36. kembali bersama

2.8K 88 4
                                    

Dua minggu berlalu dari kejadian sapu tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua minggu berlalu dari kejadian sapu tangan. Setelah hari itu tidak ada lagi kejadian aneh, semua berjalan normal.

Maisha pun masih melakukan rutinitas sore nya, beberapa hari terakhir dirinya sering ditemani oleh ketiga sahabatnya.

Seperti pepatah yang mengatakan serapat-rapatnya bangkai disembunyikan pasti akan tercium juga, ketiganya kini telah tau bahwa rumah tangga Maisha dan Willy tidak baik-baik saja yang disebabkan oleh isu orang ketiga.

"Bego banget sih. Seharusnya lo jangan kabur ogeb, dengan lo kabur justru lo semakin memberikan peluang mereka buat selingkuh."

Begitulah perkataan serkas Rafeli yang berhasil mengusik pikiran Maisha. Ya, mungkin mereka benar. Maisha terlalu kekanak-kanakan, bukannya menyelesaikan permasalah yang ada dirinya justru kabur.

Dirinya tidak lagi mencari pembenaran atas segala sikapnya selama ini, tidak lagi menyalahkan Willy untuk luka yang ada. Setelah dipikir ulang, mereka memang terbuka satu sama lain dan cenderung saling menyalahkan, bukankah masalalu hanya sebuah kenangan yang harus dilupakan tanpa diulang kembali? Tapi kenapa keduanya justru menjebak diri sendiri kepada masalalu masing-masing?

Dan untuk cintanya, Maisha kini sadar, walaupun mereka sepasang suami istri tapi tidak menjadi kewajiban Willy membalas cintanya, cinta tidak dapat dipaksakan, karena cinta sejati datang dengan tulus dari lubuk hati paling dalam.

Setiap harinya otak ini selalu penuh dengan hal-hal yang tidak bisa diungkapkan. Seperti rasa iri yang disebabkan karena melihat ketiga sahabatnya sibuk dengan persiapan ospek, mungkin Willy dan teman-temannya pun sama, hanya dirinya yang tidak.

Walaupun sudah sejak dari dulu harapan dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi terasa mustahil tapi dirinya masih berusaha optimis lewat jalus beasiswa, namun seperti memang bukan rezekinya untuk kuliah.

"Gapapa, setidaknya sekarang mama ada kamu dek." Lirihnya seraya mengusap halus tempat sijabang bayi tinggal.

"Udah jam 4 aja, kita pulang yuk."

Perempuan berbadan dua itu pun mulai melangkahkan kakinya, menelusuri jalan beraspal yang penuh oleh anak-anak muda melakukan kegiatan joging, dari seragamnya sepertinya mereka anak SMP yang tengah Pramuka.

"Dari taman lagi neng?"

Maisha tersenyum ramah. "Iya Bu."

Baru beberapa langkah dirinya kembali disapa oleh ibu-ibu gang dekat rumahnya.

"Neng Maisha."

"Kenapa Tante?"

"Dari mana sore-sore gini?"

"Dari taman Tante, Tante sendiri dari mana?"

"Tante mau ke warung Bu Romlah, beli garem abis."

"Enggak nyuruh Dena aja Tante?"

accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang