Hai!
Hari ini pagi-pagi sekali sepasang pasutri muda kita sudah duduk berdua dipinggir danau, dengan wajah yang nampak masih begitu mengantuk itu Willy menyandarkan kepalanya dikepala Maisha. Sedangkan gadis itu tengah tersenyum puas melihat pemandangan yang ada.
Mari kita lihat kilas balik beberapa waktu lalu.
"Willy bangun."
"Wil, bangun Wil."
"Ihhhh, bangun ngapa."
Seru perempuan berpiama biru itu dengan terus mengguncang bahu pria disampingnya. Willy yang merasa terganggu pun dengan berat hati mengerjapkan matanya.
Dengan mengucek matanya Willy bertanya. "Kenapa."
"Pengen kedanau." Rengek gadis itu.
Dengan perasaan dongkol Willy mengambil headphone nya dan memperlihatkan nya pada Maisha.
"Are you serious, ini jam empat pagi beb, yang bener aja." Lanjutnya berseru.
"Serius, lagian ini udah jam empat lima belas."
Astagfirullah, menghadapi gadis seperti Maisha memang sangat baik untuk pendosa seperti dirinya. Yang dulu gak pernah istighfar sekarang hampir setiap saat istighfar karena kelakuan gadisnya, sungguh pengaruh positif bukan.
Maisha cemberut, katanya Willy sayang anaknya tapi masak permintaan sepele seperti ini gak mau nurutin. Mana kemarin yang bilang mau Maisha nyidam kemah di bulan pun bakal diturutin? Mana? Gak ada kan? Ya emang gak ada.
"Tidur dulu gih, diluar masih gelap, kita juga belum subuhan." Kali ini Willy kembali mengeluarkan suara dengan nada yang begitu lembut tapi sepertinya belum juga meluluhkan hati Maisha, yang ada malam mata gadis itu yang berembun.
"Tapikan maunya sekarang!"
"Gak bisa beb, jam segini ngapain kedanau yang ada malah kita dikira maling."
KAMU SEDANG MEMBACA
accident
Roman pour Adolescents"Gue hamil." Hanya dengan satu kata itu sudah berhasil memporak-porandakan kehidupan mereka. Maisha Kejora Prahadi tidak pernah berfikir akan mengandung anak dari musuhnya sendiri, orang yang paling dihindari dalam hidupnya tapi kini mau tidak mau M...