baca lumayan lebih dari sepuluh orang🤣.
Di cerita ini aku gak berharap lebih, cuma berharap semoga bisa selesai tepat waktu gak ngaret kayak sebelah.
Semoga betah ya disini
Jagan lupa tekan tombol bintang ⭐
Dan komen💬2482022
KAMU SEDANG MEMBACA
accident
Teen Fiction"Gue hamil." Hanya dengan satu kata itu sudah berhasil memporak-porandakan kehidupan mereka. Maisha Kejora Prahadi tidak pernah berfikir akan mengandung anak dari musuhnya sendiri, orang yang paling dihindari dalam hidupnya tapi kini mau tidak mau M...