Entah apa yang ada dipikiran Maisha, perempuan bernama belakang Prahadi itu kini telah duduk berhadapan dengan mantan sang suami yang sebelumnya telah dirinya hubungi.
Sudah 10 menit terlewat diantara keduanya belum ada yang memulai perbincangan.
Clara yang Maisha lihat kini begitu anggun, tampil dengan dres, sepatu tas bahkan perhiasan yang terlihat begitu mahal, bahkan cara perempuan itu menyeruput teh terlihat begitu anggun. Maisha yakin gadis manapun yang melihat Clara pasti insecure, tidak heran jika Willly sempat tergila-gila dengan perempuan itu karena pada faktanya Clara secantik itu, namun semua itu segera Maisha tepis mengingat kelakuan laknat perempuan itu.
Maisha menghembuskan nafas tenang, mencoba memupuk kesabaran sebelum menatap mantap manik coklat tersebut.
"Clara, Lo bisa jujur ke gue."
"Kenapa?" Tanyanya masih begitu santai.
"Dewangga baik kan? Terus kenapa Lo masih ganggu Willy?" Entah dari semua pertanyaan yang sudah dirinya siapkan menguap begitu saja hanya menyisakan dua hal tersebut.
Clara menarik ujung bibirnya, lalu mulai menegakkan duduk, menumpukan kedua tangannya pada meja. "Lo tanya kan? Oke gue jawab, karena gue cinta Willy."
Lagi lagi cinta, Maisha muak dengan cinta.
"Lo pernah berada dititik terendah?" Tanyanya Clara.
"Saat gue berada dititik itu cuma Willy yang disamping gue, dia yang jadi tempat bersandar gue, pelukan dia yang melindungi dan memberikan kehangatan ke gue."
"Willy rumah gue Sha."
Maisha bisa menangkap perubahan tatapan Clara yang awalnya berbinar lalu berubah menyendu, sepenting itukah Willy dalam hidup Clara?
"Dan Lo berharap gue bisa ngelepas dia segampang itu? Sorry Sha, gue gak akan bisa!"
"Tapi bukan berarti lo ngerusak rumah tangga gue."
"Kalo gue gak bisa milikin Willy begitu juga dengan Lo bocah!" Sahutnya tiba-tiba emosinya meluap begitu saja, padahal perempuan itu tadi terlihat begitu tenang.
Sarap ni orang.
Dari tatapan matanya saja Maisha sudah bisa menduga kalo Clara memendam keinginan untuk menjambak rambutnya saat ini juga.
Ngeri juga mantannya si Willy, kayak orang gangguan jiwa.
Tidak ingin ikut tersulut emosi Maisha kembali menghembuskan nafas dan menegakkan duduknya.
"Gini ya Clar, kita sama-sama perempuan dan kita sama-sama calon seorang ibu, seharusnya Lo tau perasaan gue, gue juga bertahan demi anak gue Clar." Ucapnya mencoba memberikan pengertian.
"Tuh Lo sendiri ngaku kalo Lo dapetin Willy modal ngangkang aja!"
Maya Maisha melotot. Kali ini dirinya tidak bisa menahan diri lagi. Ucapan Clara terlalu frontal, memang asal usul seseorang tidak bisa di bohongi, Maisha hampir lupa bahwa Clara pernah bekerja di tempat yang tidak terpuji hal yang pasti mempengaruhi kepribadiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
accident
Roman pour Adolescents"Gue hamil." Hanya dengan satu kata itu sudah berhasil memporak-porandakan kehidupan mereka. Maisha Kejora Prahadi tidak pernah berfikir akan mengandung anak dari musuhnya sendiri, orang yang paling dihindari dalam hidupnya tapi kini mau tidak mau M...