Ruang makan malam ini terasa begitu cangung hanya suara dentingan sendok yang terdengar berbeda dengan biasanya yang selalu ramai oleh perdebatan kecil antara Willy dan Maisha. Mawar dan Hilmi saling pandang seolah berbicara dengan bahasa batin, pasti anak dan menantunya ini sedang bertengkar.
"Willy udah selesai." Ucap pria itu tiba-tiba dan langsung berdiri dari duduknya.
Untuk sejenak semua atensi diruangan itu beralih padanya. Setelah Willy benar-benar hilang dari pandangan, Maisha mengalihkan atensinya pada piring Willy yang didalamnya masih tersisa banyak.
"Maisha juga udah selesai." Ujarnya dengan lesu lalu pergi dari meja makan.
"Mereka lagi perang dingin pah?"
"Udah tau." Cuek Hilmi masih fokus dengan rendangnya.
"Papa gak kepo apa sama Tom and Jerry itu?"
Hilmi meletakkan alat makannya lalu menatap istrinya jengah, sudah pasti istrinya ini ingin mengajak bergosip.
"Gak tuh." Cibirnya diikuti dengan menaikkan bahu acuh.
Dengan sebal mawar menyahut piring Hilmi yang masih ada beberapa potong daging rendagnya dan dibawa pergi ke dapur, tidak lupa piring tempat rendangnya pun diikut sertakan.
"Mah, rendang papa mau dikemanain!"
"Kasih kucing tetangga!" Sahut Mawar sinis.
Sedangkan disebuah kamar bernuansa putih dengan furnitur yang kebanyakan dari kayu itu juga tidak jauh berbeda, hawa dingin dan cangung masih menguasai.
Maisha berdiri tengah pintu dengan memilin jarinya sendiri, ingin masuk tapi ragu. Sedangkan Willy sudah berganti pakaian, sepertinya dia akan pergi lagi malam ini. Laki-laki itu memang tidak pernah menetap dirumah saat malam hari, entah apa yang dilakukan diluar sana.
"Mau kemana?" Tanya Maisha pada akhirnya.
Willy hanya menatap dingin kepadanya, hal itu membuat nyali Maisha menciut.
"Bukan urusan Lo."
"Kok gitu." Cicitnya pelan.
Tak mempedulikan Maisha lagi Willy kembali melanjutkan langkahnya keluar kamar.
Suara motor diiringi dengan suara gerbang yang terbuka terdengar setelah beberapa saat Willy meninggalkan kamar.
Jam digital dimeja belajar sudah menunjukkan pukul 22:45, sudah lewat dari jam tidur Maisha pada hari biasanya. Namun sekeras apapun dia berusaha matanya masih enggan terpejam, kebiasaan yang sangat disesali Maisha semenjak hamil anak Willy adalah perempuan itu tidak akan bisa tidur tanpa Willy disampingnya.
"Jangan rawel apalagi kangen bapak Lo, kita lagi berantem."
Padahal kata-kata peringatan itu sudah diucapkan 3 jam yang lalu tepat setelah kepergian Willy, tapi memang buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, calon anaknya ini benar-benar mengesalkan seperti ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
accident
Teen Fiction"Gue hamil." Hanya dengan satu kata itu sudah berhasil memporak-porandakan kehidupan mereka. Maisha Kejora Prahadi tidak pernah berfikir akan mengandung anak dari musuhnya sendiri, orang yang paling dihindari dalam hidupnya tapi kini mau tidak mau M...